Uploaded by ms.ivan.ivanovich

Pra Rancangan Pabrik Akrilonitril dari Etilen Sianohidrin Dengan Kapasitas Produksi 25.000 Ton:Tahun Perancangan Pabrik

advertisement
TA/TK/2016/27
PRA RANCANGAN PABRIK AKRILONITRIL DARI
ETILEN SIANOHIDRIN DENGAN KAPASITAS
PRODUKSI 25.000 TON/TAHUN
PERANCANGAN PABRIK
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Kimia
Konsentrasi Teknik Kimia
oleh:
Nama
: Radhitya Banuaji P
No. Mahasiswa : 12 521 127
Nama
: Erika Dwi Oktaviani
No. Mahasiswa : 12 521 161
KONSENTRASI TEKNIK KIMIA
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2016
ii
iii
iv
LEMBAR PERSEMBAHAN
Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah SWT, dan shalawat serta salam kepada
Nabi Muhammad SAW.
Hasil karya tugas akhir ini khusus saya persembahkan kepada:
Orang tua dan Adik-adikku tercinta, atas segala doa dan dukungan yang tiada
henti-hentinya, serta kasih sayang yang tak terhingga, terimakasih banyak.
Dosen Pembimbing saya Bapak Sholeh yang sudah dengan sabar membimbing
saya dan partner saya dalam penyelesaian tugas akhir ini, terimakasih banyak.
Partner tugas akhir Erika Dwi Oktaviani, yang sabar berjuang bersama berkorban
waktu dan tenaga demi menyelesaikan tugas akhir ini. Terima kasih banyak dan
maaf atas segala kekurangan.
Sahabat-sahabatku KALFABYRFREDG (Lina, Maman, Ila, Acong, April,
Bagas, Oci, Felis, Unyu, Desta, Gina, Sherly, dan Arina), Andre, Mas Yudha
yang sudah meluangkan waktunya untuk memberikan ilmunya kepada saya,
terima kasih untuk semangat, persahabatan dan ilmu yang telah kalian bagi selama
ini.
Teman-teman seperjuangan Teknik Kimia 2012, kalian adalah teman berbagi
ilmu dan untuk setiap kebersamaan serta canda tawa, akan menjadi kenangan
yang tak terlupakan bagiku. Terima kasih banyak.
Yogyakarta, 16 Agustus 2016
Radhitya Banuaji Prastowo
v
LEMBAR PERSEMBAHAN
Alhamdulillah, puji syukur yang terus mengalir saya panjatkan kepada Allah
SWT, jikalaulah tanpa kuasaNya, saya rasa ketas kosong ini tidak akan penuh
seperti ini, serta shalawat beriring salam semoga selalu tercurah kepada Nabi
Muhammad SAW suri tauladan terbaik sepanjang masa.
Karya sederhana ini khusus saya persembahkan kepada sepasang malaikat. Yang
dalam sujud-sujud panjangnya berdoa untuk kebaikanku. Yang terlalu istiwewa
dalam hidupku.
Kedua orang tuaku tercinta, yang atas segala doa dan dukungannya yang terus
mengalir, serta kasih sayang yang tak terhingga. Kalian berdualah yang selama ini
menjadi sumber kekuatanku untuk menyelesaikan tugas akhir ini, terimakasih
banyak, Bapak-Ibu.
Kakak tersayang, Wening Wahyu Wardani dan adek tersayang, Prasetyo Trie
Asmoro, kita tidak banyak kekata untuk mengungkap rasa kasih sayang, tapi
melalui tindakan kalian terlalu perhatian, terimakasih atas segala support, do’a
dan kasih sayang yang diberikan, terimakasih banyak.
Partner tugas akhir Radhitya Banuaji a.k.a Aji, terima kasih telah menjadi partner
yang terus beriringan berjalan menghantam kerikil dalam menyelesaikan tugas
akhir ini.
Sahabat-sahabatku VIGEDYEE (benyes, borush, bates), sahabat fillah yang
selalu mengingatkan akan surga dan neraka sehingga tiada kata lelah untuk
berjuang dalam kebaikan. KALFABYRFREDG (Lina, Maman, Ila, Fadli,
vi
April, Bagas, Oci, Felis, Desta, Gina, Arina dan Sherly), terima kasih untuk
semangat, persahabatan dan ilmu yang telah kalian bagi selama ini.
Untuk semua pihak yang secara nyata maupun dibelakang layar mengalirkan
energi positif, saya ucapkan terimakasih karena telah mendukung dan menjadi
sumber inspirasi dalam penyelesaian tugas akhir ini. Maaf nama kalian tidak bisa
ditulis pada kertas terbatas ini.
Teman-teman seperjuangan Teknik Kimia 2012, yang begitu unik dan istimewa,
kalian adalah teman berbagi ilmu. Dan untuk setiap kebersamaan serta canda
tawa, akan menjadi kenangan yang tak terlupakan bagiku. Terima kasih banyak.
Terakhir, entah untuk siapa dan dimana yang kelak akan menjadi tambatan hati.
Terimakasih untuk terus bersabar menanti, karena tugas akhir ini adalah bentuk
perjuangan demi perjumpaan kita suatu saat nanti.
Yogyakarta, 16 Agustus 2016
Erika Dwi Oktaviani
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan
tugas akhir perancangan pabrik dengan judul “Pra Rancangan Pabrik Acrylonitrile
dari Ethylene Cyanohydrin dengan Kapasitas Produksi 25.000 Ton/Tahun”.
Tugas akhir ini merupakan salah satu syarat wajib untuk menyelesaikan studi
pada strata 1 Teknik Kimia Universitas Islam Indonesia. Tugas akhir ini disusun
sebagai penerapan ilmu teknik kimia yang telah diperoleh selama dibangku kuliah
di Program Studi Teknik Kimia Universitas Islam Indonesia.
Dalam penyusunan tugas akhir ini penyusun banyak mendapat bantuan dan
dorongan baik berupa materi maupun non material dari berbagai pihak, sehingga
tugas akhir ini dapat terselesaikan dengan baik. Penyusun mengucapkan terima
kasih kepada:
1.
Bapak Faisal R M, Ir. Drs., MSIE., Ph.D. selaku Ketua Program Studi
Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia.
2.
Bapak Sholeh Ma’mun, Ph.D. selaku Dosen Pembimbing, terima kasih atas
segala bimbingannya selama ini sehingga tugas akhir ini dapat selesai tepat
waktu.
3.
Orang tua dan seluruh keluarga besar penyusun yang telah memberikan doa
dan dukungan yang sangat bermanfaat bagi penyusun.
4.
Teman–teman Teknik Kimia 2012 yang telah memberikan dukungan dan
motivasi.
viii
5.
Semua pihak yang tidak dapat penyusun sebutkan satu per satu atas bantuan
yang diberikan kepada penyusun.
Penyusun menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari sempurna, untuk
itu penyusun sangat menghargai kritik dan saran yang membangun untuk
kesempurnaan dari laporan ini. Penyusun mengharap agar tugas akhir ini dapat
bermanfaat bagi penyusun dan pembaca.
Yogyakarta, 16 Agustus 2016
Penyusun
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................
i
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN .......................
ii
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ..........................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ...................................................
iv
KATA PENGANTAR ................................................................................
viii
DAFTAR ISI ...............................................................................................
x
DAFTAR TABEL .......................................................................................
xii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................
xv
ABSTRAK ..................................................................................................
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah .........................................................
1
1.2 Tinjauan Pustaka ....................................................................
8
BAB II PERANCANGAN PRODUK
2.1 Spesifikasi Bahan Baku dan Produk ......................................
16
2.2 Pengendalian Kualitas ............................................................
19
BAB III PERANCANGAN PROSES
3.1 Uraian Proses .........................................................................
22
3.2 Spesifikasi Alat ......................................................................
24
3.3 Perencanaan Produksi ............................................................
49
BAB IV PERANCANGAN PABRIK
4.1 Lokasi Pabrik .........................................................................
x
50
4.2 Tata Letak Pabrik ...................................................................
53
4.3 Tata Letak Alat Proses ...........................................................
56
4.4 Alir Proses dan Material.........................................................
59
4.5 Layanan Teknik atau Utilitas .................................................
68
4.6 Organisasi Perusahaan ...........................................................
80
4.7 Evaluasi Ekonomi ..................................................................
96
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ............................................................................
113
5.2 Saran.......................................................................................
114
LAMPIRAN ...............................................................................................
LAMPIRAN A REAKTOR .........................................................
LAMPIRAN B MENARA DESTILASI ......................................
KARTU KONSULTASI BIMBINGAN ......................................
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Data impor akrilonitril Indonesia ................................................
3
Tabel 1.2 Data pabrik akrilonitril dunia ......................................................
4
Tabel 1.3 Data impor pabrik luar negeri .....................................................
6
Tabel 1.4 Perbandingan macam-macam proses pembuatan akrilonitril .....
14
Tabel 2.1 Spesifikasi Bahan Baku dan produk ...........................................
16
Tabel 3.1 Shell tiap Course Plate Tangki Bahan Baku ...............................
25
Tabel 3.2 Shell tiap Course Plate Tangki Produk .......................................
26
Tabel 3.3 Kebutuhan Bahan Baku ..............................................................
49
Tabel 4.1 Perincian Luas Tanah dan Bangunan Pabrik ..............................
54
Tabel 4.2 Neraca Massa Total .....................................................................
59
Tabel 4.3 Neraca Massa Bahan Baku .........................................................
59
Tabel 4.4 Neraca Massa Mix Point .............................................................
60
Tabel 4.5 Neraca Massa Ketel Reboiler ......................................................
60
Tabel 4.6 Neraca Massa Reaktor Fixed Bed Multitube ..............................
61
Tabel 4.7 Neraca Massa Menara Distilasi – 01...........................................
61
Tabel 4.8 Neraca Massa Menara Distilasi – 02...........................................
62
Tabel 4.9 Neraca Massa Menara Distilasi – 03...........................................
62
Tabel 4.10 Neraca Panas Mix Point ............................................................
63
Tabel 4.11 Neraca Panas Ketel Reboiler.....................................................
63
Tabel 4.12 Neraca Panas Reaktor ...............................................................
64
Tabel 4.13 Neraca Panas Menara Distilasi – 01 .........................................
64
xii
Tabel 4.14 Neraca Panas Menara Distilasi – 02 .........................................
65
Tabel 4.15 Neraca Panas Menara Distilasi – 03 .........................................
65
Tabel 4.16 Kebutuhan Air Pembangkit Steam............................................
74
Tabel 4.17 Kebutuhan Air Pendingin..........................................................
75
Tabel 4.18 Kebutuhan Air untuk Perkantoran dan rumah Tangga .............
76
Tabel 4.19 Jadwal Kerja Masing-Masing Regu ..........................................
88
Tabel 4.20 Jabatan dan Keahlian ................................................................
89
Tabel 4.21 Perincian Jumlah Karyawan......................................................
90
Tabel 4.22 Jumlah Karyawan ......................................................................
91
Tabel 4.23 Penggolongan Gaji Menurut Jabatan ........................................
93
Tabel 4.24 Harga Indeks .............................................................................
98
Tabel 4.25 Harga Indeks pada Tahun Perancangan ....................................
99
Tabel 4.26 Physical Plant Cost (PPC) .........................................................
105
Tabel 4.27 Direct Plant Cost (DPC) ............................................................
106
Tabel 4.28 Fixed Capital Investment (FCI) ................................................
106
Tabel 4.29 Direct Manufacturing Cost (DMC) ...........................................
106
Tabel 4.30 Indirect Manufacturing Cost (IMC) ..........................................
107
Tabel 4.31 Fixed Manufacturing Cost (FMC) ............................................
107
Tabel 4.32 Total Manufacturing Cost (MC) ...............................................
107
Tabel 4.33 Working Capital (WC) ..............................................................
108
Tabel 4.34 General Expense (GE) ..............................................................
108
Tabel 4.35 Total Biaya Produksi .................................................................
108
Tabel 4.36 Fixed Cost (Fa)..........................................................................
109
xiii
Tabel 4.37 Variable Cost (Va) ....................................................................
109
Tabel 4.38 Regulated Cost (Ra) ..................................................................
109
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Grafik kebutuhan impor luar negeri ........................................
6
Gambar 4.1 Lay-out Pabrik Skala 1 : 1100 .................................................
56
Gambar 4.2 Tata letak Alat Proses Pabrik Akrilonitril ...............................
58
Gambar 4.3 Digram Alir Kuantitatif Pabrik Akrilonitril ............................
66
Gambar 4.4 Digram Alir Kualitatif Pabrik Akrilonitril ..............................
67
Gambar 4.5 Diagram Alir Utilitas ...............................................................
79
Gambar 4.6 Struktur Organiasi ...................................................................
82
Gambar 4.7 Grafik Hubungan % Kapasitas vs. Miliar Rupiah ...................
112
xv
ABSTRAK
Pabrik akrilonitril didirikan karena mengingat kebutuhan akrilonitril di
Indonesia yang kemungkinan akan meningkat. Desain awal pabrik akrilonitril
berbahan dasar etilen sianohidrin direncanakan dibangun di Cilegon, Provinsi
Banten, dengan kapasitas produksi 25.000 ton/tahun. Pabrik kimia ini berbentuk
Perseroan Terbatas yang akan dioperasikan selama 330 hari atau 24 jam sehari
dengan total 145 karyawan. Bahan baku yang dibutuhkan adalah etilen sianohidrin
sebanyak 34760.17 ton/tahun. Proses produksi akan dioperasikan pada suhu
450°C dan tekanan sekitar 2 atm. Reaksi ini digunakan reaktor fixed bed. Reaksi
pada bagian pertama memiliki konversi sebesar 98% sehingga didapat produk
akrilonitril dan air. Adapun produk yang dihasilkan dari menara distilasi memiliki
kemurnian yang cukup tinggi, yaitu 99.85% akrilonitril sehingga harga produk
yang dijual dengan harga yang mahal. Dari analisis ekonomi didapatkan modal
tetap sebesar US$1.081.548 ; modal kerja sebesar US$21.132.662 ;dan
keuntungan sebelum pajak US$2.391.490 sesudah pajak US$2.080.596 dengan
Pay Out Time (POT) setelah pajak sebesar 2.71 tahun, persentase Return On
Investment (ROI) 26.93%, Discounted Cash Flow (DCF) 19%, Break Event Point
(BEP) 54.09%, sedangkan Shut Down Point (SDP) 33.32%. Dari analisis di atas
menunjukkan hasil yang memuaskan, sehingga dapat disimpulkan pabrik ini
menarik dan tepat untuk didirikan.
Kata kunci: akrilonitril, etilen sianohidrin, Break Event Point, Shut Down Point
xvi
ABSTRACT
Due to increasing acrylonitrile demand, it is necessary to build an
acrylonitrile plant which is planned to be built in Cilegon, Banten province, with a
production capacity of 25,000 tons / year. This plant is going to operate for 330
days or 24 hours a day with a total of 145 employees. Raw material needed is
ethylene cyanohydrin as much as 34760.17 ton / year. The production process will
operate at a temperature of 450 ° C and a pressure of about 2 atm. This reaction
uses a fixed bed reactor with 98% conversion. The product of the distillation
tower has a sufficiently high purity, at 99.85% of acrylonitrile so that the price of
product can be sold with high price. From the economic analysis, it can be
obtained that the fixed capital is US$1.081.548 ; the working capital is
US$21.132.662 ; and the profit before tax is US$2.391.490 while after tax of
US$2.080.596 with the Pay Out Time (POT) after taxes is 2.71 years, the
percentage of Return On Investment (ROI) is 26.93%, Discounted Cash Flow
(DCF) 19%, with the Break Event Point (BEP) at 54.09%, while the Shut Down
Point (SDP) is at 33.32%. The above analysis shows satisfactory results, it is
therefore concluded that the plant satisfies to be built.
Keywords: acrylonitrile, ethylene cyanohydrin, Break Event Point, Shut Down
Point
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Perkembangan industri khususnya industri yang mengolah bahan mentah
menjadi bahan setengah jadi maupun bahan jadi di Indonesia terus mengalami
peningkatan. Sehingga Indonesia dituntut untuk mampu bersaing dengan negara
lain dalam bidang industri. Perkembangan industri di Indonesia sangat
berpengaruh pada ketahanan ekonomi Indonesia yang akan menghadapi banyak
persaingan di pasar bebas nanti. Sektor industri kimia khususnya, sebagai tulang
punggung perekonomian negara, banyak memegang peranan dalam memajukan
perindustrian di Indonesia, baik yang memproduksi bahan baku maupun bahan
hasil olahannya. Namun, untuk kebutuhan berbagai bahan baku dan bahan
penunjangnya masih banyak didatangkan dari luar negeri. Jika bahan baku dan
bahan penunjang ini bisa dihasilkan dari dalam negeri, hal ini tentunya akan
menghemat
pengeluaran
devisa,
meningkatkan
ekspor,
mengembangkan
penguasaan teknologi dan membuka lapangan pekerjaan. Inovasi proses produksi
maupun pembangunan pabrik baru adalah hal yang sangat diperlukan untuk
mengurangi ketergantungan terhadap produk impor bahkan untuk menunjang
aspek positif lain dalam pembangunan industri, salah satunya dengan
pembangunan pabrik akrilonitril.
1
2
Akrilonitril adalah molekul tak jenuh yang memiliki ikatan rangkap karbonkarbon yang berkonjugasi dengan golongan nitril (Kirk & Othmer, 1991).
akrilonitril dengan rumus molekul H2C=CH-C≡N sering disebut juga asam nitril
akrilik, propilen nitril, vinyl sianida dan propenoic acid nitrile. Akrilonitril
(C3H3N) ini merupakan bahan kimia berbentuk cairan, tidak berwarna, dapat larut
dalam hampir semua pelarut organik, seperti etanol, aseton, etil asetat, karbon
tetraklorida dan benzene, namun hanya larut sebagian dalam air. Akrilonitril
bersifat toxic, mudah terbakar dan bersifat karsinogen yang dapat menyebabkan
kanker apabila terhirup, alergi dan iritasi kulit.
(Nexant, Inc., 2006)
Akrilonitril
merupakan
bahan
baku
polimer
yang
paling
luas
pemanfaatannya, seperti bahan baku pembuatan serat sintetik contohnya
digunakan untuk pakaian, kain selimut, karpet, plastik, dan bahan lain. Sekitar
60% akrilonitril dikonsumsi untuk serat sintetik (nexant. inc, 2006). Selain itu,
akrilonitril juga sangat menunjang dalam pembangunan di sektor industri polimer,
fiber sintetis, dan sejumlah resin. Di indonesia, konsumsi akrilonitril sebagian
besar digunakan pada industri resin seperti acrylonitrile butadiene styrene (ABS),
styrene acrylonitrile (SAN).
Namun, hingga saat ini kebutuhan industri dalam negeri untuk akrilonitril
masih diimpor dari luar negeri. Kebutuhan akan akrilonitril ini yang cukup tinggi
di indonesia menyebabkan besarnya impor ini terus bertambah tiap tahunnya.
Perkembangan industri di indonesia yang didukung dengan tersedianya sumber
daya manusia serta posisi strategis perdagangan dunia mendukung untuk
3
didirikannya pabrik pembuatan akrilonitril di indonesia. Selain untuk memenuhi
kebutuhan industri dalam negeri, akrilonitril merupakan komoditas ekspor yang
sangat potensial karena sangat dibutuhkan negara-negara lain.
Berdasarkan uraian diatas, dengan melihat kebutuhan, peluang pasar, dan
kesempatan yang ada, maka pendirian pabrik akrilonitril perlu dipertimbangkan
lebih lanjut dalam rangka substitusi impor akrilonitril yang selama ini selalu
dilakukan setiap tahunnya.
1.1.1 Kapasitas Perancangan
Dalam penentuan kapasitas perancangan akrilonitril ini didasarkan pada
kebutuhan di indonesia. Di indonesia sekarang ini banyak didirikan pabrik-pabrik
kimia yang menggunakan akrilonitril sebagai bahan baku utamanya di antaranya
adalah pabrik acrylic fibers, ABS resin dan akrilonitril stirena.
Data impor akrilonitril di Indonesia tahun 2010-2013 ditunjukkan dalam
tabel 1.1
Tabel 1.1 Data Impor Akrilonitril Indonesia
Tahun
Data Impor (kg)
2010
8.947.247
2011
8.086.883
2012
7.516.292
2013
7.188.118
(Sumber: BPS,2014)
4
Dari Encyclopedia of Chemical Processing and Design Mc. Ketta 1954,
diperoleh data bahwa kapasitas minimum yang masih dapat memberikan
keuntungan apabila mendirikan pabrik akrilonitril adalah 5.000 ton/tahun.
Kapasitas pabrik yang akan didirikan harus berada diatas kapasitas mnimal
atau sama dengan kapasitas pabrik yang sedang berjalan.
Tabel 1.2 Data pabrik akrilonitril dunia tahun 2013
Pabrik
Lokasi
Kapasitas (ton/tahun)
Acrilonitrila do Nordeste
Camacari, Brazil
90.000
Anqing Petrochemical
Anqing, China
80.000
Kawasaki, Japan
150.000
Mizushima, Japan
350.000
Tha-Sheh, Taiwan
190.000
Tirtier, Louisianan, US
227.000
Daqing, China
80.000
Mizushima, Japan
115.000
Otake, Japan
90.000
DSM
Geleen, Netherlands
275.000
DuPoint
Beamount, Texas, US
185.000
Formosa Plastics
Mailiao, Taiwan
280000
Fushun Petrochemical
Fushun, China
90.000
Cologne, Germany
300.000
Green Lake, Texas, US
460.000
Lima, Ohio, US
200.000
Seal Sands, UK
280.000
Jihua Group
Jilin City, China
250.000
Lukod Neftochim
Burgas, Bulgaria
28.000
Asahi Kasei
China Petrochemical
Development
Cytec Industry
Daqing Refining and
Chemical
Dia-NitriX
INEOS
5
Tabel 1.2 Data pabrik akrilonitril dunia tahun 2013 (lanjutan)
Pabrik
Lokasi
Kapasitas (ton/tahun)
Pemex Petrochemical
Tula, Mexico
65.000
Petkim
Aliaga, Turkey
92.000
Lanzhou, China
35.000
Qilu Petrochemical
Zibo, China
40.000
Reliancesa Industries
Baroda, India
42.000
Repsol YPF
Tarragona, Spain
125.000
Saratovorgsintez
Saratov, Russia
150.000
Secunda, South Africa
75.000
Shanghai Petrocemical
Inshan, China
130.000
Showa Denko
Caojing, China
260.000
Kawasaki, Japan
60.000
Solutia
Pudong, China
8.000
Sumitomo Chemical
Niihama, Japan
60.000
PetroChina Lanzhou
Petrochemical
Sasol Chemical
Industries
Sinopec Shanghai
Gaoqiao Petrochemical
(Sumber: ICIS.com)
6
Tabel 1.3 Data Impor Pabrik Luar Negeri
Negara
Data Impor 2013 (ton)
Korea
144.596
Turkey
46.399
India
30.585
Mexico
55.155
Taiwan
40.077
Switzerland
16.848
Hong Kong
5.473
China
15.190
Singapore
2.050
Canada
2.148
Lainnya
42.455
Total
400.976
(Sumber: ICIS.com)
Dari tabel 1.3 diperoleh negara-negara yang masih mengimpor akrilonitril,
negara-negara tersebutlah yang akan dijadikan tujuan ekspor akrilonitril pabrik.
Apabila dibandingkan antara data tabel 1.2 dan 1.3 terdapat beberapa negara yang
sudah memiliki pabrik akrilonitril tetapi masih mengimpor contohnya negara Cina
dan Taiwan, hal ini dikarenakan kebutuhan akrilonitril dalam negeri lebih besar
dibandingkan produksi akrilonitril negara itu sendiri sehingga untuk memenuhi
kebutuhan negara tersebut masih bergantung pada impor luar negeri.
7
Kebutuhan Impor (Kg)
10,000
y = 30x - 52792
Kebutuhan Impor (Kg)
9,000
8,000
7,000
6,000
5,000
4,000
3,000
2,000
1,000
0
2004
2006
2008
2010
2012
2014
Tahun
Gambar 1.1 Grafik kebutuhan impor dalam negeri
Dari tabel 1.2, dapat diketahui bahwa kapasitas produksi akrilonitril
minimal di dunia adalah sebesar 8.000 ton/tahun. Sedangkan kebutuhan
akrilonitril dalam negeri menurut data impor dari tahun 2005-2013 adalah sebesar
7.748 ton/tahun. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka ditetapkan kapasitas
perancangan pabrik akrilonitril yang akan didirikan pada tahun 2018 sebesar
25.000 ton/tahun dengan alasan sebagai berikut:
a. Dapat memenuhi kebutuhan akrilonitril dalam negeri sehingga mengurangi
ketergantungan impor akrilonitril.
b. Dapat mendorong berdirinya industri-industri lain yang menggunakan
akrilonitril sebagai bahan baku.
c. Apabila terpenuhi kebutuhan dalam negeri, sisa produk dapat diekspor
sehingga menambah devisa negara.
8
1.1.2 Kegunaan akrilonitril
1. Bahan untuk membuat nitrile rubber.
Pada tahun 1950 hampir semua akrilonitril yang diproduksi dijadikan
acrylic fiber. Nitrile rubber ini mempunyai banyak sifat penting dalam
perkembangannya,termasuk tahan terhadap bahan kimia, minyak, pelarut,
panas, goresan, sifat – sifat dielektrik dan fleksibelitas temperatur yang
rendah. Penggunaan nitrile rubber ini antara lain adalah sebagai karet yang
tahan terhadap minyak, bahan pelapis tangki, lem atau perekat, penutup
pelindung, insulasi listrik, campuan PVC, dan lain –lain.
2 Bahan untuk membuat acrylic fibers.
Acrylic fiber adalah salah satu produk turunan dari akrilonitril. Serat ini
banyak digunakan oleh pabrik-pabrik tekstil sebagai bahan baku pembuatan
karpet, sweater, dan baju olahraga.
3 Bahan untuk membuat Acrylonitrile Butadiene Styrene (ABS) dan Styrene
Acrylonitile (SAN). ABS mengandung 25% acrylonitrile dan SAN
mengandung 30% acrylonitrile ABS dan SAN digunakan untuk bahan
konstruksi otomotif, mesin dan alat-alat rumah tangga.
4 Bahan untuk membuat adiponitrile yang digunakan untuk intermediate
pembuatan nilon.
5 Bahan untuk membuat acrylamide sebagai bahan pengental.
9
1.2
Tinjauan Pustaka
1.2.1 Akrilonitril
Akrilonitril (C3H3N) adalah senyawa kimia tak jenuh yang paling dikenal
sebagai bahan baku pembuatan fiber akrilik. Keberadaan atom nitrogen
menyebabkan senyawa ini bersifat polar dengan elektron cenderung tertarik
kearah atom nitrogen. Sejak ditemukan oleh Sohio pada tahun 1950-an, lebih dari
90 % produksi akrilonitril secara komersial, dilakukan dengan reaksi antara
propilen dengan ammonia yang dikenal sebagai proses amoksidasi propilen.
Proses ini dipilih karena biaya produksinya yang lebih murah, terutama biaya
pada pembelian bahan baku.
1.2.2 Etilen Sianohidrin
Etilen sianohidrin pertama kali dibuat pada tahun 1978 oleh erlemeyer yaitu
dengan memanaskan campuran ethylene oxide (C2H4O) dan cyanide (HCN) pada
suhu 50–60 oC, reaksinya adalah :
CH2 – CH2 (l) + HCN (l) →HOCH2CH2CNO (l)
(1)
Reaksi tersebut dioperasikan dengan menggunakan katalisator alkaline.
Etilen sianohidrin dapat juga dibuat dari etilen sianohidrin dan sodium cyanide.
Etilen sianohidrin dapat dikonsumsi secara besar – besaran sebagai zat antara
pembuatan akrilonitril dan ester asam akrilat.
Adapun bahan baku ini diperoleh dari Kanto Chemical co., Inc yang berada
di Taiwan dengan kapasitas produksi sebesar 120.000 ton/tahun. Sehingga
kebutuhan bahan baku dapat terpenuhi
10
1.2.3 Macam-macam Pembuatan Akrilonitril
Untuk menentukan proses yang akan dipakai perlu dipertimbangkan
beberapa faktor untuk mendapatkan proses yang paling menguntungkan. Hal-hal
yang perlu dipertimbangkan adalah pengadaan bahan baku yang murah dan
mudah didapat, biaya investasi dan operasi yang rendah, pengolahan limbah yang
minimal, faktor resiko yang kecil dan diperoleh rendemen yang besar.
Pada saat ini ada beberapa macam proses yang digunakan dalam pembuatan
produk akrilonitril. Untuk menentukan pemilihan proses yang tepat, maka perlu
diketahui beberapa macam proses pembuatan akrilonitril sebagai berikut :
a. Proses Dehidrasi Etilen Sianohidrin dengan Katalisator Alumina
Proses yang terjadi adalah dehidrasi denga reaksi sebagai berikut:
(1)
Ethylene Cyanohidrine
Yield 90% Acrylonitrile
+ Air
Proses dehidrasi etilen sianohidrin menjadi akrilonitril adalah proses
eliminasi gugus OH dari etilen sianohidrin pada suhu dan tekanan tertentu. Gugus
OH- kemudian akan mengikat gugus H+ sehingga tercipta komponen H2O.
H
H
H
C
C
C
N
H
H
H
C
C
H
C
N + H
O
OH H
Pada proses ini, reaksi bisa dijalankan dalam fase cair atau gas pada tekanan
atmosferis dan suhu 350 – 450oC dengan bantuan katalis alumina. Produk
keluaran reaktor dikondensasikan dan kemudian dialirkan ke dekanter dimana
campuran cairan yang terdiri dari etilen sianohidrin, akrilonitril, dan air terpisah
11
menjadi dua layer. Masing-masing layer tersebut akan dimurnikan di menara
destilasi. Hasil atas menara destilasi berupa akrilonitril dengan kemurnian 99%.
Sedangkan hasil bawahnya yang berupa etilen sianohidrin dengan kemurnian 97%
akan di recycle untuk diproses kembali.
(Faith Keyes, 1957)
b. Proses Reaksi Acetylene dengan Asam Sianida
Reaksi yang terjadi adalah :
(1)
Acetylene
+
Hydrogen Cyanide
Yield 80%
Acrylonitrile
Proses ini berlangsung pada suhu 70oC dan tekanan atmosferis dalam fase
gas dengan menggunakan bantuan katalis cuprous chloride (CuCl2) sebagai
katalis. Yield yang diperoleh sebesar 80% terhadap acetylene dan 90 - 95%
terhadap hydrogen cyanide. Hasil gas keluaran reaktor mengandung acrylonitrile,
acetylene yang tidak bereaksi, 1-3% HCN dan sejumlah kecil berbagai macam
produk seperti acetaldehyde, vinyl acetylene, divinyl acetylene, lactonitrile
(dari acetaldehide dan HCN), vinyl chloride, cyanibutadiene, dan chloroprene.
Produk-produk hasil keluaran ini menyebabkan hilangnya banyak bahan baku,
sulitnya pemurnian pada proses akhir dan juga menyebabkan perubahan pada
katalis cuprous chloride menjadi rendah. Untuk mengatasi hal ini, digunakan
asetilen dan HCN dengan perbandingan 25:1 sampai 2:1 pada katalis cair yang
bersifat anhidrat terutama dari cuprous chloride yang dilarutkan dalam solven
nitril organik. Adanya air dalam reaksi ini tidak diinginkan karena akan
menghasilkan produk samping, karena itu reaksi ini sebaiknya dijalankan dengan
12
reaktan dan katalis yang bersifat anhidrat (tidak mengandung air). Gas-gas ini
dikontakkan dengan air dalam scrabber untuk memisahkan acrylonitrile,
hydrocyanide acid, dan beberapa produk samping. Gas-gas yang telah
dikontakkan kemudian direcycle ke reaktor, sedangkan air yang mengandung
1,5% acrylonitrile didestilasi dengan bantuan steam yang menghasilkan
akrilonitril 80%. Crude akrilonitril ini difraksinasi secara bertingkat untuk
menghasilkan akrilonitril 99%.
(Faith Keyes, 1957)
Keunggulan dari proses dehidrasi etilen sianohidrin adalah pada reaksi yang
dijalankan, suhu relatif lebih rendah, dibanding reaksi amoksidasi propilen yang
dijalankan pada suhu 300-500oC, sehingga biaya untuk pemanasan dan bahan
bakar pada proses ini akan lebih rendah. Kekurangan dari reaksi ini terutama
adalah bahan baku asetilen dan asam sianida yang relatif mahal harganya
dibanding etilen sianohidrin, selain itu dihasilkannya by product berupa senyawasenyawa non-volatile (disebut sebagai tar) yang dapat menurunkann aktivitas
katalis sehingga produk akrilonitril yang dihasilkan akan berkurang maka
diperlukan regenerasi katalis.
c. Proses Propylene Ammoxidation
Proses ini dikomersialkan oleh Sohio Company (BP Chemical) dan disebut
dengan proses propylene ammoxidation. Bahan baku berupa propena, amoniak
dari udara diumpankan dengan rasio mol 1:1, 2:10 ke dalam sebuah reaktor
fluidized. Reaktor beroperasi pada suhu 400-500oC dan tekanan 5-30 psig dengan
13
waktu tinggal ± 10 detik. Konversi propena yang tinggi diperoleh secara single
pass sehingga tidak dibutuhkan recycle. Reaksi utama yang terjadi adalah :
(1)
Propylene + Amoniak + Oksigen
Acrylonitrile + Air
(Nexant, Inc., 2006)
Katalis
yang digunakan
adalah
bismuth-phospho-molibdate.
Proses
ammoksidasi katalitik ini dapat berlangsung secara fixed bed maupun fluidized
bed. Proses fluidized bed digunakan untuk kapasitas pabrik sampai dengan
100.000 ton/tahun (Ozero dan Joseph, 1983).
Ammoksidasi propilen katalitik secara fixed bed digunakan dengan
pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut (Dutta dan Gualy, 1999) :
1. Yield yang dihasilkan besar
2. Bahan baku lebih murah.
3. Temperatur reaksi lebih rendah dari pada reaksi katalitik propilena dan
nitrogen oksida.
4. Tidak membutuhkan unit recovery katalis seperti pada proses secara
fluidized bed.
Saat ini yield terbesar yang dapat dicapai sebesar 80-95 % dengan konversi
maksimal 92%. Hasil samping yang terjadi pada reaksi ini adalah timbulnya
HCN, asetonitrile dan senyawa nitril berat lainnya.
Keunggulan dari proses ini adalah penggunaan bahan baku propene yang
relatif jauh lebih murah dibanding dengan penggunaan asetilen dan asam sianida.
Kekurangan dari proses ini adalah suhu yang digunakan pada reaktor untuk proses
14
ini sangat tinggi, yaitu 400-500○C dan prosesnya yang sangat eksotermis dapat
menyebabkan terjadinya pengurangan reaksi apabila proses reaksinya tidak
dikontrol dengan benar.
Tabel 1.4 Perbandingan Macam-macam Proses Pembuatan Acrylonitrile
Proses Dehidrasi
Ethylene
Proses Acetylene
Cyanohidrin
Kondisi Operasi
Yield
Penyimpanan
Bahan Baku
T : 70○C
T : 400-500○C
P : atmosferis
P : atmosferis
P : 0,3-2 atm
99%
80-95%
77%
Perlu penanganan
Perlu serangkaian
khusus
sistem refrigerasi
Tidak diperlukan
penanganan
khusus
(acetaldehyde,
-
vinyl acetylene,
divinyl acetylene,
lactonitrile, dan
lain-lain)
Proses
Pemurnian
Ammoxidation
T : 250-350○C
Ada
Produk Samping
Proses Propylene
Sederhana
Ada (HCN,
Acetonitrile,
Acroleine,
Succinic Nitrile,
dan uap air)
Lebih banyak dan
Lebih banyak dan
rumit karena
rumit karena
banyaknya produk
banyaknya produk
samping
samping
Dengan melihat perbandingan ketiga proses diatas, maka pada
prarancangan pabrik akrilonitril ini dipilih bahan baku etilen sianohidrin karena
hanya menggunakan satu bahan baku, proses reaksinya yang paling sederhana,
pemurniannya lebih mudah karena tidak menghasilkan produk samping.
15
1.2.4
Alumina (Al2O3) sebagai Katalis
Aluminium oksida (Al2O3) adalah senyawa kimia dari aluminium dan
oksigen, umumnya disebut sebagai alumina atau korundum dalam bentuk
kristalnya, serta banyak nama lainnya. Senyawa ini termasuk dalam material
aplikasi karena memiliki sifat-sifat yang sangat mendukung pemanfaatannya
dalam beragam bidang industri. Sifat lain dari alumina yang sangat mendukung
aplikasinya adalah daya tahan terhadap korosi.
Katalis alumina berfungsi membantu mereaksikan etilen sianohidrin
menjadi akrilonitril dalam proses dehidrasi. Dehidrasi etilen sianohidrin menjadi
akrilonitril dapat menggunakan berbagai macam katalis seperti active Al2O3
(alumina), tin, pumice, alundum, slica gel. Tetapi dipilih katalis alumina karena
katalis alumina menghasilkan yield tertinggi disbanding katalis lainnya
(Sumber : US Patent 1945)
BAB II
PERANCANGAN PRODUK
2.1
Spesifikasi Bahan Baku dan Produk
2.1.1 Tabel Spesifikasi Bahan Baku dan Produk
Tabel 2.1 Spesifikasi Bahan Baku dan Produk
Produk
Sifat
Bahan Baku
Ethylene
Alumina
Cyanohidrin
C3H5NO
Al2O3
Acrylonitrile
Air
C3H3N
H2O
53
18
71,08
101,96
350,5
189,5
-
373,15
273,15
-
501,15
226,8
-
3250
2345
0,806
0.99823
1,059
0,94
-
3,99
Rumus kimia
Berat molekul
(g/gmol)
Titik didih (K)
Titik beku (K)
Titik leleh (K)
Densitas (gr/cc)
20°C
Specific gravity
Temperatur kritis
(K)
Tekanan kritis
(atm)
Volume kritis
(m3/gmol)
Viskositas (cp)
ΔH°f (J/mol)
ΔG°f (J/mol)
Wujud
Warna
Tak berwarna
Kelarutan (g/L)
70
-
100
Harga (US$/kg)
1,32
-
0,36
536
647
690,15
5335,15
45
218
48,9
1953
210
-
-
-
180.600
191.100
Cair
−285.830
Cair
Tak
berwarna
0,56
-98.300
35.400
Cair
Padatan
Tak berwarna
-
16
Tidak
Larut
0,6
17
2.1.2 Sifat-Sifat Bahan Baku dan Produk
a. Acrylonitrile (Produk utama)
Acrylonitrile adalah molekul tak jenuh yang memiliki ikatan rangkap
karbon-karbon yang berkonjungasi dengan golongan nitril yang mana merupakan
bahan kimia antara pembuatan polimer. Acrylonitrile dapat digunakan sebagai
comonomer dalam plastik sehingga akan didapatkan plastik yang mempunyai
sikap antara lain: temperatur distorsi panas, lebih tahan terhadap zat-zat kimia,
kekerasan permukaan yang lebih besar, daya renggang yang baik, daya lentur
yang tinggi dan daya tahan yang kuat terhadap pengaruh lingkungan.
(Kirk dan Othmer, 1968)
Salah satu penggunaan acrylonitrile yang paling besar adalah untuk
produksi nitrile rubbers. Bila digunakan sebagai bahan baku pembuatan karet
(rubber), acrylonitrile dicampur dengan polystrirena, polyvinil khlorida, atau resin
fenol. Campuran dengan polistirena adalah senyawa molding thermoplastic yang
daya rengganggnya 10 kali baik dari pada polystirena.
(Kirk dan Othmer, 1968)
b. Air
Atom-atom hidrogen tertarik pada satu sisi atom oksigen, menghasilkan
molekul air yang mempunyai muatan positif pada atom hidrogen dan muatan
negatif pada atom oksigen. Karena muatan yang berlawanan tersebut di dalam
molekul air saling tarik menarik dan membuatnya menjadi lengket. Air bersifat
polar dan digunakan sebagai pelarut yang baik karena kepolarannya. Air memiliki
pH=7 (netral).
18
c. Ethylene Cyanohidrin (Bahan baku)
Hidrolisis Ethylene Cyanohidrin membentuk acrylic acid. (Kirk dan
Othmer, 1968). Ethylene Cyanohidrin bukan merupakan senyawa korosif tetapi
dapat menimbulkan bahaya berupa iritasi pada mata dan kulit apabila berkontak
secara langsung atau disebut bersifat karsinogenik. (Kanto, 2012)
Adapun syarat penyimpanan untuk bahan yang bersifat karsinogenik adalah:

Disimpan dalam tangki yang tertutup rapat

Ruangan dingin dan berventilasi

Beri label area penyimpanan degan tanda peringatan yang sesuai

Jauh dari bahaya kebakaran

Dipisahkan dari bahan-bahan yang mungkin bereaksi

Kran dari saluran gas harus tetap dalam keadaan tertutup rapat jika
tidak sedang dipergunakan

Disediakan alat pelindung diri, pakaian kerja, masker, dan sarung
tangan
d. Alumina (Katalis)
Aluminium oksida adalah isolator listrik tetapi memiliki konduktivitas
termal yang relatif tinggi untuk bahan keramik. Dalam bentuk kristal yang paling
sering terjadi, disebut korundum atau α-aluminium oksida, kekerasannya
membuat ia cocok untuk digunakan sebagai abrasif dan sebagai komponen dalam
alat pemotong. Aluminium oksida bertanggung jawab untuk ketahanan logam
aluminium atas pelapukan.
19
Alumina mengkatalisis berbagai reaksi yang berguna secara industri. Dalam
aplikasi skala terbesar, alumina adalah katalis dalam proses Claus untuk
mengonversi gas hidrogen sulfida sampah menjadi unsur sulfur di kilang.
Alumina juga berguna untuk dehidrasi alkohol menjadi alkena. Alumina berfungsi
sebagai pendukung katalis untuk katalis industri, seperti yang digunakan dalam
hidrodesulfurisasi dan beberapa polimerisasi Ziegler-Natta. Zeolit dihasilkan dari
alumina. Menjadi cukup inert secara kimia dan putih, alumina sebagai pengisi
yang lebih disukai untuk plastik.
Adapun pemilihan katalis pada suatu proses dapat didasarkan pada beberapa
hal berikut:
a. Berumur panjang
b. Harganya murah
c. Mudah diregenerasi
d. Tahan terhadap racun
e. Memiliki tahanan fisik yang besar
Pemakaian padatan katalis untuk mengkatalis suatu reaksi seiring dengan
waktu pemakaian maka akan mengalami penurunan aktivitas dan selektivitas. Bila
penurunan aktivitas dan selektivitas katalis mengakibatkan jumlah produk yang
dihasilkan tidak lebih besar daripada jumlah produk reaksi tanpa katalis, maka
katalis tersebut sudah tidak efektif dipakai untuk mengkatalisis suatu reaksi. Bila
hal ini terjadi, katalis perlu diganti jika sudah tidak bisa diregenerasi lagi.
Penururnan aktivitas dan selektivitas disebabkan adanya proses deaktivasi katalis
dan menyebabkan katalis mempunyai umur yang tertentu untuk reaksi tertentu
20
pula. Secara umum proses deaktivasi katalis meliputi peracunan, pencemaran dan
pengumpalan pada katalis.
(Hughes, 1984)
2.2
Pengendalian Kualitas
Pengendalian Kualitas (Quality control) pada pabrik acrylonitrile ini
meliputi pengendalian kualitas bahan baku, pengendalian kualitas proses, dan
pengendalian kualitas produk
2.2.1 Pengendalian Kualitas Bahan Baku
Pengendalian Kualitas bahan baku perlu dilakukan agar spesifikasi bahan
baku yang diperoleh sesuai dengan spesifikasi bahan baku yang telah ditentukan
dalam proses produksi. Oleh karena itu, sebelum bahan baku digunakan dalam
proses produksi, bahan baku akan masuk ke bagian uji laboraturium dengan
mengambil sampel tertentu. Bahan baku yang dapat digunakan dalam proses
adalah bahan baku yang sudah lolos dalam uji kelayakan di laboraturium tersebut.
Pengendalian kualitas bahan baku ethylene cyanohydrin ada pada kadar
impuritasnya, dimana menurut data Kanto Chemical co.Inc pabrik penghasil
ethylene cyanohydrin, komposisi ethylene cyanohydrin yang diproduksi meliputi
97% ethylene cyanohydrin dan 3% H2O. Spesifikasi katalis alumina yang
diproduksi Pingxiang Global Chemical Packing Co., Ltd dikontrol tingkat
kelayakannya melalui uji laboraturium dengan tujuan agar katalis dapat bekerja
secara optimum dalam proses proses produksi.
21
2.2.2 Pengendalian Kualitas Proses
Pengendalian kualitas pada proses bertujuan agar aliran produk tiap alat
proses dapat sesuai dengan nilai yang sudah ditentukan sehingga terbentuk produk
yang diinginkan. Pengendalian kualitas proses produksi dilakukan menggunakan
alat pengendali di dalam control room dimana terdapat controller yang
tersambung dengan sensor tertentu yang terpasang pada tiap alat proses sehingga
memudahkan dalam pengendalian sistem setiap tahapan proses produksi. Adapun
pengendalian kualitas dalam proses meliputi macam alat dan aliran sistem kontrol
sebagai berikut :
a. Alat Kontrol Sistem
Alat kontrol sistem yang digunakan berupa sensor, controller, dan actuator.
Sensor berupa manometer untuk sensor aliran fluida, tekanan, dan level kontrol,
sedangkan untuk suhu digunakan thermocouple. Sensor digunakan untuk
mengidentifikasi informasi variable-variabel proses tertentu dalam tiap alat
proses, sebelum informasi dikirim ke controller, informasi dari sensor terlebih
dahulu ditransmisikan menggunakan transmitter agar informasi dapat dibaca
dalam controller. Informasi yang telah sampai dalam controller akan
dibandingkan dengan set point yang ditentukan. Selanjutnya, controller akan
mengirim informasi ke actuator yang mana informasi akan digunakan untuk
memanipulasi variable sensor agar sesuai dengan variable controller. Actuator
dapat dibagi menjadi automatic control valve dan manual hand valve.
22
b. Aliran Kontrol Sistem
Aliran pneumatic digunakan untuk valve dari controller ke actuator. Pada
aktuator pneumatik yang kerjanya dapat bermodulasi diperlukan satu alat kontrol
penyuplai udara bertekanan yang khusus bernama I/P controller. I/P controller ini
mengubah perintah kontrol dari sistem kontrol yang berupa sinyal arus, menjadi
besar tekanan udara yang harus disuplai ke actuator.
Aliran electric digunakan untuk variabel suhu dari sensor ke controller
menurut prinsip kerja thermocouple dimana jika salah satu bagian pangkal lilitan
dipanasi, maka pada kedua ujung penghantar yang lain akan muncul beda
potensial (electro motive force, emf) sehingga mengalir arus listrik pada rangkaian
tersebut. Sedangkan untuk variable flow dari sensor ke controller menggunakan
aliran mekanik.
2.2.3 Pengendalian Kualitas Produk
Pengendalian
kualitas
produk
dilaksanakan
dengan
tujuan
untuk
memperoleh mutu produk yang sesuai standar MSDS (Material Safety Data
Sheet). Pengujian mutu terdiri dari uji spesifikasi yang meliputi : kemurnian,
kadar impuritas air 0,2-0,5 wt%, viskositas, densitas, specific gravity dan
sebagainya. Pengujian dilakukan 1 jam sekali dengan menggunakan metode
sampel.
BAB III
PERANCANGAN PROSES
3.1
Uraian Proses
3.1.1 Persiapan Bahan Baku
Proses pembuatan Acrylonitrile menggunakan bahan baku Ethylene
Cyanohidrin dengan katalis alumina. Ethylene Cyanohidrin pada T-01 dengan
kondisi 30°C tekanan 1 atm masuk bertemu dengan recycle dari MD-02 pada mix
point. Setelah itu campuran masuk ke KB-01 untuk mengubah fase menjadi uap.
Kettle Reboiler
bekerja menguapkan 80% campuran menjadi uap sedangkan
20% sisa tetap berupa cairan agar reboiler tidak kering. Setelah campuran berubah
fase menjadi uap, kondisi campuran disesuaikan dengan kondisi reaksi pada R-01
pada suhu 450°C menggunakan HE-01 pada tekanan 2 atm menggunakan
kompresor
3.1.2 Proses Dehidrasi Ethylene Cyanohydrin
Komposisi umpan masuk R-01 yaitu Acrylonitrile, Ethylene Cyanohidrin,
dan air dengan fraksi massa masing-masing sebesar 0,00002 ; 0,98489 ; 0,01509.
Reaktan diumpankan ke dalam R-01 yang merupakan multitube fixed bed reactor
dengan bantuan katalis Alumina (Al2O3). Reaktor yang beroperasi pada tekanan 2
atm dan suhu 450oC ini digunakan untuk mengkonversi Ethylene Cyanohidrin
menjadi Acrylonitrile dan air.
Reaksi yang terjadi di reaktor:
C3H5ON
(g)
→ C3H3N(g) + H2O
(1)
23
24
Konversi yang terjadi pada reaksi ini sebesar 98%. Karena reaksi bersifat
endotermis, maka digunakan pemanas untuk mencegah reaksi melewati range suhu
yang ditentukan. Gas hasil reaksi yang keluar dari R-01 terlebih dahulu diubah
fasenya menjadi cair dengan bantuan CD-01 kemudian dengan bantuan pompa
untuk menaikkan tekanan pada kondisi MD-01 yang sudah ditentukan yaitu 3 atm.
3.1.3 Pemisahan dan Pemurnian Produk
Berikutnya campuran akan masuk pada tahap pemurnian dengan bantuan
MD-01. Pada MD-01 produk akan keluar pada distilat karena suhu titik didih
akrilonitril lebih rendah dengan kemurnian 98% sehingga fraksi massa masing
masing akrilonitril, etilen sianohidrin, air menjadi 0,9921 ; 0,0073 ; 0,0006. Distilat
dengan tekanan 3 atm suhu 389,7 K masih dimurnikan lagi agar sesuai dengan
kemurnian akrilonitril secara komersil menggunakan MD-03 dengan kemurnian
yang diinginkan sebesar 0,9985 sehingga fraksi massa akrilonitril, etilen
sianohidrin, air masing-masing menjadi 0,990658 ; 0,000011 ; 0,000001 dan total
arus 3156,56 kg/jam pada tekanan 3 atm suhu 389,44 K.
Hasil bottom dari MD-01 dengan suhu 407,61 K tekanan 3 atm akan diproses
menggunakan MD-01 sehingga dapat langsung digunakan sebagai bahan recycle
yang akan dialirkan menuju mix point dan bercampur dengan umpan dari tangki
bahan baku. Hasil bottom MD-03 dan hasil distilat dari MD-02 selanjutnya akan
dialirkan ke unit pengolahan limbah dengan sebelumnya diturunkan tekanannya
menggunakan expansion valve dan diturunkan suhunya menggunakan CL-02 agar
kondisinya sesuai dengan kondisi atmosferis yaitu 30°C pada tekanan 1 atm. Hasil
atas MD-03 akan diturunkan suhu dan tekanannya menjadi 30°C pada tekanan 1
25
atm menggunakan CL-01 dan expansion valve sebelum dimasukkan kedalam
tangki produk.
3.2
Spesifikasi Alat
3.2.1 Tangki Penyimpanan Bahan Ethylene Cyanohydrin (T-01)
Tugas
:
Menyimpan bahan baku Ethylene Cyanohydrin
sebanyak 1.580 ton selama 15 hari
Jenis
:
Tangki silinder tegak dan beratap kerucut
Fase
:
Cair
Jumlah
:
1 buah
Volume
:
1.728 m3
Kondisi Operasi
:
Tekanan
: 1,3 atm
Suhu
: 30oC
Diameter
: 13,72 m
Tinggi
: 14,63 m
Tebal Head
: 0,054 in
Spesifikasi
:
26
Digunakan plat dengan lebar 6 ft sehingga dinding tangki dibagi menjadi:
Tabel 3.1. Shell tiap course plate tangki bahan baku
Plat dari
H (ft) dari
bawah
bawah
t min (in)
Tebal Standar (in)
1
48
42
2,53
2,62
2
42
36
2,46
2,50
3
36
30
2,39
2,50
4
30
24
2,32
2,37
5
24
18
2,25
2,37
6
18
12
2,19
2,25
7
12
6
2,12
2,12
8
6
0
2,05
2,12
Bahan
:
Carbon Steel SA-283 grade C
Harga
:
$ 138.128
3.2.2 Tangki Penyimpanan Produk Acrylonitrile (T-02)
Tugas
:
Menyimpan
produk
Acrylonitrile
1.136,36 ton selama 15 hari
Jenis
:
Tangki silinder tegak dan beratap kerucut
Fase
:
Cair
Jumlah
:
1 buah
Volume
:
1.206 m3
Kondisi Operasi
:
Tekanan
: 1 atm
Suhu
: 30oC
sebanyak
27
Spesifikasi
:
Diameter
: 13,72 m
Tinggi
: 14,63 m
Tebal Head
: 0,18 in
Digunakan plat dengan lebar 6 ft sehingga dinding tangki dibagi menjadi:
Tabel 3.2. Shell tiap course plate tangki produk
Plat dari bawah
H (ft) dari bawah
t min (in)
tebal standar (in)
1
48
42
0,80
0,87
2
42
36
0,71
0,75
3
36
30
0,62
0,75
4
30
24
0,54
0,62
5
24
18
0,45
0,50
6
18
12
0,36
0,37
7
12
6
0,28
0,37
8
6
0
0,19
0,25
Bahan
:
Carbon Steel 283 grade C
Harga
:
$ 110.502
3.2.3 Kettle Reboiler (KB-01)
Tugas
:
Menguapkan bahan campuran dari hasil mix point
ke reaktor
Jenis
:
Shell and Tube
Kondisi operasi
:
Tekanan
: 2 atm
Suhu
: 218,35°C
Beban Panas
:
Luas transfer panas :
736669,33 Btu/jam
114,71 ft2
28
Panjang
:
16 ft
Fluida dingin
:
C3H3N, C3H5ON, H2O
Ukuran
:
ID
: 12 in
Baffle space
: 6 in
Passes
: 1
Shell Side
Tube Side
Fluida panas
:
Steam
Ukuran
:
Jumlah Tube
: 81
OD; BWG
: 3/4 in; 16
ID
: 0,620 in
Susunan
: Square Pitch, 1 in
Passes
: 1
Dirt Factor min
:
0,01 hr.ft2.oF/Btu
Dirt Factor available:
0,019 hr.ft2.oF/Btu
Catatan
Kettle Reboiler memenuhi syarat, karena Rd
:
available > Rd min
Bahan
:
Carbon Steel
Harga
:
$ 5.525
29
3.2.4 Heater (HE-01)
Tugas
:
Memanaskan bahan campuran dari Kettle Reboiler
sebelum masuk Reaktor dengan menggunakan
pemanas steam
Jenis
:
Shell and Tube
Beban Panas
:
1.848.245,35 Btu/jam
Luas transfer panas :
286,15 ft2
Panjang
:
12 ft
Fluida dingin
:
C3H3N, C3H5ON, H2O
Ukuran
:
ID
: 15,75 in
Baffle space
: 7,87 in
Passes
: 2
Shell Side
Tube Side
Fluida panas
:
Steam
Ukuran
:
Jumlah Tube
: 124
OD; BWG
: 3/4 in; 16
ID
: 0,620 in
Susunan
: Square pitch, 1 in
Passes
: 1
Dirt Factor min
:
Dirt Factor available:
0,003 hr.ft2.oF/Btu
0,00342 hr.ft2.oF/Btu
30
Catatan
:
Heater-01 memenuhi syarat, karena Rd available >
Rd min
Bahan
:
Carbon Steel
Harga
:
$ 6.215
:
Tempat terjadinya reaksi dehidrogenasi Ethylene
3.2.5 Reaktor (R-01)
Tugas
Cyanohydrin menjadi Acrylonitrile dan Air
Jenis
:
Fixed Bed Multitube
Fase
:
Gas
Kondisi Operasi
:
Endotermis; Nonadiabatis; Nonisothermal
Spesifikasi
:
Tekanan
: 2 atm
Suhu
: 450oC
Diameter
: 0,94 m
Tinggi
: 3,65 m
Tebal Shell
: 0,31 in
Tebal Head
: 0,43 in
Jumlah
:
1 buah
Bahan
:
Carbon Steel SA 283 Grade C
Harga
:
$ 4.754
31
3.2.6 Condenser Total (CD-01)
Tugas
:
Mendinginkan cairan yang keluar dari reaktor ke
MD-01
Jenis
:
Double Pipe Exchanger
Beban Panas
:
1.588.080,53 Btu/jam
Luas transfer panas :
112,56 ft2
Panjang
:
25 ft
Jumlah hairpin
:
2
Ukuran
:
NPS
OD
ID
2 in
2,38 in
2,067 in
3 in
3,5 in
3,068 in
Surface outside
:
0,622 ft2/ft
:
C3H3N, C3H5ON, H2O
Fluida dingin
:
H2O
Dirt Factor min
:
0,001 hr.ft2.F/Btu
Annulus
Fluida panas
Inner Pipe
Dirt Factor available:
0,0161 hr.ft2.F/Btu
Catatan
CD-01 memenuhi syarat, karena Rd available > Rd
:
min
Bahan
:
Carbon Steel
Harga
:
$ 1.657
32
3.2.7 Menara Distilasi (MD-01)
Tugas
:
Memisahkan air dan Ethylene Cyanohidrin dari
produk Acrylonitrile
Jenis Plate
:
Sieve Tray
Kondisi Operasi
:
Puncak Menara : Tekanan : 3 atm
Suhu
Umpan
: Tekanan : 3 atm
Suhu
Dasar Menara
:
: 398,7 K
: Tekanan : 3 atm
Suhu
Spesifikasi
: 389,7 K
Diameter
: 0,67 m
Tinggi
: 9,11 m
Tebal Shell
: 0,18 in
Tebal Head
: 0,25 in
: 408,0 K
Bahan
:
Carbon Steel SA 283 Grade C
Harga
:
$ 4.143
3.2.8 Menara Distilasi (MD-02)
Tugas
:
Memisahkan Ethylene Cyanohidrin dari air dan
sedikit produk Acrylonitrile
Jenis Plate
:
Sieve Tray
33
Kondisi Operasi
:
Puncak Menara : Tekanan : 3 atm
Suhu
Umpan
: Tekanan : 3 atm
Suhu
Dasar Menara
:
: 408 K
: Tekanan : 3 atm
Suhu
Spesifikasi
: 406 K
Diameter
: 0,47 m
Tinggi
: 7,88 m
Tebal Shell
: 0,18 in
Tebal Head
: 0,25 in
: 502 K
Bahan
:
Carbon Steel SA 283 Grade C
Harga
:
$ 2.762
3.2.9 Menara Distilasi (MD-03)
Tugas
:
Memisahkan air dan Ethylene Cyanohidrin dari
produk Acrylonitrile
Jenis Plate
:
Sieve Tray
Kondisi Operasi
:
Puncak Menara : Tekanan : 3 atm
Suhu
Umpan
: Tekanan : 3 atm
Suhu
Dasar Menara
: 389,4 K
: 389,7 K
: Tekanan : 3 atm
Suhu
: 406,7 K
34
Spesifikasi
:
Diameter
: 0,74 m
Tinggi
: 6,43 m
Tebal Shell
: 0,1875 in
Tebal Head
: 0,25 in
Bahan
:
Carbon Steel SA 283 Grade C
Harga
:
$ 4.281
3.2.10 Cooler-01 (CL-01)
Tugas
:
Mendinginkan fluida hasil atas menara distilasi
(MD-03)
sebanyak
3.156,56
kg/jam
dengan
pendingin air sebanyak 9.593,91 kg/jam sebelum
ke tangki produksi
Jenis
:
Double Pipe Exchanger
Beban Panas
:
570.074,45 Btu/jam
Luas transfer panas :
36,68 ft2
Panjang
:
163,3 ft
Jumlah hairpin
:
10 hairpin
Ukuran
:
NPS
OD
ID
2 in
2,38 in
2,067 in
3 in
3,5 in
3,068 in
Surface outside
:
0,62 ft2/ft
35
Annulus
:
Fluida panas
: C3H3N, C3H5ON, H2O
Inner Pipe
:
Fluida dingin
: H2O
Dirt Factor min
:
0,001 hr.ft2.F/Btu
Dirt Factor available:
0,001 hr.ft2.F/Btu
Catatan
CL-01 memenuhi syarat, karena Rd available > Rd
:
min
Bahan
:
Carbon Steel
Harga
:
$ 1.795
3.2.11 Cooler-02 (CL-02)
Tugas
:
Mendinginkan fluida hasil bawah menara distilasi
(MD-03) dan hasil atas menara distilasi (MD-02)
sebanyak 117.82 kg/jam dengan pendingin air
sebanyak 464.64 kg/jam sebelum masuk UPL
Jenis
:
Double Pipe Exchanger
Beban Panas
:
27.609.4164 Btu/jam
Luas transfer panas :
60,62 ft2
Panjang
:
29 ft
Jumlah hairpin
:
2 hairpin
Ukuran
:
NPS
OD
ID
1 in
1,32 in
1,049 in
1,5 in
1,90 in
1,610 in
36
Surface outside
:
0,34 ft2/ft
Annulus
:
Fluida panas
: C3H3N, C3H5ON, H2O
Inner Pipe
:
Fluida dingin
: H2O
Dirt Factor min
:
0,001 hr.ft2.F/Btu
Dirt Factor available:
0,001 hr.ft2.F/Btu
Catatan
CL-02 memenuhi syarat, karena Rd available > Rd
:
min
Bahan
:
Carbon Steel
Harga
:
$ 2.071
3.2.12 Condensor (CP-01)
Tugas
:
Mengembunkan
fluida
sebanyak
3.186,29461
kg/jam dari hasil atas menara distilasi (MD-01)
dengan
pendingin
chilled
4.936,135034 kg/jam
Jenis
:
Shell and Tube exchanger
Beban Panas
:
1.057.767,5533 Btu/jam
Luas transfer panas :
502,4256 ft2
Panjang
16 ft
:
water
sebanyak
37
Shell Side
Fluida panas
:
C3H3N, C3H5ON, H2O
Ukuran
:
ID
: 21,25 in
Baffle
: 12 in
Passes
: 1
Tube Side
Fluida dingin
:
H2O
Ukuran
:
Jumlah Tube
: 96
OD; BWG
: 1,25 in; 16
Pitch
: 1,5625 in-sq
Pass
: 1
Dirt Factor min
:
0,003 hr.ft2.F/Btu
Dirt Factor available:
0,0664 hr.ft2.F/Btu
Catatan
CP-01 memenuhi syarat, karena Rd available > Rd
:
min
Bahan
:
Carbon Steel
Harga
:
$ 9.668
38
3.2.13 Reboiler (RB-01)
Tugas
:
Menguapkan fluida hasil bawah menara distilasi
(MD-01)
sebanyak
1.290,71
kg/jam
dengan
pemanas steam sebanyak 695,52 kg/jam
Jenis
:
Shell and Tube
Beban Panas
:
1.395.362,41 Btu/jam
Luas transfer panas :
848,01 ft2
Panjang
:
16 ft
Fluida dingin
:
C3H3N, C3H5ON, H2O
Ukuran
:
ID
: 39 in
Baffle
: 19,5 in
Pass
: 2
Shell Side
Tube Side
Fluida panas
:
Steam
Ukuran
:
Jumlah Tube
: 270
OD; BWG
: 3/4 in; 16
Pitch
: 1 in-square
Pass
: 2
Dirt Factor min
:
0,003 hr.ft2.oF/Btu
Dirt Factor available:
0,005 hr.ft2.oF/Btu
Catatan
RB-01 memenuhi syarat, karena Rd available > Rd
:
min
39
Bahan
:
Carbon Steel
Harga
:
$ 11.050
3.2.14 Accumulator (ACC-01)
Tugas
:
Menampung sementara hasil kondensasi menara
distilasi (MD-01) sebanyak 3.186,23 kg/jam
Jenis
:
Tangki Silinder Horizontal
Bahan
:
Carbon Steel SA-283 grade C
Spesifikasi
:
Diameter
: 0,43 m
Panjang
: 2,61 m
Tebal Shell
: 0,18 in
Tebal Head
: 0,18 in
Harga
:
$ 1.795
3.2.15 Condensor (CD-02)
Tugas
:
Mengembunkan fluida sebanyak 1.138,196 kg/jam
dari hasil atas menara distilasi (MD-02) dengan
pendingin chilled water sebanyak 8.345,46 kg/jam
Jenis
:
Shell and Tube exchanger
Beban Panas
:
1.788.355,45 Btu/jam
Luas transfer panas :
664,66 ft2
Panjang
16 ft
:
40
Shell Side
Fluida panas
:
C3H3N, C3H5ON, H2O
Ukuran
:
ID
: 23,25 in
Baffle
: 12 in
Passes
: 1
Tube Side
Fluida dingin
:
H2O
Ukuran
:
Jumlah Tube
: 127
OD; BWG
: 1,25 in; 16
Pitch
: 1,5625 in-sq
Passes
: 1
Dirt Factor min
:
0,003 hr.ft2.F/Btu
Dirt Factor available:
0,062 hr.ft2.F/Btu
Catatan
CD-02 memenuhi syarat, karena Rd available > Rd
:
min
Bahan
:
Carbon Steel
Harga
:
$ 11.740
:
Menguapkan fluida hasil bawah menara distilasi
3.2.16 Reboiler (RB-02)
Tugas
(MD-02) sebanyak 88,10 kg/jam dengan pemanas
steam sebanyak 1.168,55 kg/jam
Jenis
:
Shell and Tube
41
Beban Panas
:
1.995.277,84 Btu/jam
Luas transfer panas :
282,67 ft2
Panjang
:
16 ft
Fluida dingin
:
C3H3N, C3H5ON, H2O
Ukuran
:
ID
: 13,25 in
Baffle space
: 6,625 in
Pass
: 2
Shell Side
Tube Side
Fluida panas
:
Steam
Ukuran
:
Jumlah Tube
: 270
OD; BWG
: 3/4 in; 16
Pitch
: 1 in-square
Pass
: 2
Dirt Factor min
:
0,003 hr.ft2.oF/Btu
Dirt Factor available:
0,005 hr.ft2.oF/Btu
Catatan
Reboiler memenuhi syarat, karena Rd available >
:
Rd min
Bahan
:
Carbon Steel
Harga
:
$ 5.525
42
3.2.17 Accumulator (ACC-02)
Tugas
:
Menampung sementara hasil kondensasi menara
distilasi (MD-02) sebanyak 1.138,19 kg/jam
Jenis
:
Tangki Silinder Horizontal
Bahan
:
Carbon Steel SA-283 grade C
Spesifikasi
:
Diameter
: 0,32 m
Panjang
: 1,90 m
Tebal Shell
: 0,18 in
Tebal Head
: 0,18 in
Harga
:
$ 1.657
3.2.18 Condensor (CD-03)
Tugas
:
Mengembunkan fluida sebanyak 3.156,565kg/jam
dari hasil atas menara distilasi (MD-03) dengan
pendingin chilled water sebanyak 4.852,59kg/jam
Jenis
:
Shell and Tube exchanger
Beban Panas
:
1.039.865,307Btu/jam
Luas transfer panas :
664,66 ft2
Panjang
:
16 ft
Fluida panas
:
C3H3N, C3H5ON, H2O
Ukuran
:
ID
: 23,25 in
Baffle space
: 12 in
Shell Side
43
Pass
: 1
Tube Side
Fluida dingin
:
H2O
Ukuran
:
Jumlah Tube
: 127
OD; BWG
: 1,25 in; 16
Pitch
: 1,5625 in-sq
Pass
: 1
Dirt Factor min
:
0,003 hr.ft2.F/Btu
Dirt Factor available:
0,086 hr.ft2.F/Btu
Catatan
CD-03 memenuhi syarat, karena Rd available > Rd
:
min
Bahan
:
Carbon Steel
Harga
:
$ 11.740
:
Menguapkan fluida hasil bawah menara distilasi
3.2.19 Reboiler (RB-03)
Tugas
(MD-03) sebanyak 29,72 kg/jam dengan pemanas
steam sebanyak 1.168,55 kg/jam
Jenis
:
Shell and Tube
Beban Panas
:
1995277,84 Btu/jam
Luas transfer panas :
282,67 ft2
Panjang
16 ft
:
44
Shell Side
Fluida dingin
:
C3H3N, C3H5ON, H2O
Ukuran
:
ID
: 13,25 in
Baffle space
: 6,625 in
Pass
: 2
Tube Side
Fluida panas
:
Steam
Ukuran
:
Jumlah Tube
: 90
OD; BWG
: 3/4 in; 16
Pitch
: 1 in-square
Pass
: 2
Dirt Factor min
:
0,003 hr.ft2.oF/Btu
Dirt Factor available:
0,0038 hr.ft2.oF/Btu
Catatan
RB-03 memenuhi syarat, karena Rd available > Rd
:
min
Bahan
:
Carbon Steel
Harga
:
$ 5.525
3.2.20 Accumulator (ACC-03)
Tugas
:
Menampung sementara hasil kondensasi menara
distilasi (MD-03) sebanyak 3.156,56 kg/jam
Jenis
:
Tangki Silinder Horizontal
Bahan
:
Carbon Steel SA-283 grade C
45
Spesifikasi
Harga
:
:
Diameter
: 0,43 m
Panjang
: 2,60 m
Tebal Shell
: 0,18 in
Tebal Head
: 0,18 in
$ 2.486
3.2.21 Expansion Valve 01 (EV-01)
Tugas
:
Menurunkan tekanan hasil bawah MD-02 di
recycle menuju mix point
Jenis
:
Globe Valve
Debit
:
0,1032 m3/jam
Spesifikasi
:
ID
: 0,62 in
OD
: 0,84 in
a’t
: 0,304 in2
v
: 0,14 m/s
Bahan
:
Carbon Steel
Harga
:
$ 69
3.2.22 Expansion Valve 01 (EV-02)
Tugas
:
Menurunkan tekanan hasil atas MD-03 menuju
tangki produk (T-01)
Jenis
:
Globe Valve
Debit
:
4,59 m3/jam
46
Spesifikasi
:
ID
: 1,61 in
OD
: 1,9 in
a’t
: 2,04 in2
v
: 0,97 m/s
Bahan
:
Carbon Steel
Harga
:
$ 48
3.2.23 Expansion Valve 01 (EV-03)
Tugas
:
Menurunkan tekanan campuran hasil atas MD-02
dan hasil bawah MD-03 menuju UPL
Jenis
:
Globe Valve
Debit
:
1,8156 m3/jam
Spesifikasi
:
ID
: 1,61 in
OD
: 1,9 in
a’t
: 2,04 in2
v
: 0,97 m/s
Bahan
:
Carbon Steel
Harga
:
$ 48
47
3.2.24 Compressor (C-01)
Tugas
:
Mengalirkan umpan 80% kettle reboiler ke reaktor
Jenis
:
Kompresor sentrifugal multi stage
Kondisi Operasi
:
T0
: 723,15 K
T1
: 6723,15
P0
: 2 atm
P1
: 2 atm
Power motor
:
15 HP
Harga
:
$ 10.359
3.2.25
Compressor (C-02)
Tugas
:
Menaikkan tekanan 2 atm dari reaktor menjadi
3
atm menuju MD-01
Jenis
:
Kompresor sentrifugal multi stage
Kondisi Operasi
:
T0
: 667,55 K
T
: 684,14
P0
: 2 atm
P1
: 3 atm
Power motor
:
15 HP
Harga
:
$ 9.668
:
Menaikkan tekanan 1,3 atm bahan campuran di
3.2.26 Pompa (P-01)
Tugas
mix point menuju kettle reboiler
Jenis
:
Centrifugal Pump
Bahan
:
Iron
Kapasitas
:
2650,1646 gpm
48
Jumlah
:
2
Spesifikasi
:
Static head
: 6,71 ft
Velocity head
: 0 ft
Pressure head
: 425,37 ft
Putaran spesifik : 1750 rpm
Harga
Tenaga pompa
: 24,11 HP
Tenaga Motor
: 30 HP
:
@$ 14.027
:
Mengalirkan bahan campuran di Kettle Reboiler
3.2.27 Pompa (P-02)
Tugas
menuju Reaktor
Jenis
:
Centrifugal Pump
Bahan
:
Iron
Kapasitas
:
136,4615 gpm
Jumlah
:
2
Spesifikasi
:
Static head
: 8,6942 ft
Velocity head
: 0 ft
Pressure head
: 0 ft
Putaran spesifik : 17 rpm
Harga
:
Tenaga pompa
: 0,72 HP
Tenaga Motor
: 1,5 HP
@$ 2.244
49
3.2.28 Pompa (P-03)
Tugas
:
Mengalirkan hasil bawah MD-01 melalui reboiler
menuju MD-02
Jenis
:
Centrifugal Pump
Bahan
:
Iron
Kapasitas
:
126,13 gpm
Jumlah
:
2
Spesifikasi
:
Static head
: 16,40 ft
Velocity head
: 0 ft
Pressure head
: 0 ft
Putaran spesifik : 1750 rpm
Harga
:
Tenaga pompa
: 0,89 HP
Tenaga Motor
: 2,5 HP
@$ 1.683
3.3 Perencanaan Produksi
3.3.1 Analisis Kebutuhan Bahan Baku
Analisis kebutuhan bahan baku berkaitan dengan ketersedian bahan baku
terhadap kebutuhan kapasitas pabrik. Bahan baku propilen diperoleh dari Kanto
Chemical co., Inc yang berada di Taiwan dengan kapasitas produksi sebesar
120.000 ton/tahun. Sehingga kebutuhan bahan baku dapat terpenuhi.
50
Tabel 3.3 Kebutuhan bahan baku
Komponen
Ethylene Cyanohydrin
Kebutuhan = 4.388 kg/jam
Kebutuhan
Rerata ketersedian
bahan baku
bahan baku
(ton/tahun)
(ton/tahun)
34.760
120.000
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa ketersediaan bahan baku ethylene
cyanohydrin dapat memenuhi kebutuhan pabrik, atau dengan kata lain ketersediaan
bahan baku aman untuk proses produksi.
3.3.2 Analisis Kebutuhan Peralatan Proses
Analisis kebutuhan peralatan proses meliputi kemampuan peralatan untuk
proses dan umur atau jam kerja peralatan dan perawatannya. Dengan adanya
analisis kebutuhan peralatan proses maka akan dapat diketahui anggaran yang
diperlukan untuk peralatan proses, baik pembelian maupun perawatannya.
BAB IV
PERANCANGAN PABRIK
4.1
Lokasi Pabrik
Lokasi pabrik sangat berpengaruh pada keberadaan suatu industri, baik dari
segi komersil, maupun kemungkinan pengembangan dimasa yang akan datang.
Ketepatan pemilihan lokasi suatu pabrik harus direncanakan dengan baik dan
tepat. Kemudahan dalam pengoperasian pabrik dan perencanaan di masa depan
merupakan faktor-faktor yang perlu mendapat perhatian dalam penetapan lokasi
suatu pabrik. Hal tersebut menyangkut faktor produksi dan distribusi dari produk
yang dihasilkan. Lokasi pabrik harus menjamin biaya transportasi dan produksi
yang seminimal mungkin, disamping beberapa faktor lain yang harus
dipertimbangkan misalnya pengadaan bahan baku, utilitas, dan lain-lain. Oleh
karena itu, pemilihan dan penentuan lokasi pabrik yang tepat merupakan salah
satu faktor yang sangat penting dalam suatu perencanaan pabrik.
Berdasarkan pertimbangan di atas, maka ditentukan rencana pendirian
pabrik Acrylonitrile ini berlokasi di daerah kawasan industri Cilegon, Banten.
Faktor-faktor yang menjadi dasar pertimbangan dalam menentukan lokasi pabrik
adalah sebagai berikut:
4.1.1 Penyediaaan Bahan Baku
Sumber bahan baku merupakan salah satu faktor penting yang
mempengaruhi pemilihan lokasi pabrik. Bahan baku utama ethylene cyanohydrin
diperoleh dari Kanto Chemical co., Inc yang berada di Taiwan, sehingga dipilih
51
52
lokasi yang dekat dengan pelabuhan untuk mempermudah penyediaannya dan
penekanan biaya penyediaan bahan baku.
4.1.2 Pemasaran Produk
Daerah cilegon merupakan daerah yang tepat untuk daerah pemasaran.
Karena banyaknya industri kimia yang menggunakan bahan baku acrylonitrile,
diantaranya:
a. Industri Acrylonitrile Butadiene Stirene (ABS) dan Styrene Acrylonitrile
(SAN) yang diproduksi PT. Arbe Styrindo Indonesia.
b. Industri Acrylonitrile Butadiene Styrene (ABS) yang diproduksi PT. ABS
Indutri Indonesia.
Selain itu, daerah ini juga dekat dengan Pelabuhan Merak yang
memudahkan ekspor acrylonitrile ke industri-industri yang berada di luar negeri,
seperti:
a. Industri Acrylonitrile Butadiene Styrene (ABS), Styrene Acrylonitrile
(SAN) yang diproduksi Bhansali Engineering Polymers., Ltd, India.
b. Industri Acrylic Fiber yang diproduksi Thai Acrylic Fiber Co., Ltd,
Thailand.
4.1.3 Utilitas
Hal lain yang mendukung pemilihan lokasi pabrik di daerah Cilegon ini
adalah dekatnya sumber air. Penyediaan air untuk utilitas mudah dan murah
karena kawasan ini dekat dengan sungai dan laut, sungai terdekat yaitu sungai
Cidanau. Sarana yang lain seperti bahan bakar dan listrik dapat diperoleh dengan
mudah karena dekat dengan Pertamina dan PLTU.
53
4.1.4 Letak Geografis
Daerah Cilegon dan sekitarnya telah direncanakan oleh pemerintah sebagai
salah satu pusat pengembangan wilayah produksi industri.
4.1.5 Transportasi
Transportasi sangat penting bagi suatu industri. Di daerah Cilegon tersedia
sarana transportasi yang cukup memadai untuk keperluan pengangkutan bahan
baku dan pemasaran produk yang dapat ditempuh melalui jalur darat maupun laut.
Pelabuhan dapat dijadikan tempat berlabuh untuk kapal yang mengangkut bahan
baku maupun produk. Dengan tersedianya sarana baik darat maupun laut maka
diharapkan kelancaran kegiatan proses produksi, serta kelancaran pemasaran baik
pemasaran domestik maupun internasional.
4.1.6 Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang dibutuhkan pada pabrik ini meliputi tenaga kerja terdidik,
terampil maupun tenaga kasar. Kawasan inidustri ini dekat dengan daerah Jawa
Barat dan Jabotabek yang sarat lembaga pendidikan formal maupun non formal
banyak menghasilkan tenaga kerja ahli maupun non ahli yang dapat menunjang
proses produksi.
4.1.7 Keadaan Iklim
Lokasi yang dipilih merupakan lokasi yang cukup stabil karena memiliki
iklim rata-rata yang cukup baik. Seperti daerah lain di Indonesia yang beriklim
tropis dengan temperatur udara berkisar 20-35oC. Bencana alam seperti gempa
bumi, tanah longsor maupun banjir besar jarang terjadi sehingga operasi pabrik
dapat berjalan lancar.
54
4.1.8 Faktor Penunjang Lain
Cilegon merupakan daerah kawasan industri yang telah ditetapkan oleh
pemerintah, sehingga faktor-faktor seperti: tersedianya energi listrik, bahan bakar,
air, iklim dan karakter tempat/lingkungan bukan merupakan suatu kendala karena
semua telah dipertimbangkan pada penetapan kawasan tersebut sebagai kawasan
industri.
Dengan pertimbangan di atas maka dapat disimpulkan bahwa kawasan
Cilegon layak dijadikan pabrik acrylonitrile di Indonesia.
4.2 Tata Letak Pabrik
Tata letak pabrik adalah tempat kedudukan dari bagian-bagian pabrik yang
meliputi tempat bekerjanya karyawan, tempat peralatan, tempat penyimpanan
bahan baku dan produk, dan sarana lain seperti utilitas, taman dan tempat parkir.
Untuk mencapai kondisi yang optimal, maka hal-hal yang perlu
dipertimbangkan dalam menentukan tata letak pabrik sebagai berikut:
a. Pabrik yang akan didirikan ini merupakan pabrik baru, sehingga dalam
menentukan layout tidak dibatasi oleh bangunan yang ada.
b. Faktor keamanan terutama untuk bahaya kebakaran, maka dalam
perancangan layout selalu diusahakan memisahkan sumber api dan sumber panas
dari sumber bahan yang mudah meledak
Pengelompokkan unit-unit proses yang satu dengan yang lainnya akan
memudahkan penanganan saat terjadi kebakaran. Layout dapat dibagi menjadi
beberapa kompleks utama, yaitu:
55
a. Kompleks administrasi atau perkantoran, laboratorium dan ruang kontrol.
Daerah administrasi merupakan pusat kegiatan administrasi pabrik yang mengatur
kelancaran operasi. Laboratorium dan ruang kontrol sebagai pusat pengendalian
proses, kualitas dan kuantitas bahan yang akan diproses serta produk yang akan
dijual.
b. Kompleks produksi/proses, merupakan daerah tempat alat-alat proses
diletakkan dan proses berlangsung.
c. Kompleks gudang umum, bengkel dan garasi.
d. Kompleks utilitas, merupakan daerah dimana penyediaan air dan tenaga
listrik dipusatkan.
Adapun perincian luas tanah sebagai bangunan pabrik dapat dilihat pada
tabel di bawah ini:
Tabel 4.1 Perincian Luas Tanah dan Bangunan Pabrik
Panjang, m
Lebar, m
Luas, m2
Kantor utama
44
14
616
Pos Keamanan/satpam
8
4
32
Mess
16
36
576
Parkir Tamu
12
22
264
Parkir Truk
20
12
240
Ruang timbang truk
12
6
72
Kantor teknik dan produksi
20
14
280
Klinik
12
10
120
Lokasi
56
Tabel 4.1 Perincian Luas Tanah dan Bangunan Pabrik (lanjutan)
Panjang, m
Lebar, m
Luas, m2
Masjid
14
12
168
Kantin
16
12
192
Bengkel
12
24
288
Unit pemadam kebakaran
16
14
224
Gudang alat
22
10
220
Laboratorium
12
16
192
Utilitas
24
10
240
Area proses
65
35
2.275
Control Room
28
10
280
Control Utilitas
10
10
100
Jalan dan taman
60
40
2400
Perluasan pabrik
110
20
2200
Luas Tanah
-
-
10979
Luas Bangunan
-
-
6379
533
331
10.979
Lokasi
Total
57
LAY OUT PABRIK ACRYLONITRILE
PO
S
Kope
rasi
Poli
Klini
k
Area
Parkir
Truk
Masjid
Aula
Fire &
Safety
Kantor
Diklat
PO
S
Kanti
n
Laboratoriu
m
Area Parkir
Kantor
Area Proses
Utilitas
Area Penyimpanan
Fire &
Safety
Maintenance
Gudang
Pengolahan Limbah
Gambar 4.1 Lay out pabrik skala 1 : 1100
4.3 Tata Letak Alat Proses
Dalam perancangan tata letak peralatan proses pada pabrik ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan, yaitu:
4.3.1 Aliran Bahan Baku dan Produk
Jalannya aliran bahan baku dan produk yang tepat akan memberikan
keuntungan ekonomis yang besar, serta menunjang kelancaran dan keamanan
produksi.
4.3.2 Aliran Udara
Aliran udara di dalam dan sekitar area proses perlu diperhatikan
kelancarannya. Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya stagnasi udara
58
pada suatu tempat berupa penumpukan atau akumulasi bahan kimia berbahaya
yang dapat membahayakan keselamatan pekerja, selain itu perlumemperhatikan
arah hembusan angin.
4.3.3 Pencahayaan
Penerangan seluruh pabrik harus memadai. Pada tempat-tempat proses yang
berbahaya atau berisiko tinggi harus diberi penerangan tambahan.
4.3.4 Lalu Lintas Manusia dan Kendaraan
Dalam perancangan lay out peralatan, perlu diperhatikan agar pekerja dapat
mencapai seluruh alat proses dengan cepat dan mudah agar apabila terjadi
gangguan pada alat proses dapat segera diperbaiki, selain itu keamanan pekerja
selama menjalankan tugasnya perlu diprioritaskan.
4.3.5 Pertimbangan Ekonomi
Dalam menempatkan alat-alat proses pada pabrik diusahakan agar dapat
menekan biaya operasi dan menjamin kelancaran serta keamanan produksi pabrik
sehingga dapat menguntungkan dari segi ekonomi.
4.3.6 Jarak Antar Alat Proses
Untuk alat proses yang mempunyai suhu dan tekanan operasi tinggi,
sebaiknya dipisahkan dari alat proses lainnya, sehingga apabila terjadi ledakan
atau kebakaran pada alat tersebut, tidak membahayakan alat-alat proses lainnya.
59
HE-01
RE-01
T-01
KB-01
CD-01
MD03
T-02
MD01
CL01
CL02
MD02
Gambar 4.2 Tata letak alat proses pabrik acrylonitrile
Keterangan :
1. T-01 = Tangki Bahan Baku
10. CL-01 = Cooler
2. T-02 = Tangki Produk
11. CL-02 = Cooler
3. CD-01 = Heater
4. KB-01 = Reboiler
5. RE-01 = Reaktor
6. CD-01 = Kondenser
7. MD-01 = Menara Distilasi-01
8. MD-02 = Menara Distilasi-02
9. MD-03 = Menara Distilasi-03
60
4.4
Alir Proses dan Material
4.4.1 Neraca Massa
4.4.1.1 Neraca Massa Total
Tabel 4.2 Neraca massa total
Keluar, kg/jam
Komponen
Masuk, kg/jam
MD-03
MD-02
Bottom
UP
Produk
C3H5NO
4.323,08
1,76
0,13
0,00
H2O
65,83
23,23
1.138,07
0,03
C3H3N
0,00
4,74
64,42
3.156,53
Total
4.388,91
4.388,91
4.4.1.2 Neraca Massa per Alat
a. Tangki Bahan Baku C3H5NO (T-01)
Tabel 4.3 Neraca massa tangki bahan baku
Komponen
Masuk, kg/jam
Keluar, kg/jam
C3H5NO
4.323,08
4.323,08
H2O
65,83
65,83
C3H3N
0,00
0,00
Total
4.388,91
4.388,91
61
b. Mix Point (MP)
Tabel 4.4 Neraca massa mix point
Masuk, kg/jam
Keluar,
Komponen
Recycle
Feed
kg/jam
0,2 KB-01
MD-02
C3H5NO
4.323,08
1.102,34
86,29
5511,71
H2O
65,83
16,89
1,71
84,43
C3H3N
0,00
0,02
0,10
0,12
Total
5.596,26
5.596,26
c. Kettle Reboiler (KB-01)
Tabel 4.5 Neraca massa kettle reboiler
Keluar, kg/jam
Komponen
Masuk, kg/jam
80%
20%
C3H5NO
5.511,71
4.409,37
1.102,34
H2O
84,43
67,54
16,89
C3H3N
0,12
0,10
0,02
Total
5.596,26
5.596,26
62
d. Reaktor Fix Bed Multitube (R-01)
Tabel 4.6 Neraca massa reaktor Fix bed multitube
Komponen
Masuk, kg/jam
Keluar, kg/jam
C3H5NO
4.409,37
88,19
H2O
67,54
1163,04
C3H3N
0,10
3.225,79
Total
4.477,01
4.477,01
e. Menara Distilasi (MD-01)
Tabel 4.7 Neraca massa menara distilasi-01
Keluar, kg/jam
Komponen
Masuk, kg/jam
Up
Bottom
C3H5NO
88,19
1,76
86,42
H2O
1163,04
23,26
1.139,78
C3H3N
3.225,79
3.161,27
64,52
Total
4.477,01
4.477,01
63
f. Menara Distilasi (MD-02)
Tabel 4.8 Neraca massa menara distilasi-02
Keluar, kg/jam
Komponen
Masuk, kg/jam
Up
Bottom
C3H5NO
86,42
0,13
86,29
H2O
1.139,78
1.138,07
1,71
C3H3N
64,52
64,42
0,10
Total
1.290,72
1.290,72
g. Menara Distilasi (MD-03)
Tabel 4.9 Neraca massa menara distilasi-03
Keluar, kg/jam
Komponen
Masuk, kg/jam
Up
Bottom
C3H5NO
1,76
0,00
1,76
H2O
23,26
0,03
23,23
C3H3N
3.161,27
3.156,53
4,74
Total
3.186,29
3.186,29
64
4.4.2 Neraca Panas
Suhu referensi = 25oC
a. Mix Point (MP)
Tabel 4.10 Neraca panas mix point
Komponen
ΔH in (kJ/j)
Enthalpi Fresh Feed
64.648,20
Enthalpi Recycle
56.08,71
Enthalpi 0,2 Kettle Reboiler
ΔH out (kJ/j)
667.938,84
Enthalpi hasil
788.669,76
Total
788.669,76
788.669,76
b. Kettle Reboiler (KB-01)
Tabel 4.11 Neraca panas kettle reboiler
Komponen
Panas Umpan
ΔH in (kJ/j)
ΔH out (kJ/j)
788.669,76
Panas Keluar
1253200,92
Panas Reaksi
4.320.828,72
Beban Panas
4.785.359,88
Total
5.574.029,65
5.574.029,65
65
c. Reaktor Fix Bed Multitube (R-01)
Tabel 4.12 Neraca panas reaktor fix bed multitube
Komponen
ΔH in (kJ/j)
Panas Umpan
3.203.203,24
Panas Keluar
25.649.114,11
ΔH out (kJ/j)
Panas Reaksi
2.796.584,91
Beban Panas
26.055.732,45
Total
28.852.317,36
28.852.317,36
d. Menara Distilasi (MD-01)
Tabel 4.13 Neraca panas menara destilasi-01
ΔH in (kJ/j)
ΔH out (kJ/j)
Umpan,
Hasil Atas,
Total panas = 1.487.312,60
Total panas = 750704,62
Hasil Bawah,
Total panas = 567451,14
Qc
Qb
= 1641342,30
= 1.472.185,47
2959498,08
2959498,08
66
e. Menara Distilasi (MD-02)
Tabel 4.14 Neraca panas menara destilasi-02
ΔH in (kJ/j)
ΔH out (kJ/j)
Umpan,
Hasil Atas,
Total panas = 684769,21
Total panas = 1410212,19
Hasil Bawah,
Total panas = 56082,07
Qc
Qb
= 1323604,77
= 2105129,83
2789899,04
2789899,04
f. Menara Distilasi (MD-03)
Tabel 4.15 Neraca panas menara destilasi-03
ΔH in (kJ/j)
ΔH out (kJ/j)
Umpan,
Hasil Atas,
Total panas = 662164,81
Total panas = 729650,36
Hasil Bawah,
Total panas = 12301,84
Qc
Qb
= 1415760,33
= 1495547,72
2157712,54
2157712,54
67
68
69
4.5
Pelayanan Teknik (Utilitas)
Untuk mendukung proses dalam suatu pabrik diperlukan sarana penunjang
yang penting demi kelancaran jalannya proses produksi. Sarana penunjang
merupakan sarana lain yang diperlukan selain bahan baku dan bahan pembantu
agar proses produksi dapat berjalan sesuai yang diinginkan.
Salah satu faktor yang menunjang kelancaran suatu proses produksi didalam
pabrik yaitu penyediaan utilitas. Penyediaan utilitas ini meliputi:
1.
Unit Penyediaan dan Pengolahan Air ( Water Treatment System )
2.
Unit Pembangkit Steam ( Steam Generation System )
3.
Unit Pembangkit Listrik ( Power Plant System )
4.
Unit Penyedia Udara Instrumen ( Instrument Air System )
5.
Unit Penyediaan Bahan Bakar
4.5.1 Unit Penyediaan dan Pengolahan Air (Water Treatment System)
4.5.1.1 Unit Penyediaan Air
Untuk memenuhi kebutuhan air suatu pabrik pada umumnya menggunakan
air sumur, air sungai, air danau maupun air laut sebagai sumbernya. Dalam
perancangan pabrik Acrylonitrile ini, sumber air yang digunakan berasal dari air
sungai terdekat yaitu sungai Cidanau. Adapun penggunaan air sungai sebagai
sumber air dengan pertimbangan sebagai berikut:
1. Pengolahan air sungai relatif lebih mudah, sederhana dan biaya pengolahan
relatif murah dibandingkan dengan proses pengolahan air laut yang lebih
rumit dan biaya pengolahannya umumnya lebih besar.
70
2. Air sungai merupakan sumber air yang kontinuitasnya relatif tinggi,
sehingga kendala kekurangan air dapat dihindari.
3. Jumlah air sungai lebih banyak dibanding dari air sumur.
4. Letak sungai berada tidak jauh dari lokasi pabrik.
Air yang diperlukan di lingkungan pabrik digunakan untuk:
1. Air pendingin
Pada umumnya air digunakan sebagai media pendingin karena faktor-faktor
berikut:
a. Air merupakan materi yang dapat diperoleh dalam jumlah besar.
b. Mudah dalam pengolahan dan pengaturannya.
c. Dapat menyerap jumlah panas yang relatif tinggi persatuan volume.
d. Tidak mudah menyusut secara berarti dalam batasan dengan adanya
perubahan temperatur pendingin.
e. Tidak terdekomposisi.
2. Air Umpan Boiler (Boiler Feed Water)
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penanganan air umpan boiler
adalah sebagai berikut :
a. Zat-zat yang dapat menyebabkan korosi.
Korosi yang terjadi dalam boiler disebabkan air mengandung larutanlarutan asam, gas-gas terlarut seperti O2, CO2, H2S dan NH3. O2 masuk
karena aerasi maupun kontak dengan udara luar.
71
b. Zat yang dapat menyebabkan kerak (scale forming).
Pembentukan kerak disebabkan adanya kesadahan dan suhu tinggi, yang
biasanya berupa garam-garam karbonat dan silika.
c. Zat yang menyebabkan foaming.
Air yang diambil kembali dari proses pemanasan bisa menyebabkan
foaming pada boiler karena adanya zat-zat organik yang tak larut dalam
jumlah besar. Efek pembusaan terutama terjadi pada alkalitas tinggi.
3. Air sanitasi.
Air sanitasi adalah air yang akan digunakan untuk keperluan sanitasi. Air ini
antara lain untuk keperluan perumahan, perkantoran laboratorium, masjid. Air
sanitasi harus memenuhi kualitas tertentu, yaitu:
a. Syarat fisika, meliputi:
1) Suhu
: Di bawah suhu udara
2) Warna : Jernih
3) Rasa
: Tidak berasa
4) Bau
: Tidak berbau
b. Syarat kimia, meliputi:
1)
Tidak mengandung zat organik dan anorganik yang terlarut dalam air.
2)
Tidak mengandung bakteri.
72
4.5.1.2 Unit Pengolahan Air
Tahapan-tahapan pengolahan air adalah sebagai berikut:
1. Clarifier
Kebutuhan air dalam suatu pabrik dapat diambil dari sumber air yang ada di
sekitar pabrik dengan mengolah terlebih dahulu agar memenuhi syarat untuk
digunakan. Pengolahan tersebut dapat meliputi pengolahan secara fisika dan
kimia, penambahan desinfektan maupun dengan penggunaan ion exchanger.
Mula-mula raw water diumpankan ke dalam tangki kemudian diaduk
dengan putaran tinggi sambil menginjeksikan bahan-bahan kimia, yaitu:
a. Al2(SO4)3.18H2O, yang berfungsi sebagai flokulan.
b. Na2CO3, yang berfungsi sebagai flokulan.
Air baku dimasukkan ke dalam clarifier untuk mengendapkan lumpur dan
partikel padat lainnya, dengan menginjeksikan alum (Al 2(SO4)3.18H2O), koagulan
acid sebagai pembantu pembentukan flok dan NaOH sebagai pengatur pH. Air
baku ini dimasukkan melalui bagian tengah clarifier dan diaduk dengan agitator.
Air bersih keluar dari pinggir clarifier secara overflow, sedangkan sludge (flok)
yang terbentuk akan mengendap secara gravitasi dan di blowdown secara berkala
dalam waktu yang telah ditentukan. Air baku yang mempunyai turbidity sekitar 42
ppm diharapkan setelah keluar clarifier turbiditynya akan turun menjadi lebih
kecil dari 10 ppm.
2. Penyaringan
Air
dari
clarifier
dimasukkan
ke
dalam
sand
filter
untuk
menahan/menyaring partikel-partikel solid yang lolos atau yang terbawa bersama
73
air dari clarifier. Air keluar dari sand filter dengan turbidity kira-kira 2 ppm,
dialirkan ke dalam suatu tangki penampung (filter water reservoir).
Air bersih ini kemudian didistribusikan ke menara air dan unit
demineralisasi. Sand filter akan berkurang kemampuan penyaringannya. Oleh
karena itu perlu diregenerasi secara periodik dengan back washing.
3. Demineralisasi
Untuk umpan ketel (boiler) dibutuhkan air murni yang memenuhi
persyaratan bebas dari garam-garam murni yang terlarut. Proses demineralisasi
dimaksudkan untuk menghilangkan ion-ion yang terkandung pada filtered water
sehingga konduktivitasnya dibawah 0,3 Ohm dan kandungan silica lebih kecil dari
0,02 ppm.
Adapun tahap-tahap proses pengolahan air untuk umpan ketel adalah
sebagai berikut :
a. Cation Exchanger
Cation exchanger ini berisi resin pengganti kation dimana pengganti
kation-kation yang dikandung di dalam air diganti dengan ion H+ sehingga
air yang akan keluar dari cation exchanger adalah air yang mengandung
anion dan ion H+. Sehingga air yang keluar dari cation tower adalah air yang
mengandung anion dan ion H+.
Reaksi:
CaCO3 → Ca2+ + CO3-
(1)
MgCl2 + R – SO3 → MgRSO3 + Cl- + H+
(2)
Na2SO4 (resin) → Na2+ + SO42-
(3)
74
Dalam jangka waktu tertentu, kation resin ini akan jenuh sehingga perlu
diregenerasikan kembali dengan asam sulfat.
Reaksi:
Mg + RSO3 + H2SO4 → R2SO3H + MgSO4
(4)
b. Anion Exchanger
Anion exchanger berfungsi untuk mengikat ion-ion negatif (anion) yang
terlarut dalam air, dengan resin yang bersifat basa, sehingga anion-anion
seperti CO32-, Cl- dan SO42- akan membantu garam resin tersebut.
Reaksi:
CO3-
→ CO3
(1)
Cl- + RNOH → RN Cl- + OH-
(2)
Dalam waktu tertentu, anion resin ini akan jenuh, sehingga perlu
diregenerasikan kembali dengan larutan NaOH.
Reaksi:
RN Cl- + NaOH →
RNOH + NaCl
(3)
c. Deaerasi
Dearasi adalah proses pembebasan air umpan ketel dari oksigen (O 2). Air
yang telah mengalami demineralisasi (polish water) dipompakan ke dalam
deaerator dan diinjeksikan hidrazin (N2H4) untuk mengikat oksigen yang
terkandung dalam air sehingga dapat mencegah terbentuknya kerak (scale)
pada tube boiler.
Reaksi:
2N2H2 + O2 → 2H2O + 2N2
(1)
75
Air yang keluar dari deaerator ini dialirkan dengan pompa sebagai air
umpan boiler (boiler feed water).
4.5.1.3 Kebutuhan Air
a. Kebutuhan air pembangkit steam
Tabel 4.16 Kebutuhan Air Pembangkit Steam
Nama alat
KB-01
HE-01
R-01
RB-01
RB-02
RB-03
Jumlah
Jumlah (kg/jam)
435,43
575,20
12576,79
695,52
1168,55
706,48
16157,98
Air pembangkit steam 80% dimanfaatkan kembali, maka make up yang
diperlukan 20%, sehingga make up steam
= 20% x 16157,98 kg/jam
= 3231,60 kg/jam
Blowdown 20%
= 20% x 16157,98 kg/jam
= 3231,60 kg/jam
76
4.5.1.4 Air Pendingin
Tabel 4.17 Kebutuhan Air Pendingin
Nama alat
CD-01
CL-01
CP-01
CP-02
CP-03
CL-02
Jumlah (Wc)
Jumlah (kg/jam)
16748,81
9593,92
4936,14
8345,47
4852,59
464,65
44941,56
Jumlah air yang menguap
= 0,00085*44941,56*404,9
= 15467,40 kg/jam
Blowdown
= 15467,40 /(5-1)
= 3866,85 kg/jam
Jumlah air yang terbawa aliran keluar tower
= 0,15%*44941,56
= 67,41 kg/jam
Jumlah air make up
= 15467,4 + 3866,85 + 67,41
= 19401,66 kg/jam
77
a. Air untuk perkantoran dan rumah tangga
Dianggap 1 orang membutuhkan air
= 100 kg/hari (Sularso,2000)
Jumlah karyawan
= 145 orang
Tabel 4.18 Kebutuhan Air untuk Perkantoran dan Rumah Tangga
No
Penggunaan
Kebutuhan (kg/hari)
1.
Karyawan
14.500
2
Perumahan
24.000
3.
Laboratorium
500
4.
Bengkel
200
5.
Poliklinik
300
6.
Kantin
1.500
7.
Kebersihan, Pertamanan, dan Lain-lain
1.000
Jumlah
42.000
Kebutuhan air total
= (19401,6623 + 3231,5953 + (42.000 / 24) ) kg/jam
= 31413,7674 kg/jam
4.5.2 Unit Pembangkit Steam (Steam Generation System)
Unit ini bertujuan untuk mencukupi kebutuhan steam pada proses produksi,
yaitu dengan menyediakan ketel uap (boiler) dengan spesifikasi:
Kapasitas
:
19389,57 kg/jam
Jenis
:
Water Tube Boiler
Jumlah
:
1 buah
78
Boiler tersebut dilengkapi dengan sebuah unit economizer safety valve
sistem dan pengaman-pengaman yang bekerja secara otomatis.
Air dari water treatment plant yang akan digunakan sebagai umpan boiler
terlebih dahulu diatur kadar silika, O2, Ca dan Mg yang mungkin masih terikut
dengan jalan menambahkan bahan-bahan kimia ke dalam boiler feed water tank.
Selain itu juga perlu diatur pHnya yaitu sekitar 10,5-11,5 karena pada pH yang
terlalu tinggi korosivitasnya tinggi.
Sebelum masuk ke boiler, umpan dimasukkan dahulu ke dalam economizer,
yaitu alat penukar panas yang memanfaatkan panas dari gas sisa pembakaran
minyak residu yang keluar dari boiler. Di dalam alat ini air dinaikkan
temperaturnya hingga 183C, kemudian diumpankan ke boiler.
Di dalam boiler, api yang keluar dari alat pembakaran (burner) bertugas
untuk memanaskan lorong api dan pipa-pipa api. Gas sisa pembakaran ini masuk
ke economizer sebelum dibuang melalui cerobong asap, sehingga air di dalam
boiler menyerap panas dari dinding-dinding dan pipa-pipa api maka air menjadi
mendidih. Uap air yang terbentuk terkumpul sampai mencapai tekanan 10 bar,
baru kemudian dialirkan ke steam header untuk didistribusikan ke area-area
proses.
79
4.5.3 Unit Pembangkit Listrik ( Power Plant System )
Unit ini bertugas untuk menyediakan kebutuhan listrik yang meliputi:
a. Listrik untuk keperluan alat proses
= 33,69 kWh
b. Listrik untuk keperluan alat utilitas
= 94,90 kWh
c. Listrik untuk instrumentasi dan kontrol
= 1,29 kWh
d. Listrik untuk keperluan kantor dan rumah tangga
= 6,43 kWh
Total kebutuhan listrik adalah 33,43 kWh. Dengan faktor daya 80% maka
kebutuhan listrik total sebesar 56,02 kWh. Kebutuhan listrik dipenuhi dari PLN
dan generator sebagai cadangannya.
4.5.4 Unit Penyediaan Udara Tekan
Udara tekan diperlukan untuk pemakaian alat pneumatic control. Total
kebutuhan udara tekan diperkirakan 92,00 m3/jam.
4.5.5 Unit Penyediaan Bahan Bakar
Bahan bakar digunakan untuk keperluan pembakaran pada boiler dan diesel
untuk generator pembangkit listrik. Bahan bakar boiler menggunakan fuel oil
sebanyak 1828,23 kg/jam. Bahan bakar diesel menggunakan minyak solar
sebanyak 0,0001 kg/jam. Total kebutuhan bahan bakar sebesar 1828,23 kg/jam
80
81
4.6
Organisasi Perusahaan
4.6.1 Bentuk Perusahaan
Bentuk
Perusahaan
yang
direncanakan
pada
perancangan
pabrik
Acrylonitrile ini adalah Perseroan Terbatas (PT). Perseroan terbatas merupakan
bentuk perusahaan yang mendapatkan modalnya dari penjualan saham dimana
tiap sekutu turut mengambil bagian sebanyak satu saham atau lebih. Saham adalah
surat berharga yang dikeluarkan oleh perusahaan atau PT tersebut dan orang yang
memiliki saham berarti telah menyetorkan modal ke perusahaan, yang berarti pula
ikut memiliki perusahaan. Dalam perseroan terbatas pemegang saham hanya
bertanggung jawab menyetor penuh jumlah yang disebutkan dalam tiap-tiap
saham.
4.6.2 Struktur Oganisasi
Dalam rangka menjalankan suatu proses pabrik dengan baik dalam hal ini di
suatu perusahaan, diperlukan suatu manajemen atau organisasi yang memiliki
pembagian tugas dan wewenang yang baik. Struktur organisasi dari suatu
perusahaan dapat bermacam-macam sesuai dengan bentuk dan kebutuhan dari
masing-masing perusahaan. Jenjang kepemimpinan dalam perusahaan ini adalah
sebagai berikut:
a. Pemegang saham
b. Dewan komisaris
c. Direktur Utama
d. Direktur
e. Kepala Bagian
82
f. Kepala Seksi
g. Karyawan dan Operator
Tanggung jawab, tugas dan wewenang dari masing-masing jenjang
kepemimpinan tentu saja berbeda-beda. Tanggung jawab, tugas serta wewenang
tertinggi terletak pada puncak pimpinan yaitu dewan komisaris. Sedangkan
kekuasaan tertinggi berada pada rapat umum pemegang saham
.
83
84
4.6.3 Tugas dan Wewenang
4.6.3.1 Pemegang saham
Pemegang saham (pemilik perusahaan) adalah beberapa orang yang
mengumpulkan modal untuk kepentingan pendirian dan berjalannya operasi
perusahaan tersebut. Kekuasaan tertinggi pada perusahaan yang mempunyai
bentuk perseroan terbatas adalah rapat umum pemegang saham. Pada rapat umum
tersebut para pemegang saham:
1. Mengangkat dan memberhentikan Dewan Komisaris
2. Mengangkat dan memberhentikan direktur
3. Mengesahkan hasil-hasil usaha serta neraca perhitungan untung rugi
tahunan dari perusahaan
4.6.3.2 Dewan Komisaris
Dewan komisaris merupakan pelaksana dari para pemilik saham, sehingga
dewan komisaris akan bertaggung jawab terhadap pemilik saham. Tugas-tugas
Dewan Komisaris meliputi:
1. Menilai dan menyetujui rencana direksi tentang kebijasanaan umum,
target laba perusahaan, alokasi sumber-sumber dana dan pengarahan
pemasaran.
2. Mengawasi tugas-tugas direktur utama.
3. Membantu direktur utama dalam hal-hal penting.
4.6.3.3 Direktur Utama
Direktur utama merupakan pimpinan tertinggi dalam perusahaan dan
bertanggung jawab sepenuhnya dalam hal maju mundurnya perusahaan. Direktur
85
Utama bertanggung jawab pada Dewan Komisaris atas segala tindakan dan
kebijaksanaan yang telah diambil sebagai pimpinan perusahaan.Direktur Utama
membawahi Direktur Produksi dan Teknik, serta Direktur Keuangan dan Umum.
Direktur utama membawahi :
a. Direktur Teknik dan Produksi
Tugas Direktur Teknik dan Produksi adalah memimpin pelaksanaan
kegiatan pabrik yang berhubungan dengan bidang produksi dan operasi, teknik,
pengembangan, pemeliharaan peralatan, pengadaan, dan laboratorium.
b. Direktur Keuangan dan Umum
Tugas Direktur Keuangan dan Umum adalah bertanggung jawab
terhadap masalah-masalah yang berhubungan dengan administrasi, personalia,
keuangan, pemasaran, humas, keamanan, dan keselamatan kerja.
c. Staf Ahli
Staf ahli terdiri dari tenaga-tenaga ahli yang bertugas membantu direktur
dalam menjalankan tugasnya baik yang berhubungan dengan teknik maupun
administrasi.Staf ahli bertanggung jawab kepada Direktur Utama sesuai dengan
bidang keahliannya masing-masing. Tugas dan wewenang staf ahli meliputi:
a. Memberikan nasehat dan saran dalam perencanaan pengembangan
perusahaan.
b. Mengadakan evaluasi bidang teknik dan ekonomi perusahaan.
c. Memberikan saran-saran dalam bidang hukum.
86
d. Kepala Bagian
Secara umum tugas Kepala Bagian adalah mengkoordinir, mengatur dan
mengawasi pelaksanaan pekerjaan dalam lingkungan bagiannya sesuai dengan
garis-garis yang diberikan oleh pimpinan perusahaan. Kepala bagian dapat juga
bertindak sebagai staff direktur. Kepala bagian ini bertanggung jawab kepada
direktur masing-masing. Kepala bagian terdiri dari:
Kepala Bagian Proses dan Utilitas
Tugas : Mengkoordinasikan kegiatan pabrik dalam bidang proses dan
penyediaan bahan baku dan utilitas.
Kepala Bagian Pemeliharaan, Listrik, dan Instrumentasi
Tugas : Bertanggung jawab terhadap kegiatan pemeliharaan dan fasilitas
penunjang kegiatan produksi.
Kepala Bagian Penelitian, Pengembangan dan Pengendalian Mutu
Tugas : Mengkoordinasikan kegiatan yang berhubungan dengan penelitian,
pengembangan perusahaan, dan pengawasan mutu.
Kepala Bagian Keuangan dan Pemasaran
Tugas : Mengkoordinasikan kegiatan pemasaran, pengadaan barang, serta
pembukuan keuangan.
Kepala Bagian Administrasi
Tugas : Bertanggung jawab terhadap kegiatan yang berhubungan dengan
tata usaha, personalia dan rumah tangga perusahaan.
87
Kepala Bagian Humas dan Keamanan
Tugas : Bertanggung jawab terhadap kegiatan yang berhubungan antara
perusahaan dan masyarakat serta menjaga keamanan perusahaan.
Kepala Bagian Kesehatan Keselamatan Kerja dan Lingkungan
Tugas : Bertanggung jawab terhadap keamanan pabrik dan kesehatan dan
keselamatan kerja karyawan.
e. Kepala Seksi
Kepala seksi adalah pelaksanaan pekerjaan dalam lingkungan bagiannya
sesuai dengan rencana yang telah diatur oleh para Kepala Bagian masing-masing.
Setiap kepala seksi bertanggung jawab terhadap kepala bagian masing-masing
sesuai dengan seksinya.
4.6.4 Pembagian Jam Kerja Karyawan
Pabrik ini direncanakan beroperasi 330 hari dalam satu tahun dan 24 jam
perhari. Sisa hari yang bukan libur digunakan untuk perbaikan atau perawatan dan
shut down. Sedangkan pembagian jam kerja karyawan digolongkan dalam dua
golongan, yaitu:
a. Karyawan non-shift
Karyawan non shift adalah para karyawan yang tidak menangani proses
produksi secara langsung. Yang termasuk karyawan ini adalah direktur, staff, ahli,
kepala bidang, kepala seksi serta bawahan yang berada di kantor. Karyawan
harian dalam satu minggu bekerja selama 5 hari dengan pembagian jam kerja
sebagai berikut:
88
Jam Kerja
: Senin-Jum’at
: 07.00 – 16.00
Jam Istirahat
: Senin-Kamis
: 12.00 – 13.00
Jum’at
: 11.00 – 13.00
b. Karyawan shift
Karyawan shift adalah karyawan yang langsung menangani proses produksi
atau mengatur bagian-bagian tertentu dari pabrik yang mempunyai hubungan
dengan masalah keamanan dan kelancaran produksi, sebagian dari bagian teknik,
bagian gudang dan bagian-bagian yang lainnya serta harus selalu siaga untuk
keselamatan dan keamanan pabrik. Para karyawan shift akan bekerja secara
bergantian sehari semalam. Karyawan shift dibagi dalam 3 shift dengan
pengaturan sebagai berikut:
Shift Pagi
: 07.00 – 15.00
Shift Sore
: 15.00 – 23.00
Shift Malam
: 23.00 – 07.00
Untuk karyawan shift ini, dibagi menjadi 4 regu, dimana 3 regu bekerja dan
1 regu istirahat dan dilakukan secara bergantian. Tiap regu mendapat giliran tiga
hari kerja dan satu hari libur, tiap shift dan masuk lagi untuk shift
berikutnya.Untuk hari libur atau hari besar yang ditetapkan pemerintah maka regu
yang masuk tetap masuk. Jadwal kerja masing-masing regu ditabelkan sebagai
berikut:
89
Tabel 4.19 Jadwal kerja masing-masing regu
Hari/Regu 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
P
P
P
L
M
M
M
L
S
S
2
S
S
L
P
P
P
L
M
M
M
3
M
L
S
S
S
L
P
P
P
L
4
L
M
M
M
L
S
S
S
L
P
Keterangan :
P = Shift Pagi
S = Shift Siang
M = Shift Malam
L = Libur
4.6.5 Status Karyawan, Sistem Penggajian, dan Penggolongan Karyawan
4.6.5.1 Jabatan dan Keahlian
Masing-masing jabatan dalam struktur organisasi diisi oleh orang-orang
dengan spesifikasi pendidikan yang sesuai dengan jabatan dan tanggung
jawab.Jenjang pendidikan karyawan yang diperlukan berkisar dari Sarjana S-1
sampai lulusan SMP. Perinciannya sebagai berikut:
90
Tabel 4.20 Jabatan dan keahlian
Jabatan
Keahlian
Kepala Seksi Pembelian dan Pemasaran
Sarjana Industri/Ekonomi
Kepala Seksi Administrasi dan Keuangan
Sarjana Industri/Ekonomi
Kepala Seksi Proses
Sarjana Teknik Kimia
Kepala Seksi Pengendalian
Sarjana Teknik Kimia
Kepala Seksi Laboratorium
Sarjana Teknik Kimia
Kepala Seksi Utilitas dan Pemeliharaan
Sarjana Teknik Kimia
Kepala Seksi Penelitian dan Pengembangan
Sarjana Teknik Kimia
Operator Proses
Ahli Madya Teknik Kimia
Operator Utilitas
Ahli Madya Teknik Kimia
Karyawan Pembelian dan Pemasaran
Ahli Madya Teknik Industri/ Ekonomi
Karyawan Administrasi dan Keuangan
Ahli Madya Ekonomi
Karyawan Penelitian dan Pengembangan
Sarjana Teknik Kimia
Karyawan Personalia dan Humas
Ahli Madya Sosial
Karyawan Keamanan
Lulusan SMA
Karyawan Proses
Ahli Madya Teknik Kimia
Karyawan Pengendalian
Ahli Madya Teknik Kimia
Karyawan Laboratorium
Ahli Madya Teknik Kimia
Karyawan Utilitas dan Pemeliharaan
Ahli Madya Teknik Kimia dan Teknik
Mesin
Sekretaris
Ahli Madya Sekretaris
Medis
Dokter
Paramedis
Sarjana Keperawatan
Sopir
Lulusan SMP
Cleaning Service
Lulusan SMP
91
4.6.5.2 Perincian Jumlah Karyawan
Jumlah karyawan harus disesuaikan secara tepat sehingga semua pekerjaan
yang ada dapat diselesaikan dengan baik dan efisien. Penentuan jumlah karyawan
dapat dilakukan dengan melihat jenis proses ataupun jumlah unit proses yang ada.
Penentuan jumlah karyawan proses dapat digambarkan sebagai berikut:
Tabel 4.21 Perincian jumlah karyawan
Nama Alat
∑Unit Orang/Unit.Shift
Orang/shift
Reaktor Fixed Bed
1
0,5
0,5
Kettle Reboiler
1
0,25
0,25
Menara Distilasi
3
0,25
0,75
Accumulator
3
0,05
0,15
Kondenser
4
0,05
0,2
Reboiler
3
0,05
0,15
Tangki
2
0,1
0,2
Heater
1
0,25
0,25
Cooler
2
0,25
0,5
Pompa
6
0,2
1,2
Expansion Valve
3
0,2
0,6
Kompresor
2
0,2
0,4
32
2,35
5,15
Total
Jumlah operator untuk alat proses = 5,15 x 3 Shift = 15 Orang
Jumlah operator utilitas
= 0,5 x Jumlah operator produksi
= 0,5 x 17 Orang
= 8 Orang
Sehingga total keseluruhan operator lapangan = 15 Orang + 8 Orang
= 23 Orang
92
Tabel 4.22 Jumlah Karyawan
Jabatan
Jumlah
Ka. Bag. Produksi
1
Ka. Bag. Litbang
1
Ka. Sek. Personalia
1
Ka. Sek. Humas
1
Ka. Sek. Keamanan
1
Ka. Sek. Pembelian
1
Ka. Sek. Pemasaran
1
Ka. Sek. Administrasi
1
Ka. Sek. Kas/Anggaran
1
Ka. Sek. Proses
1
Ka. Sek. Pengendalian
1
Ka. Sek. Laboratorium
1
Ka. Sek. Utilitas
1
Ka. Sek. Pengembangan
1
Ka. Sek. Penelitian
1
Karyawan Personalia
3
Karyawan Humas
3
Karyawan Keamanan
6
Karyawan Pembelian
4
Karyawan Pemasaran
4
Karyawan Administrasi
3
Karyawan Kas/Anggaran
3
Karyawan Proses
40
Karyawan Pengendalian
5
Karyawan Laboratorium
4
Karyawan Pemeliharaan
7
Karyawan Utilitas
10
Karyawan KKK
6
93
Tabel 4.17 Jumlah Karyawan (lanjutan)
Jabatan
Jumlah
Karyawan Litbang
3
Sekretaris
5
Medis
2
Paramedis
3
Sopir
6
Cleaning Service
5
Total
145
4.6.5.3 Sistem Gaji Karyawan
Sistem gaji perusahaan ini dibagi menjadi tiga golongan yaitu:
a. Gaji Bulanan
Gaji ini diberikan kepada pegawai tetap.Besarnya gaji sesuai dengan
peraturan perusahaan.
b. Gaji Harian
Gaji ini diberikan kepada karyawan tidak tetap atau buruh harian.
c. Gaji Lembur
Gaji ini diberikan kepada karyawan yang melebihi jam kerja yang telah
ditetapkan dan besarnya sesuai dengan peraturan perusahaan.
94
Tabel 4.23 Penggolongan Gaji Menurut Jabatan
Jabatan
Jumlah
Gaji per Bulan
Total Gaji (Rp)
(Rp)
Direktur Utama
1
25,000,000.00
25,000,000.00
Direktur Teknik dan Produksi
1
18,000,000.00
18,000,000.00
Direktur Keuangan dan Umum
1
18,000,000.00
18,000,000.00
Staff Ahli
1
7,000,000.00
14,000,000.00
Ka. Bag. Umum
1
10,000,000.00
10,000,000.00
Ka. Bag. Pemasaran
1
10,000,000.00
10,000,000.00
Ka. Bag. Keuangan
1
10,000,000.00
10,000,000.00
Ka. Bag. Teknik
1
10,000,000.00
10,000,000.00
Ka. Bag. Produksi
1
10,000,000.00
10,000,000.00
Ka. Bag. Litbang
1
6,500,000.00
6,500,000.00
Ka. Sek. Personalia
1
6,500,000.00
6,500,000.00
Ka. Sek. Humas
1
6,500,000.00
6,500,000.00
Ka. Sek. Keamanan
1
6,500,000.00
6,500,000.00
Ka. Sek. Pembelian
1
6,500,000.00
6,500,000.00
Ka. Sek. Pemasaran
1
6,500,000.00
6,500,000.00
Ka. Sek. Administrasi
1
6,500,000.00
6,500,000.00
Ka. Sek. Kas/Anggaran
1
6,500,000.00
6,500,000.00
Ka. Sek. Proses
1
6,500,000.00
6,500,000.00
Ka. Sek. Pengendalian
1
4,500,000.00
22,500,000.00
Ka. Sek. Laboratorium
1
3,500,000.00
35,000,000.00
Ka. Sek. Utilitas
1
3,500,000.00
21,000,000.00
Ka. Sek. Pengembangan
1
3,500,000.00
21,000,000.00
Ka. Sek. Penelitian
1
3,500,000.00
70,000,000.00
Karyawan Personalia
3
6,000,000.00
300,000,000.00
Karyawan Humas
3
3,500,000.00
35,000,000.00
95
Tabel 4.24 Penggolongan Gaji Menurut Jabatan (lanjutan)
Jabatan
Jumlah
Gaji per Bulan
Total Gaji (Rp)
(Rp)
Karyawan Keamanan
6
3,500,000.00
35,000,000.00
Karyawan Pembelian
4
3,500,000.00
52,500,000.00
Karyawan Pemasaran
4
3,500,000.00
70,000,000.00
Karyawan Administrasi
3
3,500,000.00
21,000,000.00
Karyawan Litbang
3
3,500,000.00
10,500,000.00
Sekretaris
5
3,500,000.00
10,500,000.00
Medis
2
4,500,000.00
9,000,000.00
Paramedis
3
3,500,000.00
17,500,000.00
Sopir
6
3,500,000.00
21,000,000.00
Cleaning Service
5
3,000,000.00
30,000,000.00
Total
206
965,000,000.00
4.6.6 Kesejahteraan Sosial Karyawan
Kesejahteraan sosial yang diberikan oleh perusahaan pada karyawan antara
lain berupa:
1. Tunjangan
a. Tunjangan yang berupa gaji pokok yang diberikan berdasarkan golongan
karyawan yang bersangkutan.
b. Tunjangan jabatan yang diberikan berdasarkan jabatan yang dipegang
oleh karyawan.
c. Tunjangan lembur yang diberikan kepada karyawan yang bekerja di luar
jam kerja berdasarkan jumlah jam kerja.
96
2. Cuti
a. Cuti tahunan diberikan kepada setiap karyawan selama 12 hari kerja
dalam satu (1) tahun.
b. Cuti sakit diberikan kepada setiap karyawan yang menderita sakit
berdasarkan keterangan dokter.
3. Pakaian Kerja
Pakaian kerja diberikan kepada setiap karyawan sejumlah 3 pasang untuk
setiap tahunnya.
4. Pengobatan
a. Biaya pengobatan bagi karyawan yang menderita sakit yang diakibatkan
oleh kecelakaan kerja ditanggung perusahaan sesuai dengan undang undang yang berlaku.
b. Biaya pengobatan bagi karyawan yang menderita sakit yang tidak
diakibatkan oleh kecelakaan kerja diatur berdasarkan kebijaksanaan
perusahaan.
5. Asuransi Tenaga Kerja (ASTEK)
ASTEK diberikan oleh perusahaan bila jumlah karyawan lebih dari 10
orang dengan gaji karyawan Rp 1.000.000,00 per bulan.
Fasilitas untuk kemudahan bagi karyawan dalam melaksanakan aktivitas
selama di pabrik antara lain:
a. Penyediaan mobil dan bus untuk transportasi antar jemput karyawan.
b. Kantin, untuk memenuhi kebutuhan makan karyawan terutama makan
siang.
97
c. Sarana peribadatan seperti masjid.
d. Pakaian seragam kerja dan peralatan - peralatan keamanan seperti safety
helmet, safety shoes dan kacamata, serta tersedia pula alat - alat
keamanan lain seperti masker, ear plug, sarung tangan tahan api.
e. Fasilitas kesehatan seperti tersedianya poliklinik yang dilengkapi dengan
tenaga medis dan paramedis.
4.7 Evaluasi Ekonomi
Dalam pra rancangan pabrik diperlukan analisa ekonomi untuk mendapatkan
perkiraan (estimation) tentang kelayakan investasi modal dalam suatu kegiatan
produksi suatu pabrik, dengan meninjau kebutuhan modal investasi, besarnya laba
yang diperoleh, lamanya modal investasi dapat dikembalikan dan terjadinya titik
impas dimana total biaya produksi sama dengan keuntungan yang diperoleh.
Selain itu analisa ekonomi dimaksudkan untuk mengetahui apakah pabrik yang
akan didirikan dapat menguntungkan dan layak atau tidak untuk didirikan. Dalam
evaluasi ekonomi ini faktor-faktor yang ditinjau adalah:
1.
Return On Investment
2.
Pay Out Time
3.
Discounted Cash Flow
4.
Break Even Point
5.
Shut Down Point
98
Sebelum dilakukan analisa terhadap kelima faktor tersebut, maka perlu
dilakukan perkiraan terhadap beberapa hal sebagai berikut:
1. Penentuan modal industri (Total Capital Investment)
Meliputi :
a. Modal tetap (Fixed Capital Investment)
b. Modal kerja (Working Capital Investment)
2. Penentuan biaya produksi total ( Total Production Cost )
Meliputi :
a. Biaya pembuatan ( Manufacturing Cost )
b. Biaya pengeluaran umum ( General Expenses )
3. Pendapatan modal
Untuk mengetahui titik impas, maka perlu dilakukan perkiraan terhadap:
a. Biaya tetap ( Fixed Cost )
b. Biaya variabel ( Variable Cost )
c. Biaya mengambang ( Regulated Cost )
4.7.1 Penaksiran Harga Peralatan
Harga peralatan akan berubah setiap saat tergantung pada kondisi ekonomi
yang mempengaruhinya. Untuk mengetahui harga peralatan yang pasti setiap
tahun sangatlah sulit, sehingga diperlukan suatu metode atau cara untuk
memperkirakan harga alat pada tahun tertentu dan perlu diketahui terlebih dahulu
harga indeks peralatan operasi pada tahun tersebut.
Pabrik acrylonitrile beroperasi selama satu tahun produksi yaitu 330 hari,
dan tahun evaluasi pada tahun 2016. Di dalam analisa ekonomi harga-harga alat
99
maupun harga-harga lain diperhitungkan pada tahun analisa. Untuk mencari harga
pada tahun analisa, maka dicari index pada tahun analisa.
Harga indeks tahun 2016 diperkirakan secara garis besar dengan data indeks
dari tahun 1987 sampai 2016, dicari dengan persamaan regresi linier.
Tabel 4.19 Harga Indeks
Tahun (X)
indeks (Y)
X (tahun-ke)
1987
324
1
1988
343
2
1989
355
3
1990
356
4
1991
361,3
5
1992
358,2
6
1993
359,2
7
1994
368,1
8
1995
381,1
9
1996
381,7
10
1997
386,5
11
1998
389,5
12
1999
390,6
13
2000
394,1
14
2001
394,3
15
2002
395,6
16
2003
402
17
2004
444,2
18
2005
468,2
19
2006
499,6
20
2007
525,4
21
Total
8277,6
231
Sumber : ( Peter Timmerhaus,1990 )
100
Persamaan yang diperoleh adalah : y = 7.302x – 14189
Dengan menggunakan persamaan diatas dapat dicari harga indeks pada
tahun perancangan, dalam hal ini pada tahun 2018 adalah:
Tabel 4.25 Harga Indeks pada Tahun Perancangan
Tahun
Index
2008
473,42
2009
480,72
2010
488,02
2011
495,32
2012
502,62
2013
509,93
2014
517,23
2015
524,53
2016
531,83
2017
539,13
2018
546,44
2019
553,74
2020
561,04
2021
568,34
2022
575,64
Jadi indeks pada tahun 2018 = 546,44
Harga-harga alat dan lainnya diperhitungkan pada tahun evaluasi. Selain itu,
harga alat dan lainnya ditentukan juga dengan referensi Peters dan Timmerhaus,
101
pada tahun 2002 dan Aries & Newton, pada tahun 1955. Maka harga alat pada
tahun evaluasi dapat dicari dengan persamaan:
Ex  Ey
Nx
Ny
(Aries dan Newton, 1955)
Dalam hubungan ini:
Ex : Harga pembelian pada tahun 2014
Ey : Harga pembelian pada tahun referensi (1955, 1990 dan 2007)
Nx : Index harga pada tahun 2014
Ny : Index harga pada tahun referensi (1955, 1990 dan 2007)
4.7.2 Dasar Perhitungan
Kapasitas produksi Acrylonitrile
=
25.000 ton/tahun
Satu tahun operasi
=
330 hari
Umur pabrik
=
10 tahun
Pabrik didirikan pada tahun
=
2018
Kurs mata uang
=
1 US$ = Rp 13.079,-
Harga bahan baku
=
Rp 163.666.169.109
Katalis (Iron Molybdenum Oxyde)
=
Rp 930.749.548
Harga Jual
=
Rp 431.607.000.000/th
Harga bahan pembantu :
4.7.3 Perhitungan Biaya
4.7.3.1 Capital Investment
Capital Investment adalah banyaknya pengeluaran-pengeluaran yang
diperlukan
untuk
mengoperasikannya.
mendirikan
fasilitas-fasilitas
pabrik
dan
untuk
102
Capital investment terdiri dari:
a. Fixed Capital Investment
Fixed Capital Investment adalah biaya yang diperlukan untuk mendirikan
fasilitas-fasilitas pabrik.
b. Working Capital Investment
Working Capital Investment adalah biaya yang diperlukan untuk
menjalankan usaha atau modal untuk menjalankan operasi dari suatu pabrik
selama waktu tertentu.
4.7.3.2 Manufacturing Cost
Manufacturing Cost merupakan jumlah Direct, Indirect dan Fixed
Manufacturing Cost, yang bersangkutan dalam pembuatan produk.
Menurut Aries & Newton, Manufacturing Cost meliputi :
a. Direct Cost
Direct Cost adalah pengeluaran yang berkaitan langsung dengan pembuatan
produk.
b. Indirect Cost
Indirect Cost adalah pengeluaran-pengeluaran sebagai akibat tidak langsung
karena operasi pabrik.
c. Fixed Cost
Fixed Cost adalah biaya-biaya tertentu yang selalu dikeluarkan baik pada
saat pabrik beroperasi maupun tidak atau pengeluaran yang bersifat tetap tidak
tergantung waktu dan tingkat produksi.
103
4.7.3.3 General Expense
General Expense atau pengeluaran umum meliputi pengeluaran-pengeluaran
yang berkaitan dengan fungsi perusahaan yang tidak termasuk Manufacturing
Cost.
4.7.4 Analisa Kelayakan
Untuk dapat mengetahui keuntungan yang diperoleh tergolong besar atau
tidak, sehingga dapat dikategorikan apakah pabrik tersebut potensial atau tidak,
maka dilakukan suatu analisa atau evaluasi kelayakan. Beberapa cara yang
digunakan untuk menyatakan kelayakan adalah:
4.7.4.1 Percent Return On Investment
Return On Investment adalah tingkat keuntungan yang dapat dihasilkan dari
tingkat investasi yang dikeluarkan.
ROI =
Keuntungan
x 100 %
Fixed Capital
4.7.4.2 Pay Out Time (POT)
Pay Out Time (POT) adalah :
1. Jumlah tahun yang telah berselang, sebelum didapatkan suatu penerimaan
yang melebihi investasi awal atau jumlah tahun yang diperlukan untuk
kembalinya Capital Investment dengan profit sebelum dikurangi depresiasi.
2. Waktu minimum teoritis yang dibutuhkan untuk pengembalian modal tetap
yang ditanamkan atas dasar keuntungan setiap tahun ditambah dengan
penyusutan.
104
3. Waktu pengembalian modal yang dihasilkan berdasarkan keuntungan yang
diperoleh. Perhitungan ini diperlukan untuk mengetahui dalam berapa tahun
investasi yang telah dilakukan akan kembali.
POT =
Fixed Capital Investment
( Keuntungan Tahunan  Depresiasi)
4.7.4.3 Break Even Point (BEP)
Break Even Point (BEP) adalah :
1. Titik impas produksi ( suatu kondisi dimana pabrik tidak mendapatkan
keuntungan maupun kerugian ).
2. Titik yang menunjukkan pada tingkat berapa biaya dan penghasilan
jumlahnya sama. Dengan BEP kita dapat menetukan harga jual dan jumlah
unit yang dijual secara secara minimum dan berapa harga serta unit
penjualan yang harus dicapai agar mendapat keuntungan.
3. Kapasitas produksi pada saat sales sama dengan total cost. Pabrik akan rugi
jika beroperasi dibawah BEP dan akan untung jika beroperasi diatas BEP.
BEP =
( Fa  0,3 Ra)
x 100 %
( Sa - Va - 0,7 Ra)
Dalam hal ini:
Fa : Annual Fixed Manufacturing Cost pada produksi maksimum
Ra : Annual Regulated Expenses pada produksi maksimum
Va : Annual Variable Value pada produksi maksimum
Sa : Annual Sales Value pada produksi maksimum
105
4.7.4.4 Shut Down Point (SDP)
Shut Down Point (SDP) adalah :
1. Suatu titik atau saat penentuan suatu aktivitas produksi dihentikan.
Penyebabnya antara lain Variable Cost yang terlalu tinggi, atau bisa juga
karena keputusan manajemen akibat tidak ekonomisnya suatu aktivitas
produksi ( tidak menghasilkan profit ).
2. Persen kapasitas minimal suatu pabrik dapat mancapai kapasitas produk
yang diharapkan dalam setahun. Apabila tidak mampu mencapai persen
minimal kapasitas tersebut dalam satu tahun maka pabrik harus berhenti
beroperasi atau tutup.
3. Level produksi di mana biaya untuk melanjutkan operasi pabrik akan lebih
mahal daripada biaya untuk menutup pabrik dan membayar Fixed Cost.
4. Merupakan titik produksi dimana pabrik mengalami kebangkrutan sehingga
pabrik harus berhenti atau tutup.
SDP =
(0,3 Ra)
x 100 %
( Sa - Va - 0,7 Ra)
4.7.4.5 Discounted Cash Flow Rate Of Return (DCFR)
Discounted Cash Flow Rate Of Return ( DCFR ) adalah:
1. Analisa kelayakan ekonomi dengan menggunakan DCFR dibuat dengan
menggunakan nilai uang yang berubah terhadap waktu dan dirasakan atau
investasi yang tidak kembali pada akhir tahun selama umur pabrik.
2. Laju bunga maksimal dimana suatu proyek dapat membayar pinjaman
beserta bunganya kepada bank selama umur pabrik.
106
3. Merupakan besarnya perkiraan keuntungan yang diperoleh setiap tahun,
didasarkan atas investasi yang tidak kembali pada setiap akhir tahun selama
umur pabrik
Persamaan untuk menentukan DCFR :
N
(FC+WC)(1+i) = C 
n  N 1
 (1  i)
N
 WC  SV
n 0
Dimana:
FC
: Fixed capital
WC
: Working capital
SV
: Salvage value
C
: Cash flow: profit after taxes + depresiasi + finance
n
: Umur pabrik = 10 tahun
I
: Nilai DCFR
4.7.5 Hasil Perhitungan
Perhitungan rencana pendirian pabrik Acrylonitrile memerlukan rencana
PPC, PC, MC, serta General Expense. Hasil rancangan masing–masing disajikan
pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.26 Physical Plant Cost (PPC)
No
Komponen
Harga (Rp)
Harga ($)
6.231.824.806
476.476
896.037.205
48.029
2.844.830.168
193.830
1
Harga alat
2
Instalasi
3
Pemipaan
4
Instrumentasi
630.846.115
46.313
5
Isolasi
203.882.018
12.388
6
Instalasi Listrik
747.818.977
57.177
107
Tabel 4.26 Physical Plant Cost (PPC)(lanjutan)
Pembelian Tanah dan
7
6.312.925.000
482.676
12.758.000.000
975.457
3.673.467.319
34.299.631.606,04
367.444
2.659.791
Perbaikan
Pembuatan Bangunan
8
dan Perlengkapan
9
Utilitas
Physical Plant Cost (PPC)
Tabel 4.27 Direct Plant Cost (DPC)
No
1
Komponen
Harga (Rp)
Harga ($)
Teknik dan Konstruksi
8.574.907.902
664.948
Total (DPC + PPC)
8.574.907.902
664.948
Tabel 4.28 Fixed Capital Investment (FCI)
No
Komponen
Harga (Rp)
Harga ($)
1
Direct Plant Cost (DPC)
42.874.539.508
3.324.738
2
Contractors fee
3.001.217.766
232.732
3
Contigency
4.287.453.951
332.474
50.163.211.224
3.889.944
Total
Tabel 4.29 Direct Manufacturing Cost (DMC)
No.
Komponen
Harga (Rp)
Harga ($)
164.596.918.657
12.584.824
8.029.200.000
613.900
1.
Raw Material
2.
Labor
3.
Supervisor
802.920.000
61.390
4.
Maintenance
481.752.000
36.834
5.
Plant Suplies
72.262.800
5.525
108
Tabel 4.29 Direct Manufacturing Cost (DMC)(lanjutan)
No.
Komponen
Harga (Rp)
Harga ($)
6.
Royalty and Patent
4.316.070.000
330.000
7.
Utilities
141.383.240.246
10.809.943
319.682.363.703
24.442.416
Total
Tabel 4.30 Indirect Manufacturing Cost (IMC)
No
Komponen
1
Payroll Overhead
2
Laboratory
3
Plant Overhead
4
Packaging n Shipping
Total IMC
Harga (Rp)
Harga ($)
1.204.380.000
92.085
802.920.000
61.390
4.014.600.000
306.950
215.803.500
16.500
6.237.703.500
476.925
Tabel 4.31 Fixed Manufacturing Cost (FMC)
No.
Komponen
Harga (Rp)
Harga ($)
1.
Depresiasi
10.103.978.902
772.535
2.
Propertay tax
3.031.193.671
231.760
3.
Asuransi
1.010.397.890
77.253
14.145.570.463
1.081.548
Total
Tabel 4.32 Total Manufacturing Cost (MC)
No.
Komponen
Harga (Rp)
Harga ($)
319.682.363.703
24.442.416
1.
Direct Manufacturing Cost
2.
Indirect Manufacturing Cost
6.237.703.500
476.925
3.
Fixed Manufacturing Cost
14.145.570.463
1.081.548
340.065.637.666
26.000.890
Total
109
Tabel 4.33 Working Capital (WC)
No.
Komponen
Harga (Rp)
Harga ($)
1.
Raw Material Inventory
13.716.409.888
1.048.735
2.
Inproses Inventory
170.032.818.833
13.000.445
3.
Product Inventory
28.338.803.139
2.166.741
4.
Extended credit
35.967.250.000
2.750.000
5.
Available cash
28.338.803.139
2.166.741
Total
276.394.084.999
21.132.662
Tabel 4.34 General Expense (GE)
No.
Komponen
Harga (Rp)
Harga ($)
1.
Administrasi
10.201.969.130
780.027
2.
Sales expense
23.804.594.637
1.820.062
3.
Research
11.902.297.318
910.031
4.
Finance
14.354.209.891
1.097.501
60.263.070.976
4.607.621
Total
Tabel 4.35 Total Biaya Produksi
No.
Komponen
Harga (Rp)
Harga ($)
1.
Manufacturing Cost
340.065.637.666
26.000.890
2.
General Expense
60.263.070.976
4.607.621
400.328.708.642
30.608.510
Total
110
Tabel 4.36 Fixed Cost (Fa)
No.
Komponen
Harga (Rp)
Harga ($)
1.
Depresiasi
10.103.978.902
772.535
2.
Property tax
3.031.193.671
231.760
3.
Asuransi
1.010.397.890
77.253
14.145.570.463
1.081.548
Total
Tabel 4.37 Variable Cost (Va)
No
Komponen
1
Raw Material
2
Packing & Shipping
3
Utilitas
4
Royalties & patents
Total Va
Harga (Rp)
Harga ($)
164.596.918.657
12.584.824
215.803.500
16.500
141.383.240.246
10.809.943
4.316.070.000
330.000
310.512.032.403
23.741.267
Tabel 4.38 Regulated Cost (Ra)
No.
Komponen
Harga (Rp)
Harga ($)
1
Gaji karyawan
8.029.200.000
613.900
2
Plant overhead
4.014.600.000
306.950
3
Payroll overhead
1.204.380.000
92.085
4
Supervisi
802.920.000
61.390
5
Laboratorium
802.920.000
61.390
111
Tabel 4.39 Regulated Cost (Ra)(lanjutan)
No.
Komponen
Harga (Rp)
Harga ($)
6
Administration
10.201.969.130
780.027
7
Finance
14.354.209.891
1.097.501
8
Sales expense
23.804.594.637
1.820.062
9
Research
11.902.297.318
910.031
10
Maintenance
481.752.000
36.834
11
Plant supplies
72.262.800
5.525
75.671.105.776
5.785.695
Total
4.7.6 Analisa Keuntungan
Harga jual produk Acrylonitrile
=
Rp 17.264 /kg
Annual Sales (Sa)
=
Rp 431.607.000.000
Total Cost
=
Rp 400.328.708.642,30
Keuntungan sebelum pajak
=
Rp 231.278.291.358
Pajak Pendapatan
=
13%
Keuntungan setelah pajak
=
Rp 27.212.113.481
4.7.7 Hasil Kelayakan Ekonomi
4.7.7.1 Percent Return On Investment (ROI)
ROI =
Keuntungan
x 100 %
Fixed Capital
ROI sebelum pajak
= 30,96%
ROI sesudah pajak
= 26,93%
112
4.7.7.2 Pay Out Time (POT)
POT =
Fixed Capital Investment
( Keuntungan Tahunan  Depresiasi)
POT sebelum pajak
= 2,44 tahun
POT sesudah pajak
= 2,71 tahun
4.7.7.3 Break Even Point (BEP)
BEP =
( Fa  0,3 Ra)
x 100 %
( Sa - Va - 0,7 Ra)
BEP = 54,09 %
4.7.7.4 Shut Down Point (SDP)
SDP =
(0,3 Ra)
x 100 %
( Sa - Va - 0,7 Ra)
SDP = 33,32 %
4.7.7.5 Discounted Cash Flow Rate (DCFR)
Umur pabrik
=
10 tahun
Fixed Capital Investment
=
Rp 50.163.211.224
Working Capital
=
Rp 276.394.084.999
Salvage Value (SV)
=
Rp 9.137.651.906,44
Cash flow (CF)
=
Annual profit + depresiasi finance
CF
=
Rp 51.670.302.274,85
Discounted cash flow dihitung secara trial & error
(FC+WC)(1+i)N = C 
n  N 1
 (1  i)
N
 WC  SV
n 0
R
Dengan trial & error diperoleh nilai i
=
S
=
19%
113
Nilai Project (Miliar Rp)
600.0.00
450.0.00
300.0.00
BEP
SDP
150.0.00
-
20
33,32
40
54,09
60
80
Kapasitas (%)
Gambar 4.7 Grafik hubungan % kapasitas vs miliar rupiah
100
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pabrik Akrilonitril dari Etilen Sianohidrin dengan kapasitas 25.000
ton/tahun, dapat digolongkan sebagai pabrik beresiko rendah karena:
1.
Berdasarkan tinjauan proses, kondisi operasi, sifat-sifat bahan baku dan
produk, serta lokasi pabrik, maka pabrik Akrilonitril dari Etilen
Sianohidrin ini tergolong pabrik beresiko rendah.
2.
Berdasarkan hasil analisis ekonomi adalah sebagai berikut:
a.
Keuntungan yang diperoleh:
Keuntungan sebelum pajak US$2.391.490 /tahun, dan keuntungan
setelah pajak (13%) sebesar US$2.080.596 /tahun.
b.
Return On Investment (ROI):
Presentase ROI sebelum pajak sebesar 30,96%, dan ROI setelah
pajak sebesar 26,93%. Syarat ROI sebelum pajak untuk pabrik
kimia dengan resiko rendah minimum adalah <44% (Aries &
Newton, 1955).
c.
Pay Out Time (POT):
POT sebelum pajak selama 2,44 tahun dan POT setelah pajak
selama 2,71 tahun. Syarat POT sebelum pajak untuk pabrik kimia
dengan resiko rendah maksimum adalah 5 tahun (Aries & Newton,
1955).
114
115
d.
Break Event Point (BEP) pada 54,09 %, dan Shut Down Point
(SDP) pada 33,32%. BEP untuk pabrik kimia pada umumnya
adalah 40–60%.
e.
Discounted Cash Flow Rate (DCFR) sebesar 19%. Suku bunga
pinjaman di bank saat ini adalah 8,68% (www.bi.go.id, akhir juni
2012). Syarat minimum DCFR adalah di atas suku bunga pinjaman
bank yaitu sekitar 1,5 x suku bunga pinjaman bank ( 1,5 x 8,68% =
13% ).
Dari hasil analisis ekonomi di atas dapat disimpulkan bahwa pabrik
Akrilonitril dari Etilen Sianohidrin dengan kapasitas 25.000 ton/tahun ini
layak dan menarik untuk dikaji lebih lanjut.
5.2 Saran
Perancangan suatu pabrik kimia diperlukan pemahaman konsep-konsep
dasar yang dapat meningkatkan kelayakan pendirian suatu pabrik kimia
diantaranya sebagai berikut:
1.
Optimasi pemilihan seperti alat proses atau alat penunjang dan bahan
baku perlu diperhatikan sehingga akan lebih mengoptimalkan
keuntungan yang diperoleh.
2.
Perancangan pabrik kimia tidak lepas dari produksi limbah, sehingga
diharapkan berkembangnya pabrik-pabrik kimia yang lebih ramah
lingkungan.
3.
Produk Akrilonitril dapat direalisasikan sebagai sarana untuk memenuhi
kebutuhan di masa mendatang yang jumlahnya semakin meningkat.
116
4.
Pemenuhan bahan baku didapatkan dari impor dan berasal dari produk
pabrik lain sehingga pemenuhan bahan baku tergantung pada produksi
pabrik tersebut jadi diperlukan adanya kontrak pembelian bahan baku
pada kurun waktu tertentu agar kebutuhan bahan baku dapat terpenuhi
selama pabrik berjalan.
63
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, M. dan Khairurrijal. 2009. Review: Karakterisasi Nanomaterial.
Jurnal Nanosains dan Teknologi. Vol. 2. No. 1. ISSN 1979-0880.
Ahmed S.A., Ramadan A., Al Domany, Nefisa M.A.El-Shayeb, H.H.Radwan,
S.A.Saleh, S.A. 2008. Optimization, Immobilization of Extracellular
Alkaline Protease and Characterization of Its Enzymatic Properties.
Journal of Agriculture Science. Vol 4. 434–466.
Akar T., Kaynak Z., Ulusoy S., Yuvaci D., Ozsari G., Akar S.T. 2009. Enhanced
Biosorption of Nickel(II) Ions by Silica-Gel-Immobilized Waste
Biomass: Biosorption Characteristics in Batch and Dynamic Flow
Mode. Journal of Hazardous Material.163: 1134–41.
Atmoko,R.D.2012. Pemanfaatan Karbon Aktif Batu Bara Termodifikasi TiO2
pada Proses Reduksi Gas Karbon Monoksida(CO) Dan Penjernihan
Asap Kebakaran. Penerbit FT UI. Jakarta.
Bai, S.R. and T.E. Abraham, 2001. Biosorption of Cr (VI) from Aqueous
Solution by Rhizopus Nigricans. Bioresources Technology.79: 73-81.
Bandosz, T.J. 2009. Surface Chemistry of Carbon Materials. In Carbon
Materials for Catalysis. Serp, P., & Figueiredo, J.L. (Eds.). pp. (58-78),
Wiley, ISBN 978-0-470-17885-0.
Basmal, J., Wikanta, T. dan Tazwir. 2002. Pengaruh Kombinasi Perlakuan
Kalium Hidroksida dan Natrium Karbonat Dalam Ekstraksi Natrium
Alginat Terhadap Kualitas Produk yang Dihasilkan. Jurnal Penelitian
Perikanan Indonesia. No.8. 45-52.
Busca, G. 2014. Heterogeneous Catalytic Materials: Solid State Chemistry,
Surface Chemistry and Catalytic Behaviour. Newnes.
Chen H., Lia T., Zhang L., Wang R., Jiang F., Chen J. 2015. Pb(II) Adsorption
on Magnetic G-Fe2O3/Titanate Nanotubes Composite. Journal of
Environmental Chemical Engineering 3. 2022–2030
64
Chiang, Y.W., R.M. Santos, K. Ghyselbrecht, V. Cappuyns, J.A. Martens, R.
Swennen, B. Meesschaert. 2012. Adsorption of Multi-Heavy Metals
onto
Water
Treatment
Residuals:
Sorption
Capacities
and
Applications. Journal of Chemical Engineering. 200-202 page 405-415
Connell, D.W. and G.J. Miller. 1995. Kimia dan Ekotoksikologi Pencemaran.
Penerjemah: Y Kastoer. Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Culp RL, Wesner GM, Culp GL (1978) Handbook of Advanced Wastewater
Treatment. Van Nostrand Reinholds Company. New York
D.S. Bhargava, S.B. Sheldarkar. 1992. Effects of Adsorbent Dose and Size on
Phosphate Removal from Wastewaters. Environmental Pollution 76 (1)
51–60
Dabrowski, A. 2001. Adsorption-from Theory to Practice. Faculty of
Chemistry,M.Curie-Sklodowska University, 20031 Lublin. Poland.
Dabrowski, A. D., Hubicki, Z., Podkos´cielny, P. & Robens, E. 2004. Selective
Removal of The Heavy Metal Ions from Waters and Industrial
Wastewaters by Ion-Exchange Method. Chemosphere 56, 91–106.
Darmono. 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran: Hubungannya dengan
Toksikologi Senyawa Logam. UI Press. Jakarta.
Do, D.D. 2008. Adsorption Analysis Equilibria and Kinetics. Singapore: World
Scientific Publishing Co. Pte. Ltd.
Draget, I .K., & C. Taylor. 2007. Chemical, Physical, and Biological Properties
of Alginates and Their Biomedical Implications. Food Hydrocolloids
25 : 251-256
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengolahan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta
El-Sheikh, A.H., Newman A.P., Al-Daffaee H., Phull S., Cresswell. 2004.
Deposition of Anatase on The Surface of Activated Carbon. Surface &
Coatings Technology, 187 (2-3). Pp. 284-292.
Erdem, E., Karapinar, N. & Donat, R. 2004. The Removal of Heavy Metal
Cations by Natural Zeolites. Journal of Colloid Interference. Sci.
No.280. 309–314.
65
Escudero C., N. Fiol, I.Villaescusa, J.-C. Bollinger. 2013. Effect of Chromium
Speciation on Its Sorption Mechanism onto Grape Stalks Entrapped
into Alginate Beads. Journal of Arab Chemical.(in press).
Fan L, Luo C, Sun M, Li X, Qiu H. 2013. Highly Selective Adsorption of Lead
Ions by Water-Dispersible Magnetic Chitosan/Graphene Oxide
Composites. Journal of Colloids Surface B 103:523–9.
Fiol, N., C. Escudero, J. Poch, I. Villaescusa. 2006. Preliminary Studies on
Cr(VI) Removal from Aqueous Solution Using Grape Stalks Wastes
Encapsulated in Calcium Alginate Beads in A Packed Up-Flow
Column. React. Funct. Polym. No.66. 795–807.
Ginting.F.D. 2008. Adsorpsi.Penerbit : FT UI, Jakarta.
Gupta VK, Rastogi A. 2008. Biosorption of Lead from Aqueous Solutions by
Green Algae Spirogyra Species: Kinetics and Equilibrium Studies.
Journal of Hazardous Material;152:407–14
Hardy, M.A., D. Sarkar, R. Datta. 2008. Water Treatment Residuals Remove
Copper, Lead, and Zinc From Acidic Wastewater. Joint Annual
Meeting of the GSA-SSSA-ASA-CSSA-GCAGS-GCSSEPM. No. 247-12
Harmita. 2006. Analisis Kuantitatif Bahan Baku dan Sediaan Farmasi. Jakarta:
Departemen Farmasi FMIPA Universitas Indonesia.
Heidari A, Younesi H, Mehraban Z. 2009. Removal of Ni(II), Cd(II), And Pb(II)
From A Ternary Aqueous Solution by Amino Functionalized
Mesoporous and Nano Mesoporous Silica. Journal of Chemical
Engineering; 153:709.
Hetherington, Dassanayake K.B., Jayasinghe G.Y., Surapaneni A. 2015. A Review
on Alum Sludge Reuse with Special Reference to Agricultural
Applications and Future Challenges. Journal of Waste Management.
Volume 38.Pages 321-335.
IARC. 2006. Summaries & Evaluations: Inorganic and Organic Lead
Compounds. Lyon, International Agency for Research on Cancer (IARC
Monographs for the Evaluation of Carcinogenic Risks to Humans).Vol.
87.
66
Ippolito, J.A., K.A. Barbarick, H.A. Elliott. 2011. Drinking Water Treatment
Residuals: A Review of Recent Uses. Journal of Environmental Quality
No.40. 1-12
Kalapathy, U., and Proctor, A. 2000. A Simple Method For Production of Pure
Silica From Rush Hull Ash. Bioresource Technology. 73. 252-257.
Khopkar, S.M. 2003. Kimia Analitis. Jakarta : UI-Press.
Khorramabadi GS, Soltani, Rezaee A, Khataee AR, Jonidi Jafari A. 2012.
Utilisation of Immobilised Activated Sludge For The Biosorption Of
Chromium (VI). Journal of Chemical Engineering;90:1539–46.
Lee H., D. Kim, J. Kim, M.-K. Ji, Y.-S. Han, Y.-T. Park, H.-S. Yun, J. Choi. 2015.
As(III)And As(VI) Removal From The Aqueous Phase Via
Adsorption Onto Acid Mine Drainage Sludge (AMDS) Alginate Beads
And Goethite Alginate Beads. Journal of Hazardous Material. 292. 146–
154.
Li X.,Wang Z., Li Q., Ma J., Zhu M. 2015. Preparation, Characterization, And
Application of Mesoporous Silica-Grafted Graphene Oxide For
Highly Selective Lead Adsorption. Chemical Engineering Journal. Vol
273. 630–637
Mahbub, M.A.2012. Studi Ekstrasi Alginat dari Biomassa Rumput Laut Coklat
(Sargassum Crassifolium) Sebagai Adsorben dalam Biosorpsi ion
logam Cadmium(II). Universitas Indonesia
Marinho S.E., dan Bourret E. 2003. Effects of Season on the Yield and Quality
of Agar From Gracilaria Species (Gracilariaceae, Rhodophyta).
Journal of Bioresources Technology. 90:329–333
Mary, S dan Azikin. 2003. Penanganan Lumpur Instalasi Pengolahan Air
Somba Opu. Universitas Hasanuddin. Vol. 5.No. 2:1-11.
Mata Y.N., Bla´zquez M. L., Ballester A, Gonza´lez F, Mun˜oz J.A. 2009.
Biosorption of Cadmium, Lead and Copper with Calcium Alginate
Xerogels and Immobilized Fucus Vesiculosus. Journal of Hazardous
Material.163:555–62.
67
Messaouda, S., Larouci, M., Meddah, B. & Velemens, P. 2012. The Sorption of
Lead, Cadmium, Copper and Zinc Ions from Aqueous Solutions on A
Raw Diatomite From Algeria. Water science and Technology 65 (10),
1729–1737.
Momčilović, M., Milovan P., Aleksandar B., Aleksandra Z., Marjan R. 2011.
Removal of Lead(II) Ions From Aqueous Solutions by Adsorption
onto Pine Cone Activated Carbon. Department of Chemistry, Faculty of
Sciences and Mathematics, University of Nis, Visegradska, Serbia.
Journal of Desalination 276. 53–59
Moo, S.K. 2010. Agarose: Review of Major Sources, Categories, Purification
Method, Enzyme Characteristics and Applications. Marine Drugs.8:
200—218.
Nadeem M., Mahmooda A., S.A. Shahid, S.S. Shah, A.M. Khalid, G. Mc Kaye.
2006. Sorption of Lead from Aqueous Solution by Chemically
Modified Carbon Adsorbents. Journal of Hazardous Materials B138.
604–613
Naeem A., Westerhoff P., Mustafa S. 2007. Vanadium Removal by Metal
Hydroxide Adsorbents. Water Res .41:1596–1602.
Nair, V., Panigrahy, A., Vinu, R. 2014. Development of Novel Chitosan-Lignin
Composites for Adsorption of Dyes and Metal Ions from Wastewater.
Journal of Chemical Engineering 254. 491–502.
Noor, A. 1990. Analisis Spektrofotometri Serapan Atom. Laboratorium Kimia
Analitik, Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas Hasanuddin.
Nussinovitch, A. 1997. Hydrocolloid Aplications: Gum Technology in The Food
and Other Industries. London: Chapman & Hall.
Pandey A., Shukla A., and Ray L. 2009. Uptake and Recovery of Lead by
Agarose Gel Polymers American Journal of Biochemistry and
Biotechnology 5 (1): 14-20,ISSN 1553-3468
68
Rao, M.M., A. Ramesh, G. P. C. Rao, and K. Seshaiah. 2006. Removal of Copper
and Cadmium from The Aqueous Solutions by Activated Carbon
Derived from Ceiba Petandra Hulls. J. Hazardous Materials B. vol.
129. pp. 123-129.
Reed, S.J.B. 1993. Electron Microprobe Analysis: 2nd Edition. Cambridge
University Press,Cambridge.
Romero J.B., Villanueva R.D. & Montano M.N.E. 2008. Stability of Agar in The
Seaweed Gracilaria Eucheumatoides (Gracilariales, Rhodophyta)
During Postharvest Storage. Bioresource Technology 99: 8151–8155.
Rosyidi, C.N., Retno W. D., dan Winarno. 2012. Pemanfaatan Limbah PDAM
untuk Lapisan Atas Paving Block Menggunakan Metode Taguchi dan
RSM Berbasis SNI No. 03-0691-1996. Jurnal Standardisasi. Vol. 14. No.
2. ISSN 1441-0822.
Rousseau, I., Cerf, D.L., Picton, L., Argillier, J. F., Muller, G. 2004. Entrapment
And Release of Sodium Polystyrene Solfonate (SPS) from Calcium
Alginate Gel Beads. European Polymer Journal. 40, pp. 2709-2715
Ruthven, D.M.1984. Principle of Adsorption & Adsorption Process. John Wiley
& Sons: New York, 124-141.
Said, N.I. 2008. Teknologi Pengelolaan Air Minum: Teori dan Praktisnya.
Pusat Teknologi Lingkungan. Jakarta.
Sawyer, Clair N., McCarty, Perry L, dan Parkin Gene. 1994. Chemistry for
Environmental Engineering. Mc Graw-Hill. New York.
Schnoor, J.L. 1996. Environmental Modeling: Fate and Transport of Pollutants
in Water, Air, and Soil. John A. Wiley & Sons, Inc., New York.
Schwarzenbach, R.P., Gschwand, P.M. dan Imboden, D.M.1993. Environmental
Organic Chemistry. A Willey- Interscience Publication John Wiley &
Sons, New York
Shriver, D. & Atkins, P. 2000. Inorganic Chemistry. New York City. W.H. Freeman
Company.
69
Siswoyo, E., Endo, N., Yoshihiro M., & Shunitz, T. 2014. Agar-Encapsulated
Adsorbent Based on Leaf of Platanus Sp. To Adsorb Cadmium Ion in
Water. Water Science Technology. Vol 70 (1). Hal 89-94.
Siswoyo, E., Yoshihiro M., & Shunitz, T. 2014. Determination of Key
Components and Adsorption Capacity of A Low Cost Adsorbent
Based on Sludge of Drinking Water Treatment Plant to Adsorb
Cadmium Ion in Water. Applied Clay Science. Vol 97–98.Page 146-152.
Soltani,
A.,
Darvishi
R.,
Khorramabadi,
Khataee
C.
2014.
Silica
Nanopowders/Alginate Composite for Adsorption of Lead (II) Ions in
Aqueous Solutions. Journal of the Taiwan Institute of Chemical
Engineers Vol 45. 973–980
Stenstrom, M.K. & Diego, Rosso.2003. Fundamental of Chemical Reactor
Theory. Civil Environmental Engineering Department. University of
California. Los Angeles.
Stuart, B. 2004. Infrared Spectroscopy: Fundamentals and Applications.
Infrared Spectroscopy: Fundamentals and Applications. Wiley.
Newyork.
Sukarta, I.N. 2008. Adsorpsi Ion Cr3+ Oleh Serbuk Gergaji Kayu Albizia
(Albizzia Falcata): Studi Pengembangan Bahan Alternatif Penjerap
Limbah Logam Berat. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Suryawan, B. 2004. Karakteristik Zeolit Indonesia sebagai Adsorben Uap air.
Disertasi. Universitas Indonesia. Jakarta.
Svehla, G.1985. Analisis Anorganik Kualitatif. Jakarta. PT Kalman Media
Pusaka.
Verlicchi, P., dan L. Masotti. 2012. Reuse of Drinking Water Treatment Plants
Sludges in Agriculture: Problems, Perspectives and Limitations.
University of Ferrara.Italy.
Vipin, A.K., Hu B., & Bunshi F.2013. Prussian Blue Caged in Alginate/Calcium
Beads as Adsorbents for Removal of Cesium Ions From Contaminated
Water. Journal of Hazardous Materials. Vol 258– 259. Hal 93– 101.
70
Vos, P. D., Faas, M. M., Strand, B., Calafiore, R. 2006. Alginate-Based
Microcapsules For Immunoisolation of Pancreatic Islets. Biomaterial
27. pp. 5603-5617.
Wang Y, Wang X, Wang X, Liu M, Wu Z, Yang L. 2013. Adsorption of Pb(II)
from Aqueous Solution to Ni-Doped Bamboo Charcoal. Journal of
Chemical Engineering;19: 353–9.
Weber, W.1972. Physicochemical Processes for Water Quality Control. Wiley.
New York.
Welz,B.1985. Atomic Absorption Spectrometry: 2nd Completely Revised
Edition.VCH.Weinheim
Weng, C.H. 2004. Modeling Pb(II) Adsorption Onto Sandy Loam Soil. Journal
of Colloid Interface Science. 272 262–270.
Widowati, W. 2008. Efek Toksik Logam. Yogyakarta: Penerbit Andi. Hal. 109110, 119-120, 125-126.
Yuwono, S. 2009. Penelitian Pemanfaatan Lumpur Sedimen Limbah (PDAM)
untuk Bahan Semen Pozolan Kapur.Jurnal Permukiman.vol 12. No 7
Zeng G., Xu P., Huang D., Hu S., Feng C., Lai C.2013. Synthesis of Iron Oxide
Nanoparticles
and
Their
Application
in
Phanerochaete
Chrysosporium Immobilization for Pb(II) Removal. Journal of
Colloids Surface. 419:147–55.
Zhao, Y.Q., L.P. Doherty, D. Doyle. 2011. Fate of Water Treatment Residual:
An Entire Profile of Ireland Regarding Beneficial Reuse. International
Journal of Environmental Study. No. 68. 161–170.
LAMPIRAN A
REAKTOR
Tugas
: Tempat berlangsungnya reaksi antara Ethylene Cyanohydrin
dan Air untuk membentuk Acrylonitrile
Bentuk
: Reaktor Fixed Bed Multitube
Fase
: Gas
Tekanan
: 2 atm. Suhu
Katalis
: Alumina (Al2O3)
A.
: 350 – 450°C
Uraian proses
Reaksi Ethylen Cyanohidrin menjadi Acrylonitrile dan air terjadi pada suhu
450°C dengan katalis padat alumina. Reaksi terjadi pada permukaan padatan
katalis sedangkan reaktan masuk reaktor pada fase gas. Kondisi operasi reaktor
ini adalah non-isothermal, adiabatis, suhu gas 450°C dan tekanan 2 atm.
Konversi reaktan menjadi Acrylonitrile sebesar 98%.
B.
Menyusun Persamaan Reaksi :
Ditinjau reaksi :
C3H5ON (g)
C3H3N (g) + H2O
A
B
C
Reaksi Pembentukan Acrylonitrile dirumuskan
sebagai : (-rA ) = k (PA)
(Leidler, 1980)
A-1
PA
= konsentrasi keluar C3H5ON reactor
k
= konstanta kinetika reaksi pembentukan Acrylonitrile
Reaksi berjalan pada suhu 350°C - 450°C hingga reaksi berjalan searah
menjadi Acrylonitrile dan air.
(Ullman, 1985)
Harga konstanta kecepatan reaksi (k)
log k = (14,29-(234,9/2,303RT)
(Journal of physical organic chemistry, 1999)
C.
Menghitung neraca massa komponen pada reaktor.
Waktu operasi = 330 hari/tahun
Kapasitas
= 25.000 ton/tahun
=
= 3156,5657 kg/jam
Perbandingan umpan masuk reaktor adalah
a. Umpan Masuk Reaktor
Tabel A-1. Massa umpan reaktor
Komponen
Kg/jam
fr.massa
Kgmol/jam
C3H5ON
4409,37
0,98
62,03
C3H3N
0,09
0,000
0,001
H2O
67,54
0,02
3,74
Jumlah
4477,01
1,0000
65,78
A-2
b. Reaksi
Reaksi yang terjadi merupakan reaksi searah dengan konversi 98 %. Secara
stoikiometri.
C3H5ON
C3H3N
:
62,03
0,001
3,74
Reaksi :
60,79
60,79
60,79
Sisa
1,24
60,79
64,54
Mula
:
+
H2O
Tabel A-2. Komposisi gas keluar reaktor
c.
komponen
Kg/jam
fr.massa
C3H5ON
88,18
0,01
1,24
H2O
1163,03
0,25
64,54
C3H3N
3225,78
0,72
60,79
Jumlah
4477,01
1,00
kgmol
126,57
Menghitung Neraca Massa Komponen pada Reaktor.
Menghitung panas reaksi
Q = ∆H °R + ∆H R 298 K + ∆H °P
Keterangan : Q
= panas reaksi total
ΔH°R
= panas gas masuk reaktor
ΔH°P
= panas gas keluar reaktor
ΔHR°298
= panas reaksi standar pada 298 K
A-3
T = 667.56 K
T = 723.15 K
∆HR
∆HP
T = 298 K
T = 298 K
Tabel A-3 Data ∆Hf untuk masing masing komponen pada 298 K
Komponen
ΔHf (kJ/mol )
ΔHf (kJ/kmol )
C3H5ON
-98.3
-98300
H2O
184.93
184930
C3H3N
-241.8
-241800
∆HRo 298
= ∆HoP
-
∆HoR
= ∆Hf C3H3N - (∆Hf C3H3N + ∆Hf H2O)
= -241800 - (184930 + -98300)
= 525030 kJ/kmol
ΔHR°298 bernilai positif sehingga reaksi ini bersifat endotermis
d.
Menentukan Jenis Reaktor
Dipilih reaktor jenis fixed bed multitube dengan pertimbangan sebagai
berikut:
1. Reaksi yang berlangsung adalah fase gas dengan katalis padat.
2. Menggunakan katalis alumina yang dapat digunakan berulang-ulang.
4. Pressure Drop gas pada fixed bed lebih kecil dibandingkan dengan reaktor
fluidized bed.
A-4
5. Kehilangan katalis termasuk kecil jika dibandingkan dengan reactor
fluidized bed.
6. Tidak perlu pemisahan katalis dari gas keluaran reaktor.
7. Konstruksi reaktor lebih sederhana jika dibandingkan dengan reaktor
fluidized bed sehingga biaya pembuatan, operasional, dan perawatannya
relatif murah.
( Charles G Hill, p 425-431)
Kondisi operasi reaktor :
a. Non isotermal dan non adiabatis
b. P = 2 atm
c. T = 450°C
e.
Menentukan Kondisi Umpan
Kondisi campuran gas yang bereaksi di dalam reaktor setiap saat
mengalami perubahan untuk tiap increment panjang reaktor. Persamaan yang
digunakan untuk menghitung kondisi campuran gas tersebut adalah sebagai
berikut :
1.
Menghitung berat molekul umpan
Berat molekul umpan merupakan berat molekul campuran gas yang dapat
dihitung dengan persamaan :
BM campuran = Σ (Bmi.yi)
Dengan :
BMi
= berat molekul komponen i, kg/kmol
yi
= fraksi mol gas i
A-5
Tabel A-4. Fraksi mol gas campuran
Massa
(kg/jam)
4409.37
67.54
Mol
(kmol/jam)
62.03
3.74
yi
yi.BMi
C3H5ON
H2O
BMi
(kg/kmol)
71.08
18.02
0.94
0.05
67.02
1.02
C3H3N
53.06
0.09
4477.01
0.001
65.78
0.00
1.0000
0.0015
68.05
Komponen
Total
Diperoleh Bmavg umpan = 68.05 kg/kmol
2. Menghitung volume reaktor dan densitas umpan
n=
65.78 kmol/jam
=
R=
82.05 atm.cm3/mol.0K
=
P=
T=
2 atm
=
0
=
450
C
18.27 mol/dtk
0.0820567
29,4 psi
723.15 K
ρ = 2.29 gr/cm3 = 2295.38 kg/m3
3. Menghitung viskositas umpan µ
Untuk menghitung viskositas umpan digunakan persamaan yang
diperoleh dari Yaws, 1999, yaitu µi = A + BT + CT2
A-6
µgi
= viskositas gas, mikropoise
T
= suhu umpan, K
Tabel A-5. Konstanta viskositas gas
Komponen
C3H5ON
C3H3O
A
0
-4.783
B
0
2.40E-01
C
0
-1.45E-05
H2O
-36.626
4.29E-01
-1.62E-05
Tabel A-6. Viskositas gas
Komponen
Yi
μ gas (micropoise)
C3H5ON
C3H3N
9.85E-01
2.16E-05
0
161.48
H2O
Total
1.51E-02
1.0000
265.07
426.55
Tabel A-7. Viskositas gas campuran
C3H5ON
C3H3N
yi.μgas
(micropoise)
0.00E+00
1.34E-07
yi.μgas
(kg/m.s)
0.04
0.74
H2O
Total
5.69E-05
5.70E-05
0.0018
0.0018
Komponen
µgi campuran = 0.00175 kg/m.s
4. Menghitung konduktivitas panas umpan (KG)
KG dihitung menggunakan persamaan dari Yaws, 1999, yaitu :
A-7
KG = A + BT + CT2
KG
= konduktivitas gas, W/m.K
T
= suhu umpan, K
KG
= Σ(KG.xi)
Tabel A-8. Konstanta konduktivitas gas
Komponen
C3H5ON
C3H3N
A
0
0.01204
B
0
-0.000049047
C
0
1.4193E-07
H2O
0.00053
0.000047093
4.9551E-08
Tabel A-9 Konduktivitas gas campuran
CO
Cl2
9.85E-01
2.16E-05
kgas
W/m.K
0
0.050769946
COCl2
Total
1.51E-02
1.0000
0.060479984
0.11124993
Komponen
k campuran =
=
f.
yi
0.000913
0.00328
yi.kgas
W/m.K
1.09743E-06
0.000912443
0.000913541
1.09743E-06
W/m.K
kJ/jam.m.K
Penyusunan Model Matematis
1. Neraca massa pada elemen volume tube
FA|Z
Z
FA|Z+∆Z
∆Z
A-8
Rate of in – out – reaksi = acc
Untuk NT buah tube:
Reaksi untuk
dX A
dZ
, sehingga:
Kondisi Batas:
Pada saat,
dX A
dZ
Z=0
XA = X0 = 0
Z=H
XA = X = 0,98
: perubahan konversi Acrylonitrile tiap increment panjang
reaktor
r
: laju reaksi, kmol/m3/jam
A-9
ρb
: bulk density katalis, kg/m3
FA0
: laju alir mol mula-mula C3H3ON, kmol/jam
g.
Menentukan jenis dan ukuran tube
Dari hasil perhitungan, maka dipilih ukuran pipa standart :
Ukuran tube ditentukan dengan cara memilih pada table 10, Apendix D.Q
Kern halaman 843 dengan spesifikasi sebagai berikut :
Ukuran pipa (IPS)
=
1.25
in
3.175
cm
OD
=
1.61
in
4.0894
cm
ID
=
1.9
in
4.826
cm
Flow area per pipe
=
2.01
in2
12.9677
cm2
Schedule number
=
40
Surface per lin ft
=
0.435
Re shell
ft2/ft
: 46204.02
Menghitung kecepatan massa per satuan luas tube
Gs
: 1026115.79 kg/m2jam
Re tube
: 1367.76
Menghitung kecepatan massa per satuan luas tube
Gt
: 3452428 kg/m2jam
Mencari luas penampang total (At)
= 2888.095 cm2 = 0.288 m2
Nt
: 220 buah trial
A-10
(Kern, 889)
h.
Menentukan diameter shell dan jumlah tube
Menghitung bilangan Reynold di shell (Res)
IDs = diameter dalam shell
B = baffle spacing (0.25*IDs) kern,1965
PT = pitch tube
C' = jarak antar tube (clearance)
Ws = laju aliran pemanas
i.
=
36.8713
in
=
9.2178
in
=
2.375
in
=
0.475
in
=
21620.34
kg/jam
Menentukan susunan tube
Direncanakan tube disusun dengan pola triangular pitch, dengan alasan :
1. Turbulensi yang terjadi pada susunan segitiga sama sisi lebih besar
dibandingkan dengan susunan bujur sangkar, karena fluida yang mengalir
di antara pipa yang letaknya berdekatan akan langsung menumbuk pipa
yang terletak pada deretan berikutnya.
2. Koefisien perpindahan panas konveksi (h) pada susunan segitiga 25% lebih
tinggi dibandingkan dengan fluida yang mengalir dalam shell pada
susunan segi empat.
(Agra, S.W.,Perpindahan Panas, p 7-73)
C
A
B
A-11
Susunan tube =
triangular
Pitch tube (PT)=
1.25 x ODt
=
2.075
in
=
5.2705
cm
Clearance (C') =
PT - ODt
=
3.6105 in
=
9.1707
cm
untuk menghitung diameter shell, dicari luas penampang shell total (A total)
luas shell
=
Luas segitiga

1

xIDs 2  2  Nt    Pt 2  sin 60 
4
2



1
xIDs2  2 Nt    Pt 2  0.866
4

2
IDs

4  Nt
=
=
 PT
: Superheated Steam
Suhu
: 454.4°C
ʎsteam
: 1457.5 kJ/kg

cm
36.8713
in
Menentukan jumlah pendingin yang dibutuhkan
A-12
 0 . 866
93.6532
Menentukan Jenis Pemanas
Jenis
2
Menghitung Panjang Reaktor
Persaamaan – persamaan yang digunakan untuk menentukan panjang reactor :
Persamaan neraca massa pada elemen volume:
𝑑𝑥
𝑑𝑧
𝑟𝑎 𝑁𝑡
𝜋
𝐼𝐷𝑡 𝜌
𝜀
𝐹𝐴
Persamaan neraca panas pada elemen volume :
𝑑𝑇
𝑑𝑧
𝐻𝑓
𝑟𝑎 𝑁𝑡
𝜋
𝐼𝐷𝑡 𝜌
𝜀 +𝑈 𝑇
𝐹𝑖
𝑇𝑠 𝜋 𝑂𝐷𝑡
𝐶𝑝𝑖
Persamaan neraca panas pendingin :
𝑑𝑇𝑠
𝑑𝑧
𝑈 𝑇
𝑇𝑠 𝜋 𝑂𝐷𝑡 𝑁𝑡
𝑊𝑠 𝐶𝑝𝑠
Persamaan pressure drop
𝑑𝑃
𝑑𝑧
𝐺𝑡
𝐼𝐷𝑡 𝜌
𝜀
𝜀
𝜀
𝐷𝑝
𝐺𝑡
𝜇 𝑐𝑎𝑚𝑝
Persamaan-persamaan diferensial
+
diatas
diselesaikan secara
simultan
menggunakan metode Runge Kutta orde 4. Perhitungan dihentikan ketika konversi
sudah mencapai 98%.
A-13
Tabel A-11. Hasil data iterasi reaktor
∆z
0.0500
z (m)
0
x
0.0000
0.0614
0.1085
0.1464
0.0876
0.1286
0.1623
0.1909
0.1511
0.1811
0.2070
0.2298
0.2003
0.2238
0.2448
0.2637
0.2404
0.2598
0.2774
0.2936
0.2744
0.2909
0.3062
0.3205
0.3041
0.3185
0.3321
0.05
0.10
0.15
0.20
0.25
0.30
T (K)
723.0000
718.1190
714.1524
710.8461
715.5900
712.0726
709.1068
706.5714
710.0199
707.3596
705.0684
703.0768
705.6965
703.6223
701.8095
700.2142
702.2621
700.6085
699.1467
697.8468
699.4823
698.1399
696.9413
695.8655
697.1949
696.0874
695.0895
Ts (K)
473.0000
503.5305
529.8574
552.5530
522.3768
546.1382
566.6132
584.2455
560.7600
579.2135
595.0969
608.7576
590.5201
604.8187
617.1091
627.6636
613.5343
624.5858
634.0699
642.1998
631.2811
639.7986
647.0942
653.3348
644.9211
651.4639
657.0551
A-14
dx/dz
0.0061
0.0047
0.0038
0.0031
0.0041
0.0034
0.0029
0.0025
0.0030
0.0026
0.0023
0.0020
0.0024
0.0021
0.0019
0.0017
0.0019
0.0018
0.0016
0.0015
0.0017
0.0015
0.0014
0.0013
0.0014
0.0014
0.0013
dT/dz
-0.4881
-0.3967
-0.3306
-0.2803
-0.3517
-0.2966
-0.2535
-0.2190
-0.2660
-0.2291
-0.1992
-0.1744
-0.2074
-0.1813
-0.1595
-0.1413
-0.1654
-0.1462
-0.1300
-0.1162
-0.1342
-0.1199
-0.1076
-0.0971
-0.1108
-0.0998
-0.0904
dTs/dz
3.0530
2.6327
2.2696
1.9555
2.3761
2.0475
1.7632
1.5173
1.8454
1.5883
1.3661
1.1739
1.4299
1.2290
1.0554
0.9054
1.1051
0.9484
0.8130
0.6961
0.8518
0.7296
0.6241
0.5330
0.6543
0.5591
0.4770
dP/dz
-46460362.2432
-46146649.5990
-45891706.3327
-45679200.2094
-45984102.8985
-45758029.2009
-45567410.6681
-45404452.6539
-45626098.0570
-45455117.3314
-45307850.9754
-45179852.1840
-45348225.4963
-45214908.3527
-45098396.8368
-44995862.3227
-45127488.0782
-45021205.6527
-44927253.2613
-44843705.9832
-44948823.0686
-44862541.9078
-44785511.1779
-44716363.7506
-44801810.6059
-44730627.5270
-44666492.3168
Tabel A-11. Hasil data iterasi reaktor (lanjutan)
∆z
z (m)
0.35
0.40
0.45
0.50
0.55
0.60
0.65
0.70
0.75
0.0500
x
0.3449
0.3305
0.3435
0.3557
0.3674
0.3545
0.3663
0.3775
0.3883
0.3765
0.3874
0.3978
0.4078
0.3970
0.4071
0.4168
0.4263
0.4162
0.4257
0.4349
0.4438
0.4343
0.4433
0.4520
0.4604
0.4515
0.4600
0.4683
0.4763
0.4679
0.4760
0.4839
0.4916
0.4835
0.4913
T (K)
694.1858
695.2838
694.3562
693.5130
692.7429
693.6634
692.8750
692.1524
691.4869
692.2699
691.5904
690.9625
690.3795
691.0549
690.4612
689.9084
689.3911
689.9816
689.4562
688.9632
688.4987
689.0217
688.5509
688.1061
687.6843
688.1532
687.7265
687.3208
686.9339
687.3591
686.9683
686.5947
686.2365
686.6261
686.2649
Ts (K)
661.8254
655.3637
660.3695
664.6351
668.2625
663.3201
667.1310
670.3667
673.1068
669.3454
672.2284
674.6650
676.7172
673.8727
676.0361
677.8535
679.3730
677.2396
678.8456
680.1837
681.2913
679.7087
680.8836
681.8513
682.6411
681.4844
682.3264
683.0085
683.5535
682.7255
683.3111
683.7734
684.1302
683.5556
683.9439
A-15
dx/dz
0.0012
0.0013
0.0012
0.0012
0.0011
0.0012
0.0011
0.0011
0.0010
0.0011
0.0010
0.0010
0.0010
0.0010
0.0010
0.0009
0.0009
0.0009
0.0009
0.0009
0.0009
0.0009
0.0009
0.0008
0.0008
0.0008
0.0008
0.0008
0.0008
0.0008
0.0008
0.0008
0.0008
0.0008
0.0008
dT/dz
-0.0823
-0.0928
-0.0843
-0.0770
-0.0707
-0.0788
-0.0723
-0.0666
-0.0616
-0.0679
-0.0628
-0.0583
-0.0544
-0.0594
-0.0553
-0.0517
-0.0486
-0.0525
-0.0493
-0.0464
-0.0439
-0.0471
-0.0445
-0.0422
-0.0401
-0.0427
-0.0406
-0.0387
-0.0370
-0.0391
-0.0374
-0.0358
-0.0344
-0.0361
-0.0347
dTs/dz
0.4062
0.5006
0.4266
0.3627
0.3077
0.3811
0.3236
0.2740
0.2313
0.2883
0.2437
0.2052
0.1721
0.2163
0.1817
0.1520
0.1263
0.1606
0.1338
0.1108
0.0910
0.1175
0.0968
0.0790
0.0637
0.0842
0.0682
0.0545
0.0427
0.0586
0.0462
0.0357
0.0266
0.0388
0.0294
dP/dz
-44608406.6478
-44678977.2274
-44619356.0794
-44565166.8816
-44515666.9043
-44574830.6885
-44524162.5684
-44477720.1660
-44434943.7084
-44485266.2153
-44441595.7895
-44401239.5981
-44363771.7900
-44407178.7651
-44369023.8512
-44333488.1937
-44300245.5222
-44338198.2725
-44304425.7365
-44272738.8668
-44242886.2764
-44276502.8419
-44246240.5426
-44217651.9080
-44190542.3276
-44220683.7405
-44193256.6242
-44167183.4983
-44142313.0691
-44169646.1014
-44144529.0504
-44120516.8469
-44097491.4039
-44122534.9398
-44099317.5590
Tabel A-11. Hasil data iterasi reaktor (lanjutan)
∆z
z (m)
0.80
0.85
0.90
0.95
1.00
1.05
1.10
1.15
0.0500
x
0.4989
0.5063
0.4985
0.5060
0.5133
0.5204
0.5130
0.5202
0.5272
0.5341
0.5269
0.5338
0.5406
0.5473
0.5404
0.5470
0.5536
0.5600
0.5534
0.5598
0.5662
0.5724
0.5660
0.5722
0.5784
0.5845
0.5782
0.5843
0.5902
0.5961
0.5901
0.5960
0.6018
0.6075
T (K)
685.9178
685.5834
685.9438
685.6071
685.2822
684.9679
685.3039
684.9878
684.6815
684.3843
684.6999
684.4012
684.1110
683.8284
684.1266
683.8429
683.5664
683.2965
683.5799
683.3091
683.0446
682.7859
683.0564
682.7970
682.5431
682.2942
682.5534
682.3040
682.0595
681.8195
682.0687
681.8283
681.5922
681.3602
Ts (K)
684.2375
684.4501
684.0703
684.3074
684.4719
684.5745
684.3440
684.4656
684.5317
684.5507
684.4343
684.4679
684.4595
684.4153
684.3856
684.3528
684.2881
684.1966
684.2325
684.1497
684.0431
683.9164
684.0015
683.8816
683.7439
683.5914
683.7132
683.5659
683.4057
683.2347
683.3833
683.2164
683.0400
682.8560
A-16
dx/dz
0.0007
0.0007
0.0007
0.0007
0.0007
0.0007
0.0007
0.0007
0.0007
0.0007
0.0007
0.0007
0.0007
0.0007
0.0007
0.0007
0.0006
0.0006
0.0006
0.0006
0.0006
0.0006
0.0006
0.0006
0.0006
0.0006
0.0006
0.0006
0.0006
0.0006
0.0006
0.0006
0.0006
0.0006
dT/dz
-0.0334
-0.0323
-0.0337
-0.0325
-0.0314
-0.0305
-0.0316
-0.0306
-0.0297
-0.0289
-0.0299
-0.0290
-0.0283
-0.0276
-0.0284
-0.0276
-0.0270
-0.0264
-0.0271
-0.0264
-0.0259
-0.0253
-0.0259
-0.0254
-0.0249
-0.0244
-0.0249
-0.0245
-0.0240
-0.0236
-0.0240
-0.0236
-0.0232
-0.0228
dTs/dz
0.0213
0.0143
0.0237
0.0165
0.0103
0.0050
0.0122
0.0066
0.0019
-0.0021
0.0034
-0.0008
-0.0044
-0.0074
-0.0033
-0.0065
-0.0092
-0.0114
-0.0083
-0.0107
-0.0127
-0.0143
-0.0120
-0.0138
-0.0152
-0.0165
-0.0147
-0.0160
-0.0171
-0.0180
-0.0167
-0.0176
-0.0184
-0.0190
dP/dz
-44077010.0189
-44055519.7882
-44078679.4976
-44057039.5766
-44036156.2033
-44015956.5775
-44037551.0696
-44017234.4452
-43997553.3242
-43978450.1842
-43998730.8659
-43979536.0603
-43960880.7194
-43942719.1813
-43961885.4135
-43943651.8667
-43925881.1891
-43908536.9494
-43926747.6624
-43909346.6863
-43892347.1433
-43875719.8043
-43893102.4281
-43876430.2336
-43860109.8886
-43844117.7975
-43860775.1478
-43844747.4568
-43829031.3248
-43813607.5752
-43829623.1762
-43814171.0476
-43798997.4969
-43784086.8242
Tabel A-11. Hasil data iterasi reaktor (lanjutan)
∆z
z (m)
1.20
1.25
1.30
1.35
1.40
1.45
1.50
1.55
1.60
0.0500
x
0.6016
0.6073
0.6130
0.6185
0.6128
0.6184
0.6239
0.6293
0.6237
0.6291
0.6345
0.6398
0.6343
0.6396
0.6448
0.6500
0.6447
0.6499
0.6549
0.6600
0.6548
0.6598
0.6648
0.6697
0.6647
0.6696
0.6744
0.6792
0.6743
0.6791
0.6838
0.6885
0.6837
0.6884
0.6930
T (K)
681.6005
681.3681
681.1397
680.9150
681.1472
680.9222
680.7007
680.4827
680.7076
680.4893
680.2742
680.0623
680.2805
680.0684
679.8593
679.6532
679.8652
679.6588
679.4553
679.2544
679.4607
679.2597
679.0614
678.8655
679.0664
678.8705
678.6770
678.4858
678.6818
678.4905
678.3016
678.1150
678.3061
678.1194
677.9348
Ts (K)
683.0241
682.8432
682.6557
682.4630
682.6447
682.4543
682.2595
682.0612
682.2522
682.0558
681.8565
681.6552
681.8521
681.6521
681.4506
681.2480
681.4483
681.2468
681.0446
680.8422
681.0440
680.8424
680.6408
680.4396
680.6414
680.4408
680.2407
680.0414
680.2422
680.0433
679.8454
679.6486
679.8476
679.6511
679.4557
A-17
dx/dz
0.0006
0.0006
0.0006
0.0005
0.0006
0.0005
0.0005
0.0005
0.0005
0.0005
0.0005
0.0005
0.0005
0.0005
0.0005
0.0005
0.0005
0.0005
0.0005
0.0005
0.0005
0.0005
0.0005
0.0005
0.0005
0.0005
0.0005
0.0005
0.0005
0.0005
0.0005
0.0005
0.0005
0.0005
0.0005
dT/dz
-0.0232
-0.0228
-0.0225
-0.0221
-0.0225
-0.0221
-0.0218
-0.0215
-0.0218
-0.0215
-0.0212
-0.0209
-0.0212
-0.0209
-0.0206
-0.0203
-0.0206
-0.0204
-0.0201
-0.0198
-0.0201
-0.0198
-0.0196
-0.0193
-0.0196
-0.0194
-0.0191
-0.0189
-0.0191
-0.0189
-0.0187
-0.0184
-0.0187
-0.0185
-0.0182
dTs/dz
-0.0181
-0.0187
-0.0193
-0.0197
-0.0190
-0.0195
-0.0198
-0.0201
-0.0196
-0.0199
-0.0201
-0.0203
-0.0200
-0.0202
-0.0203
-0.0203
-0.0202
-0.0202
-0.0202
-0.0202
-0.0202
-0.0202
-0.0201
-0.0201
-0.0201
-0.0200
-0.0199
-0.0198
-0.0199
-0.0198
-0.0197
-0.0196
-0.0197
-0.0195
-0.0194
dP/dz
-43799529.0316
-43784595.6224
-43769913.5784
-43755469.9439
-43770395.1456
-43755933.1918
-43741699.9598
-43727684.6674
-43742139.7728
-43728109.6263
-43714289.1922
-43700669.4173
-43714693.7976
-43701061.8931
-43687623.5952
-43674371.2318
-43687998.2361
-43674735.8910
-43661653.3782
-43648744.1346
-43662002.2759
-43649084.7490
-43636335.1629
-43623747.8494
-43636661.7356
-43624067.4868
-43611630.8162
-43599346.7833
-43611937.8498
-43599647.9552
-43587506.5272
-43575509.2197
-43587796.3075
-43575793.9975
-43563932.0725
Tabel A-11. Hasil data iterasi reaktor (lanjutan)
∆z
z (m)
1.65
1.70
1.75
1.80
1.85
1.90
1.95
2.00
2.05
0.0500
x
0.6976
0.6929
0.6975
0.7020
0.7065
0.7019
0.7064
0.7108
0.7152
0.7107
0.7151
0.7195
0.7237
0.7194
0.7236
0.7279
0.7321
0.7278
0.7320
0.7362
0.7403
0.7361
0.7402
0.7443
0.7483
0.7442
0.7482
0.7522
0.7562
0.7521
0.7561
0.7600
0.7639
0.7599
0.7638
T (K)
677.7524
677.9391
677.7566
677.5762
677.3977
677.5802
677.4017
677.2252
677.0507
677.2291
677.0545
676.8817
676.7108
676.8854
676.7144
676.5453
676.3779
676.5488
676.3813
676.2156
676.0516
676.2190
676.0549
675.8924
675.7316
675.8957
675.7348
675.5755
675.4178
675.5786
675.4209
675.2646
675.1099
675.2676
675.1128
Ts (K)
679.2618
679.4584
679.2646
679.0722
678.8814
679.0752
678.8845
678.6953
678.5077
678.6984
678.5109
678.3250
678.1407
678.3283
678.1441
677.9615
677.7806
677.9649
677.7840
677.6049
677.4274
677.6082
677.4307
677.2550
677.0808
677.2583
677.0842
676.9117
676.7409
676.9150
676.7442
676.5750
676.4074
676.5783
676.4107
A-18
dx/dz
0.0005
0.0005
0.0005
0.0004
0.0004
0.0004
0.0004
0.0004
0.0004
0.0004
0.0004
0.0004
0.0004
0.0004
0.0004
0.0004
0.0004
0.0004
0.0004
0.0004
0.0004
0.0004
0.0004
0.0004
0.0004
0.0004
0.0004
0.0004
0.0004
0.0004
0.0004
0.0004
0.0004
0.0004
0.0004
dT/dz
-0.0180
-0.0183
-0.0180
-0.0178
-0.0176
-0.0178
-0.0177
-0.0175
-0.0173
-0.0175
-0.0173
-0.0171
-0.0169
-0.0171
-0.0169
-0.0167
-0.0166
-0.0167
-0.0166
-0.0164
-0.0162
-0.0164
-0.0162
-0.0161
-0.0159
-0.0161
-0.0159
-0.0158
-0.0156
-0.0158
-0.0156
-0.0155
-0.0153
-0.0155
-0.0153
dTs/dz
-0.0193
-0.0194
-0.0192
-0.0191
-0.0189
-0.0191
-0.0189
-0.0188
-0.0186
-0.0188
-0.0186
-0.0184
-0.0183
-0.0184
-0.0183
-0.0181
-0.0179
-0.0181
-0.0179
-0.0177
-0.0176
-0.0177
-0.0176
-0.0174
-0.0172
-0.0174
-0.0172
-0.0171
-0.0169
-0.0171
-0.0169
-0.0168
-0.0166
-0.0168
-0.0166
dP/dz
-43552206.6759
-43564206.4889
-43552476.7809
-43540880.2310
-43529413.3886
-43541140.8573
-43529670.2628
-43518326.3142
-43507105.9010
-43518574.4724
-43507350.7620
-43496247.7887
-43485262.7282
-43496484.5982
-43485496.6135
-43474623.9699
-43463864.0866
-43474850.3866
-43464087.8872
-43453435.7728
-43442891.6716
-43453652.6203
-43443106.1594
-43432665.5080
-43422328.4752
-43432873.5016
-43422534.3243
-43412296.7131
-43402158.6349
-43412496.4792
-43402356.4388
-43392314.0130
-43382367.3073
-43392506.1045
-43382557.5924
Tabel A-11. Hasil data iterasi reaktor (lanjutan)
∆z
z (m)
2.10
2.15
2.20
2.25
2.30
2.35
2.40
2.45
2.50
0.0500
x
0.7677
0.7715
0.7676
0.7714
0.7752
0.7789
0.7751
0.7788
0.7825
0.7862
0.7825
0.7861
0.7898
0.7934
0.7897
0.7933
0.7969
0.8004
0.7968
0.8004
0.8039
0.8074
0.8038
0.8073
0.8107
0.8142
0.8107
0.8141
0.8175
0.8209
0.8174
0.8208
0.8241
0.8275
0.8241
T (K)
674.9595
674.8076
674.9624
674.8104
674.6599
674.5108
674.6627
674.5135
674.3657
674.2193
674.3684
674.2219
674.0767
673.9329
674.0793
673.9354
673.7928
673.6514
673.7953
673.6538
673.5136
673.3746
673.5160
673.3770
673.2392
673.1025
673.2415
673.1048
672.9692
672.8348
672.9715
672.8370
672.7037
672.5714
672.7059
Ts (K)
676.2447
676.0803
676.2479
676.0834
675.9206
675.7593
675.9237
675.7624
675.6026
675.4443
675.6056
675.4473
675.2904
675.1350
675.2934
675.1379
674.9840
674.8314
674.9868
674.8342
674.6831
674.5333
674.6858
674.5360
674.3875
674.2404
674.3902
674.2430
674.0972
673.9526
674.0998
673.9552
673.8119
673.6698
673.8144
A-19
dx/dz
0.0004
0.0004
0.0004
0.0004
0.0004
0.0004
0.0004
0.0004
0.0004
0.0004
0.0004
0.0004
0.0004
0.0004
0.0004
0.0004
0.0004
0.0004
0.0004
0.0004
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
dT/dz
-0.0152
-0.0150
-0.0152
-0.0151
-0.0149
-0.0148
-0.0149
-0.0148
-0.0146
-0.0145
-0.0146
-0.0145
-0.0144
-0.0143
-0.0144
-0.0143
-0.0141
-0.0140
-0.0141
-0.0140
-0.0139
-0.0138
-0.0139
-0.0138
-0.0137
-0.0136
-0.0137
-0.0136
-0.0134
-0.0133
-0.0134
-0.0133
-0.0132
-0.0131
-0.0132
dTs/dz
-0.0164
-0.0163
-0.0164
-0.0163
-0.0161
-0.0160
-0.0161
-0.0160
-0.0158
-0.0157
-0.0158
-0.0157
-0.0155
-0.0154
-0.0155
-0.0154
-0.0153
-0.0151
-0.0153
-0.0151
-0.0150
-0.0148
-0.0150
-0.0148
-0.0147
-0.0146
-0.0147
-0.0146
-0.0145
-0.0143
-0.0145
-0.0143
-0.0142
-0.0141
-0.0142
dP/dz
-43372703.0022
-43362940.5624
-43372887.9107
-43363123.7988
-43353450.1469
-43343865.2932
-43353628.3126
-43344041.9036
-43334542.7001
-43325129.1391
-43334714.5196
-43325299.5058
-43315968.6306
-43306720.4199
-43316134.4634
-43306884.8907
-43297716.5600
-43288628.0786
-43297876.7338
-43288786.9712
-43279775.7097
-43270841.6308
-43279930.5244
-43270995.2370
-43262135.8529
-43253351.1215
-43262285.5843
-43253499.7101
-43244787.2730
-43236147.0852
-43244932.1759
-43236290.9051
-43227720.7270
-43219220.5120
-43227861.0373
Tabel A-11. Hasil data iterasi reaktor (lanjutan)
∆z
z (m)
2.55
2.60
2.65
2.70
2.75
2.80
2.85
2.90
0.0500
x
0.8274
0.8307
0.8339
0.8306
0.8339
0.8371
0.8403
0.8371
0.8403
0.8434
0.8466
0.8434
0.8465
0.8497
0.8528
0.8496
0.8527
0.8558
0.8589
0.8558
0.8588
0.8619
0.8649
0.8618
0.8648
0.8678
0.8708
0.8678
0.8707
0.8737
0.8766
0.8736
0.8766
0.8795
0.8823
T (K)
672.5736
672.4424
672.3123
672.4445
672.3144
672.1852
672.0571
672.1873
672.0592
671.9321
671.8059
671.9341
671.8079
671.6828
671.5586
671.6847
671.5605
671.4372
671.3149
671.4391
671.3168
671.1954
671.0749
671.1972
671.0767
670.9570
670.8383
670.9588
670.8400
670.7222
670.6051
670.7239
670.6068
670.4906
670.3753
Ts (K)
673.6723
673.5314
673.3918
673.5339
673.3942
673.2557
673.1184
673.2581
673.1207
672.9846
672.8495
672.9869
672.8518
672.7178
672.5850
672.7201
672.5872
672.4554
672.3248
672.4576
672.3269
672.1972
672.0686
672.1993
672.0706
671.9430
671.8164
671.9450
671.8184
671.6927
671.5681
671.6947
671.5700
671.4463
671.3235
A-20
dx/dz
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
dT/dz
-0.0131
-0.0130
-0.0129
-0.0130
-0.0129
-0.0128
-0.0127
-0.0128
-0.0127
-0.0126
-0.0125
-0.0126
-0.0125
-0.0124
-0.0123
-0.0124
-0.0123
-0.0122
-0.0121
-0.0122
-0.0121
-0.0121
-0.0120
-0.0121
-0.0120
-0.0119
-0.0118
-0.0119
-0.0118
-0.0117
-0.0116
-0.0117
-0.0116
-0.0115
-0.0115
dTs/dz
-0.0141
-0.0140
-0.0138
-0.0140
-0.0138
-0.0137
-0.0136
-0.0137
-0.0136
-0.0135
-0.0134
-0.0135
-0.0134
-0.0133
-0.0132
-0.0133
-0.0132
-0.0131
-0.0130
-0.0131
-0.0130
-0.0129
-0.0128
-0.0129
-0.0128
-0.0127
-0.0126
-0.0127
-0.0126
-0.0125
-0.0124
-0.0125
-0.0124
-0.0123
-0.0122
dP/dz
-43219359.7940
-43210927.4120
-43202562.8156
-43211063.3488
-43202697.7747
-43194398.9356
-43186165.8062
-43194530.7033
-43186296.6426
-43178127.2890
-43170021.6640
-43178255.0784
-43170148.5653
-43162104.8230
-43154122.9170
-43162228.8127
-43154246.0587
-43146324.2253
-43138462.4192
-43146444.5828
-43138581.9661
-43130778.5007
-43123033.3317
-43130895.3833
-43123149.4388
-43115460.9520
-43107829.1045
-43115574.5079
-43107941.9177
-43100365.1633
-43092843.4604
-43100475.5319
-43092953.1174
-43085484.9839
-43078070.3797
Tabel A-11. Hasil data iterasi reaktor (lanjutan)
∆z
z (m)
2.95
3.00
3.05
3.10
3.15
3.20
3.25
3.30
3.35
0.0500
x
0.8794
0.8823
0.8852
0.8880
0.8851
0.8880
0.8908
0.8936
0.8907
0.8935
0.8963
0.8991
0.8963
0.8990
0.9018
0.9045
0.9017
0.9045
0.9072
0.9098
0.9071
0.9098
0.9125
0.9151
0.9124
0.9151
0.9177
0.9203
0.9177
0.9203
0.9229
0.9255
0.9229
0.9255
0.9280
T (K)
670.4923
670.3769
670.2624
670.1486
670.2640
670.1502
670.0373
669.9251
670.0389
669.9267
669.8153
669.7047
669.8168
669.7062
669.5963
669.4872
669.5978
669.4887
669.3803
669.2726
669.3817
669.2740
669.1671
669.0608
669.1685
669.0622
668.9566
668.8518
668.9580
668.8531
668.7489
668.6454
668.7503
668.6467
668.5439
Ts (K)
671.4482
671.3254
671.2035
671.0826
671.2054
671.0844
670.9643
670.8452
670.9661
670.8470
670.7287
670.6112
670.7304
670.6130
670.4964
670.3806
670.4981
670.3823
670.2674
670.1533
670.2690
670.1549
670.0416
669.9291
670.0432
669.9307
669.8189
669.7080
669.8205
669.7095
669.5993
669.4899
669.6009
669.4914
669.3827
A-21
dx/dz
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
dT/dz
-0.0115
-0.0115
-0.0114
-0.0113
-0.0114
-0.0113
-0.0112
-0.0111
-0.0112
-0.0111
-0.0111
-0.0110
-0.0111
-0.0110
-0.0109
-0.0108
-0.0109
-0.0108
-0.0108
-0.0107
-0.0108
-0.0107
-0.0106
-0.0106
-0.0106
-0.0106
-0.0105
-0.0104
-0.0105
-0.0104
-0.0104
-0.0103
-0.0104
-0.0103
-0.0102
dTs/dz
-0.0123
-0.0122
-0.0121
-0.0120
-0.0121
-0.0120
-0.0119
-0.0118
-0.0119
-0.0118
-0.0117
-0.0117
-0.0117
-0.0117
-0.0116
-0.0115
-0.0116
-0.0115
-0.0114
-0.0113
-0.0114
-0.0113
-0.0113
-0.0112
-0.0113
-0.0112
-0.0111
-0.0110
-0.0111
-0.0110
-0.0109
-0.0109
-0.0109
-0.0109
-0.0108
dP/dz
-43085592.2970
-43078177.0103
-43070814.5137
-43063504.0861
-43070918.8956
-43063607.8129
-43056348.0897
-43049139.0335
-43056449.6580
-43049239.9727
-43042080.2732
-43034969.8941
-43042179.1392
-43035068.1557
-43028005.8380
-43020991.5468
-43028102.1072
-43021087.2349
-43014119.7597
-43007199.0668
-43014213.5322
-43007292.2803
-43000417.2051
-42993587.7155
-43000508.5759
-42993678.5481
-42986893.5231
-42980152.9314
-42986982.5822
-42980241.4724
-42973544.2348
-42966890.3212
-42973631.0681
-42966976.6553
-42960365.0260
Tabel A-11. Hasil data iterasi reaktor (lanjutan)
∆z
z (m)
3.40
3.45
3.50
3.55
3.60
3.65
3.70
3.75
3.80
0.0500
x
0.9306
0.9280
0.9305
0.9331
0.9356
0.9330
0.9355
0.9380
0.9405
0.9380
0.9405
0.9430
0.9454
0.9429
0.9454
0.9478
0.9503
0.9478
0.9502
0.9526
0.9550
0.9526
0.9550
0.9574
0.9597
0.9573
0.9597
0.9621
0.9644
0.9620
0.9644
0.9667
0.9690
0.9667
0.9690
T (K)
668.4417
668.5452
668.4430
668.3414
668.2405
668.3427
668.2417
668.1414
668.0418
668.1427
668.0430
667.9439
667.8455
667.9452
667.8467
667.7489
667.6516
667.7500
667.6528
667.5561
667.4600
667.5573
667.4612
667.3656
667.2707
667.3668
667.2718
667.1774
667.0836
667.1785
667.0847
666.9914
666.8986
666.9925
666.8997
Ts (K)
669.2747
669.3842
669.2762
669.1689
669.0624
669.1703
669.0638
668.9579
668.8528
668.9593
668.8542
668.7497
668.6459
668.7511
668.6473
668.5442
668.4417
668.5455
668.4430
668.3412
668.2400
668.3425
668.2413
668.1408
668.0409
668.1421
668.0422
667.9429
667.8442
667.9441
667.8454
667.7474
667.6499
667.7486
667.6511
A-22
dx/dz
0.0003
0.0003
0.0003
0.0003
0.0002
0.0003
0.0002
0.0002
0.0002
0.0002
0.0002
0.0002
0.0002
0.0002
0.0002
0.0002
0.0002
0.0002
0.0002
0.0002
0.0002
0.0002
0.0002
0.0002
0.0002
0.0002
0.0002
0.0002
0.0002
0.0002
0.0002
0.0002
0.0002
0.0002
0.0002
dT/dz
-0.0102
-0.0102
-0.0102
-0.0101
-0.0100
-0.0101
-0.0100
-0.0100
-0.0099
-0.0100
-0.0099
-0.0098
-0.0098
-0.0098
-0.0098
-0.0097
-0.0097
-0.0097
-0.0097
-0.0096
-0.0096
-0.0096
-0.0096
-0.0095
-0.0094
-0.0095
-0.0094
-0.0094
-0.0093
-0.0094
-0.0093
-0.0093
-0.0092
-0.0093
-0.0092
dTs/dz
-0.0107
-0.0108
-0.0107
-0.0107
-0.0106
-0.0107
-0.0106
-0.0105
-0.0104
-0.0105
-0.0104
-0.0104
-0.0103
-0.0104
-0.0103
-0.0102
-0.0102
-0.0102
-0.0102
-0.0101
-0.0101
-0.0101
-0.0101
-0.0100
-0.0099
-0.0100
-0.0099
-0.0099
-0.0098
-0.0099
-0.0098
-0.0097
-0.0097
-0.0097
-0.0097
dP/dz
-42953795.6521
-42960449.7150
-42953879.8598
-42947351.7390
-42940864.8433
-42947434.3613
-42940947.0015
-42934500.3647
-42928093.9597
-42934580.9942
-42928174.1415
-42921807.0361
-42915479.2045
-42921885.7433
-42915557.4796
-42909268.0218
-42903016.9130
-42909344.8739
-42903093.3479
-42896879.7193
-42890703.5468
-42896954.7803
-42890778.2048
-42884638.6493
-42878535.6876
-42884711.9805
-42878608.6293
-42872541.4506
-42866510.0323
-42872613.1104
-42866581.3156
-42860584.8741
-42854623.3877
-42860654.9185
-42854693.0680
Tabel A-11. Hasil data iterasi reaktor (lanjutan)
∆z
z (m)
3.85
3.90
3.95
0.0500
x
0.9713
0.9736
0.9712
0.9735
0.9758
0.9781
0.9758
0.9780
0.9803
0.9825
0.9802
0.9825
0.9847
0.9869
T (K)
666.8075
666.7158
666.8086
666.7169
666.6257
666.5350
666.6267
666.5361
666.4459
666.3563
666.4469
666.3573
666.2682
666.1795
Ts (K)
667.5542
667.4579
667.5554
667.4591
667.3634
667.2682
667.3645
667.2694
667.1748
667.0808
667.1759
667.0819
666.9884
666.8955
dx/dz
0.0002
0.0002
0.0002
0.0002
0.0002
0.0002
0.0002
0.0002
0.0002
0.0002
0.0002
0.0002
0.0002
0.0002
dT/dz
-0.0092
-0.0091
-0.0092
-0.0091
-0.0091
-0.0090
-0.0091
-0.0090
-0.0090
-0.0089
-0.0090
-0.0089
-0.0089
-0.0088
dTs/dz
-0.0096
-0.0096
-0.0096
-0.0096
-0.0095
-0.0095
-0.0095
-0.0095
-0.0094
-0.0093
-0.0094
-0.0093
-0.0093
-0.0092
Resume :
konversi (X)
=
0.98
suhu gas masuk (Tin) =
723.15
K
=
450
C
suhu gas keluar (Tout) =
666.44
K
=
384.29
C
Z (panjang pipa tube) =
3.95
m
=
155.5118
in
tekanan masuk (P in) =
2
atm
tekanan keluar (P out) =
2
atm
diameter shell (IDS)
=
1.04
M
=
36.8739
in
=
473
K
=
200
C
suhu pemanas keluar
(Ts in)
A-23
dP/dz
-42848765.7788
-42842872.6658
-42848834.2610
-42842940.7959
-42837081.1261
-42831254.8792
-42837148.0974
-42831321.5097
-42825527.9763
-42819767.1368
-42825593.4855
-42819832.3161
-42814103.4838
-42808406.6398
suhu pemanas masuk
(Ts out)
j.
=
667.17
K
=
394
C
Mechanical Design
1. Tube
IPS
=
1.25
In
OD
=
1.66
in
Sc. Number
=
40
ID
=
1.380
in
Flow area per pipe
=
0.435
in2
Outside
=
0.435
ft2/ft
Inside
=
0.362
ft2/ft
Weight per lin ft
=
2.2800
lb steel
Panjang pipa
=
202.7559
Susunan pipa
=
Triangular pitch
Jumlah pipa
=
220
pipa)
=
2.075
In
Clearance (jarak antara 2 pipa)
=
3.6105
In
TebalTube 
Pr
C
f  E  0,6 P
Surface per lin ft :
In
Buah
Pitch (jarak antara 2 pusat
Cek SC yang dipilih
Untuk sc number 40
ID
= 1.38 in
ODt
= 1.66 in
A-24
Ketebalan
= 0.14 in
Tebal tube
= 0.12595 in
Dari table 13.1, halaman 251 Brownell, 1959 diperoleh
Tekanan yang diijinkan (f) = 12650 psi
Efficiency pengelasan (E) = 0.8 (double welded butt joint, table 13.2 Brownell)
Faktor korosi (c)
= 0.125 in
2. Shell
a. Tekanan design (maksimal over design 20%)
Tekanan operasi
= 2 atm
= 29.4 psi
Tekanan design
= 29.4 psi
b. Bahan konstruksi shell
Dipilih material Carbon steel SA 283 C (Brownell, table 13.1 halaman 253)
Peritmbangan karena reactor tidak korosif, dengan suhu operasi 450°C
c. Tebal dinding shell
Tebal dinding shell dihitung dengan persamaan :
ts 
Pxr
c
fxE  0.6 P
Brownell Eq 13.1 page 254
Dimana :
Ts
= tebal dinding shell (in)
P
= tekanan design (psi)
r=(IDs/2)
= radius dalam shell (in)
E
= effisiensi sambungan
A-25
f
= allowable working stress (psi)
c
= factor korosi (in)
Dari table 13.1 halaman 251 Brownell diperoleh
Tekanan yang diijinkan (f)
= 12650 psi
Efficiency pengelasan (E)
= 0.8 (double welded butt joint, table 13.2 Brownell)
Faktor korosi (c)
= 0.125 in
Dengan IDs
= 36.8713 in
Tebal shell (ts)
= 0.1625 in
Dipilih tebal dinging standar = 0.1875 in
ODs
= IDs + 2 (tebal shell)
= 37.2463 in
Dari table 5.7 Brownell, dipilih OD standar = 48 in
3. Head Reaktor
a. Bentuk head : elliptical, digunakan untuk tekann operasi hingga 15 bar dan
harganya cukup ekonimis,Coulson halaman 818
Digunakan untuk vessel dengan tekanan 15-200 psig, Brownell and Young
OD
b=depth
of dish
OA
Icr
sf
A
B
t
ID
a
r
C
A-26
b. Bahan Konstruksi Head
Dipilih material Carbon Steel SA 283 C, pertimbangannya adalah reaktor
berisi gas beracun, dan suhu operasi antara -20 sampai dengan 650 F
c. Tebal Head (tH)
Untuk elipstical dished head, tebal head dihitung dengan persamaan 13.1
(Brownell and Young, 1959)
P.IDs
tH 
c
2. f . E  0,2 P
Dimana :
P
= Tekanan Perancangan, Psi
f
= Tekanan maksimum yang diijinkan pada bahan, psi
C
= Joint efficiency, in
E
= Corrosion Allowance, in
Dipilih material carbon steel SA grade C dari table table 13.1, halaman 251
Brownell
Tekanan yang diijinkan (f)
= 12650 psi
Efficiency pengelasan (E)
= 0.8 (double welded butt joint, table 13.2
Brownell)
Faktor korosi (c)
= 0.125 in
Tebal head reaktor
= 0.1282 in
Dipilih tebal head standar
= 0.1875 in
d. Tinggi Head
Dari tabel 5.6 brownell hal 88 dengan tH 0.25 in didapat sf 11/2 - 21/2 in
Perancangan digunakan sf = 2 in
A-27
hH
= th + b + sf
= 8.3709 in
Tinggi Reaktor
HF
= Panjang tube + top tinggi head
= 4.37 m
Volume Reaktor (VR)
a. Volume head (VH)
= 0.000049 x IDs3 … (Eq 5.11, halaman 88
Brownell 1959)
= 4.024E-05 m3
b. Volume total reaktor (VR)
Volume total reaktor = Volume bed + 2xVolume head
Volume total reaktor = 2.719 m3
4. Diameter
Umpan masuk G
= 4477.010 kg/jam
ρavg
= 2.295 kg/m3
Diameter Optimum
= 3.9 G0.45 ρ0.13
(Coulson, 161)
= 11.433 in
Umpan masuk G
= 4477.010 kg/jam
ρavg
= 2.489 kg/m3
Diameter Optimum
= 3.9 G0.45 ρ0.13
(Coulson, 161)
= 11.139 in
Karena selisih diameter tidak jau berbeda maka digunakan diameter terbesar
A-28
yaitu 11.4333 in
Diameter Standar yang dipakai
OD
= 12.75
ID
= 11.938
Isolator
Asumsi
;
1. Keadaan steady state
2. Suhu udara luar 30 oC
3. Suhu dingin luar isolator 50o C
Gambar A-1. Penampang isolator
r1 = jari jari dalam shell
r2 = jari jari luar shell
r3 = jari jari luar setelah diisolasi
x1 = tebal dinding shell
x2 = tebal isolator
= 179.9669 oC = 452.9669 K
T1 = suhu dinding dalam shell
A-29
T2 = suhu dinding luar shell
T3 = suhu dinding isolator shell
= 50 oC = 323 K
T4 = suhu udara luar
= 30 oC = 303 K
q1 =konveksi bahan ke dinding shell
q2= konduksi dalam shell keluar shell
q3= konduksi luar shell ke permukaan luar isolator
q4 = konveksi dan radiasi permukaan luar isolator ke udara
Keadaan steady state QA= QB = QC = (QD+QR)
r3 = r2 + x
r1
18.4357 in
0.4683 m
r2
18.6231 in
0.4730 m
3.9 m
3.95 m
L=
12.956 ft
Konduksi
QB = (2.π.ks.L) . ( T1 - T2 ) = 63736.3755 x (T1-T2)
(1)
QC = (2.π.kis.L) . ( T2 - T3 ) = 2.3814 x (T2 -T3) / ln (0,6858+x/0,6858)
(2)
Konveksi
Bilangan Gr pada L =
Gr
= 6.662x1010
Gr Pr = 4.694x1010 turbulen
h  1.31 * (T )
hc
1
3
= 3.230 W/m C
QD = hc . A . (T3-T4)
A-30
QD = hc.2.π.r3.L.(T3-T4) = 1202.125 x (0.685+x)
(3)
Radiasi
2485.5881 x (0.6858+x)
(4)
Kemudian ditrial dengan menggunakan persamaan a, b, c,dan d sehingga didapat:
T2
= 383.7413 K
x
= 0.06 m
sehingga :
QD
= 640.7676
QR
= 1324.8905
QC
= 1724.6373
Q
= QD + QR = 1965.6581
Jadi tebal isolasi
x = 6 cm
T2 = 383.7413 K
Bahan asbestos, dengan sifat-sifat (Holman, 1988)
ρ
= 36 lb/ft3 = 577.0176678 kg/m3
k
= 0.117 btu/jam ft2 F
cp
= 0.25 btu/lb F
epsilon= 0.96
A-31
Data yang diperlukan
Diameter shell, D
=
0.9365
m =
3.0718 ft
1.25
In =
0.104166667 ft
393.4469
C =
666.4469 K
suhu isolator dalam, T3 =
50
C =
323 K
suhu isolator luar, T4
=
35
C =
308 K
Bahan dinding shell
=
tebal plat dinding shell, x1=
suhu dinding shell, T1
=
Carbon Steel
hr
40.0197 btu/j/R/ft2
q2
726.3231 π.L.(T1-T2)
q3
0.117 π.L
q4
1095.8934 π.L
A-32
K =
23.0655 btu/j/ft2/F
A-33
LAMPIRAN B
MENARA DISTILASI (MD-01)
Kode
: MD-01
Fungsi
: Memurnikan produk Acrylonitrile
Tujuan
: 1. Menentukan tipe kolom distilasi
2. Menentukan bahan kontruksi untuk kolom distilasi
3. Menghitung jumlah plate aktual
4. Menentukan lokasi umpan masuk
5. Menentukan dimensi kolom distilasi
Gambar
:
D
F
MD-01
B
1.
Menentukan Tipe Kolom Distilasi
Dalam perancangan ini dipilih jenis tray dengan pertimbangan :
1.
Rentang batas laju alir yang cukup besar tanpa menimbulkan flooding
2.
Umpan yang masuk ke dalam kolom tidak korosif
B-1
Jenis Tray yang digunakan adalah Sieve Tray dengan pertimbangan :
1.
Kapasitas uap dan cairannya besar
2.
Pressure drop rendah dan effisiensi tinggi
3.
Lebih ringan, murah dan pembuatannya lebih mudah
4.
Biaya perawatan mudah karena mudah dibersihkan dan konstruksinya
sederhana
2.
Menentukan Bahan Konstruksi Kolom Distilasi
Dipilih bahan konstruksi jenis Carbon Steel SA-285 grade C dengan
pertimbangan
1.
Mempunyai Allowable Stress besar
2.
Struktur kuat
3.
Harga yang relatif lebih murah
3.
Menentukan Jumlah Plate dan Feed Plate
Dari hasil perhitungan neraca massa dan neraca panas diperoleh data :
F
= 126.57 kmol/jam
D
= 60.89 kmol/jam
B
= 65.68 kmol/jam
Rmin
= 0.05
Raktual
= 0.15
Suhu feed
= 391.7 K
Suhu distilat = 389.79 K
Suhu bottom = 407.61 K
B-2
Tabel B-1. Jumlah Plate Minimum
Komponen
XF
XD
XB
CH2CHCN
0.48
0.97
0.01
H2O
0.51
0.02
0.96
CH2OHCH2CN
0.01
0.001
0.01
Jumlah plate minimal dapat dihitung dengan Persamaan Fenske :
Nm
 x   x
log  LK   HK
 xHK  d  xLK

log Avg
 
 
b 
 0,978   0,019  
log 
 
 
 0,001  d  0,018  b 
Nm 
log 96,027
= 1,7052
Penentuan jumlah plate
Persamaan Underwood :
Umpan dianggap cair jenuh q = 1
B-3
Dengan trial didapat
Rm + 1
= 1,050
Rm
= 0,050
R diambil 3Rm
Maka, R
= 0,152
Rm/(Rm+1)
= 0,048
R/(R+1)
= 0,132
Dari fig. 11.11 Coulson diperoleh,
Nm/N
= 0,3
N
= 5,68  6 plate
Jumlah plate teoritis = 6 plate
Menentukan jumlah plate actual
Tabel B-2. Viskositas Campuran
Komponen
XF
μ (cp)
XF.μ (cp)
C3H3N
0.48
1.56E-01
7.50E-02
H2O
0.51
2.17E-01
1.11E-01
C3H5ON
0.01
2.34E-01
2.29E-03
Total
6.27E-02
B-4
Faverage
= 6.27E-02 cp
average
= 96,02
(average) (Faverage) = 6.27E-02 x 96,02
Efficiency plate, Eo
Eo = 51 - 32,5 Log (average) (Faverage)
(Coulson & Richardson, P.442)
Dimana :
αa = Volatilitas rata-rata komponen light key.
μa = Viskositas rata-rata molar cairan, mNs/m^2
Eo = 51-32,5 Log (96,02 x 6.27E-02)
Eo = 25,65 %
Nactual
= N / Eo
= 23,39 stage
= 23 stage
4.
Menentukan Lokasi Umpan Masuk
Persamaan yang dapat digunakan adalah :
 B  X
n
log   0,206 log   hK
m
 D  X LK
  X LKB 

 
 F  X hKD 
2
(Coulson and Richardson, 1983 : 422)
Dengan :
n
= Plate ideal di atas lokasi umpan
m = Plate ideal di bawah lokasi umpan
B
= Laju alir produk bawah
B-5



D
= Laju alir produk atas
 1290,71   0,01   0,01  2 
n
Sehingga : Log   0,206Log 
 
 
 
m
 3186,29   0,48   0,001  
n
 
m
= 1,79
n+m
= Nact
n + m = 23
m
= 15,01
Jadi umpan masuk di plate ke 15 dari dasar menara distilasi
5.
Menghitung Dimensi Kolom Distilasi
Densitas
Diketahui kondisi operasi distilat:
T = 391,7 K
P = 3 atm
Tabel B-3. Densitas uap (L) dan BM campuran Distilat
F
Xi
Komponen
(kmol/ja
(% pL
pL mix Xi.
BM
kmol)
(g/mL)
(g/mL)
(kg/m3)
m)
C3H3N
59.57
53,06
0.97
0.96
0.94
943,39
H2O
1.29
18,02
0.02
0.93
0.01
19,85
C3H5ON
0.02
71,08
0.00
0.68
0.0002
2,79
Total
60.8948
1.0000
1,0000
0.9641
964,11
B-6
ρ
Densitas cairan (L)
= 964,11 kg/m3
BM campuran
= 52.3246 kg/Kmol
R
= 0,082057 m3 atm/gmol K
V 
BM  P
52.3246  3

 4,8844kg / m 3
R T
0,082057  391,7
Diketahui kondisi operasi bottom:
P = 3 atm
T = 407,6 K
Tabel B-4. Densitas uap (L) dan BM campuran Bottom
F
Xi
(% pL
pL
mix Xi.
BM
Komponen
(kmol/jam)
C3H3N
1.21
H2O
kmol)
(g/mL)
(g/mL)
(kg/m3)
53,06 0.018
0.950
0.017
17,601
63.25
18,02 0.963
0.919
0.885
885,770
C3H5ON
1.21
71,08 0.018
0.661
0.012
12,249
Total
65.6824
19,429
Densitas cairan (L)
= 915.62 kg/m3
BM campuran
= 19.65 kg/kmol
R = 0,08 m3 atm/gmol K
V 
BM  P
19,65  3

 1,76kg / m 3
R T
0,082  407,6
B-7
0.91562153 915.621
ρ
Coloumn Diameter
top product ( D )
=
3186.29
kg/jam
vapor rate ( V )
=
3673.005
kg/jam
liquid rate ( L )
=
486.71
kg/jam
1290.71
kg/jam
bottom product ( B ) =
B = L'-V'
=
1290.71
kg/jam
L' = F*q+R*D = L + F
=
4963.72
kg/jam
liquid rate ( V' = L'-B )
=
3673.005
kg/jam
L'/V'
FLV
=
L
  V
V  L
1.35



0,5
FLV distilat = 0,0094
FLV bottom = 0,0593
Kisaran Plate Spacing untuk diameter > 1m biasanya digunakan Plate Spacing
0,3-0,6 m, diambil 0,3 m
Dari fig 11.27 Coulson and Rhichardson, diperoleh nilai Cf distilat = 0,11 ;
Cf bottom = 0,1 dengan parameter FLV dan plate spacing
Kecepatan Flooding dengan persamaaan Fair
   V
VF  C F  L
 V



0,5
Vf distilat = 1,54 m/det
Vf bottom = 2,27 m/det
Dalam perancangan ini, prosentasi Flooding sebesar 90% maka :
B-8
VF distilat = 1,38 m/det
VF bottom = 2,04 m/det
Distilat
QV
VF
An 
QV 
VV
L

3673,005kg / det ik
= 0,208 m3/detik
3
964,11kg / m
0,208m 3 / det ik
= 0,15 m2
1,387m / det ik
An 
Bottom
QV
VF
An 
QV 
An 
VV
L

3673,005kg / det ik
= 0,578 m3/detik
3
915,62kg / m
0,578m 3 / det ik
= 0,282 m2
2,049m / det ik
Down Comer Area
diambil 20% dari total Colomn Area
Distilat
At 
An
0,150

 0,188m 3
1  Downspot 1  0,2
Bottom
At 
An
0,282

 0,353m 3
1  Downspot 1  0,2
B-9
Diameter puncak menara dihitung dengan persamaan :
 4. At 
D

  
0, 5
 4  0,188 


 3,14 
0, 5
= 0,4896 m
Diameter dasar menara dihitung dengan persamaan :
 4. At 
D

  
0, 5
 4  0,353 


 3,14 
0,5
= 0,67 m
Karena selisih diameter kecil maka digunakan diameter terbesar yaitu 0,67 m
untuk puncak maupun dasar menara.
Menghitung tebal Shell kolom
Bahan konstruksi Shell yang dipilih adalah Carbon Steel SA-285 grade C dengan
spesifikasi :
•
Allowable Stress (f)
= 38,2054 psia
•
Effisiensi pengelasan (E) = 0,8
•
Faktor korosi (c)
(Table 13-1, hal 251 Brownell)
= 0,125
Tebal shell (ts) dapat dihitung dengan persamaan :
ts 
P.r
C
f .E  0,6.P
(Pers. 13-1, hal 254 Brownell)
Sehingga :
ts 
38,2054  0,67 / 2
 0,125  0,175in
12635,3  0,8  0,6  38,2054
Digunakan tebal standar = 0,1875 in = 4,7625 mm
B-10
(Table 5-6, hal 88 Brownell)
Menghitung tebal head
Tebal head dihitung dengan persamaan :
th 
0,885. Pr
C
 f .E   0,1.P 
(hal 254, Brownell)
OD = ID + 2 ts
= (26,40) + (2 x 0,1875)
= 26,7786 in
Digunakan OD standar = 32 in
Dari Table 5-7, Brownell dengan OD = 32 in dan tebal Shell 0,1875 in
Sehingga tebal Head
th 
0,885.38,2054.32
 0,125  0,2321in
12635,3  0,8  0,1  38,2054
Digunakan tebal Head standar = 1/4 in = 0,25 in
Menghitung tinggi total kolom distilasi
Tinggi total kolom = Tinggi kolom + Tinggi Head puncak + Tinggi Head dasar
O
OA
b
icr
B
A
sf
ID
a
OD
r
 Menghitung tinggi Head puncak
ID = 79,9016 in
C
Gambar B-1. Dimensi Head
B-11
Dari Table 5-6, Brownell diperoleh :
Th = 1/4 in
Sf = 1½ - 2½ in diambil 2½ in
Icr = 2 in
rc = 30 in
a
ID 31,625

2
2
= 15,8125 inchi
AB  a  icr
= 13,812 inchi
BC  rc  icr
 30  2
= 28 inchi
AC  BC 2  AB 2

28  13,812 
2
2
= 24,3560 inchi
b  rc  AC
 30  24,3560
= 5,6440 inchi
OA  t  b  s f
 0,25  5,6440  2
B-12
= 7,8940 inchi
= 0,2005 m
Jadi tinggi head
= 0,2005 m
Jadi tinggi kolom distilasi total = 8,717 m + 0,2005 m + 0,2005 m
= 9,118 m
B-13
DAFTAR PUSTAKA
Aries, R.S., and Newton, R.D., 1955, Chemical Engineering Cost Estimation, Mc
Graw Hill Handbook Co., Inc., New York.
Biro Pusat Statistik, 2009-2014, Statistik Perdagangan Luar Negeri Indonesia,
Indonesia foreign, Trade Statistic Import, Yogyakarta.
Brown, G.G., Donal Katz, Foust, A.S., and Schneidewind, R., 1978, Unit Operation,
Modern Asia Edition, John Wiley and Sons, Inc., New York.
Brownell, L.E., and Young, E.H., 1959, Process Equipment Design, John Wiley and
Sons, Inc., New York.
Coulson, J.M., and Richardson, J.F., 1983, Chemical Engineering, Vol 1 $ 6,
Pergamon Internasional Library, New York.
Evans, F.L., 1980, Equipment Design Handbook for Refineries and Chemical Plant,
Vol. 2, 2nd ed, Gulf Publishing Co., United Stated of America.
Faith Keyes and Clark, 1975, “ Industrial Chemical”, 4th Edition, Jonh Wiley and
Sons Inc., New York.
Holman, J., 1981, Heat Transfer, Mc Graw Hill Book Co., Inc., New York.
Kern, D.Q., 1983, Process Heat Transfer, Mc Graw Hill Book Co., Inc., New York.
Kirk, Othmer., 1998, Encyclodpedia of Chemical Technology, 3rd ed, Vol. 1. John
Wiley and Sons, Inc., New York.
Levenspiel, O., 1972, Chemical Reaction Engineering, 2nd ed., John Wiely and Sons,
Inc., New York.
Ludwig, E.E., 1964, Applied Process Design for Chemical and Petrochemical Plants,
Gulf Publishing, Co., Houston
Mc Cabe, Smith, J.C., and Harriot, 1985, Unit Operation of Chemical Engineering,
4th ed., Mc Graw Hill Book Co., Inc., New York
Perry, R.H., and Green, D.W., 1986, Perry’s Chemical Engineer’s Handbook, 6th ed.,
Mc Graw Hill Book Co., Inc., New York
Peters, M.S., and Timmerhaus, K.D., 1980, Plant Design and Economics for
Chemical Engineers, 3rd ed., Mc Graw Hill Book Co., Inc., New York
Powell, P.T., 1954, Water Conditioning for Industry, Mc Graw Hill, Inc., New York
Treyball, R.E., 1981, “ Mass Transfer Operation ”, 3nd Edition, Mc. Graw Hill Book
Company Inc., Singapore.
Ulrich, G.G., 1984, A Guide to Chemical Engineering Process Design and
Econimics, John Wiley and Sons, New York.
Walas, S.M., 1988, Chemical Process Equipment Selection and Design, 3rd ed,
Butterworth, United States of America.
Yaws, C.L., 1999, Chemical Properties Handbook, Mc Graw Hill Company, Inc.,
New York.
http://www.alibaba.com untuk harga alumina
http://www.matche.com untuk harga alat
http://www.pajak.go.id
Tecnon Orbichem. 2010. orbichem.com
PROCESS ENGINEERING FLOW DIAGRAM
PABRIK AKRILONITRIL DARI ETILEN SIANOHIDRIN
KAPASITAS PRODUKSI 25.000 TON/TAHUN
CD-04
TC
1
2
Water
LC
3
ACC-03
116.2
12
MD-03
1
116.2
EV-02
LC
14
TC
RB-03
LC
CD-02
TC
ACC-01
P-03
2
450
5
13
3
116.5
8
CD-03
TC
LC
ACC-02
Steam
TC
2
218.3
4
1.3
30
1
LI
TANGKI BAHAN
BAKU
Water
5
MD-01
Steam
Water
3
132.8
10
TC
HE-01
MD-02
CD-01
1
30
LC
LC
FC
1.3
73.3
2
3
125.5
7
TC
Steam
KB-01
R-01
14
23
TANGKI
PRODUK
TC
LC
C-02
RB-01
P-01
Steam
3
134.8
9
2
218.3
3
LI
19
1
133.1
TC
RB-02
FC
Water
TC
1
2
394.4
6
TC
CL-1
Water
8
C-01
3
133.5
Steam
1
EV-03
Steam
P-04
1.3
3
228.8
228.8
11
EV-01
CL-2
TC
1
30
Water
15
UPL
PEMANFAATAN LUMPUR PDAM TIRTA DIENKAPSULASI
DENGAN AGAR DAN GEL ALGINAT SEBAGAI ADSORBEN ION
LOGAM TIMBAL DI AIR
DRINKING WATER TREATMENT SLUDGE ENCAPSULATED IN
ALGINATE GEL AND AGAR FOR LEAD IONS ADSORPTION
Della Gita Sari
Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Islam Indonesia
Gedung M. Natsir . Jalan Kaliurang Km 14,5 Yogyakarta
Email: delgit8@gmail.com
ABSTRAK
Timbal merupakan logam berat yang sangat berbahaya bagi manusia dan lingkungan. Cara yang paling tepat, efektif,
dan ekonomis untuk meremedasi timbal adalah dengan menggunakan proses adsorpsi. Pada penelitian ini, digunakan
lumpur PDAM Tirta Binangun Kulon Progo sebagai adsorben. Diketahui lumpur PDAM memiliki kemampuan adsorpsi
karena mengandung asam humat dan besi oksida. Pada proses aplikasi di lapangan, lumpur ini cukup sulit untuk
dipisahkan dari air limbah yang telah terolah. Maka dari itu, lumpur akan dienkapsulasi dengan agar dan gel alginat
agar memudahkan proses separasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kapasitas adsorbsi dari lumpur PDAM
(RSP), lumpur PDAM yang diaktivasi dengan H 3PO4 (PAS), PAS yang dienkapsulasi dengan agar (PAS-AR), dan PAS
yang dienkapsulasi dengan AG (PAS-AG) terhadap ion logam Pb(II) di air. Pada penelitian ini, adsorpsi dilakukan
menggunakan metode batch dengan parameter variasi massa adsorben, variasi pH larutan, variasi waktu kontak, dan
variasi konsentrasi adsorbat. Data hasil BET menunjukkan bahwa luas permukaan adsorben setelah diaktivasi menjadi
lebih besar yaitu dari 86 m2/g menjadi 87 m2/g. Berdasarkan hasil model adsorpsi isoterm Langmuir, kapasitas adsorpsi
RSP, PAS, PAS-AR, dan PAS-AG berturut-turut adalah 84,75 mg/g, 181,81 mg/g, 147, 1 mg/g dan 192,3 mg/g.
Kata kunci: adsorpsi, logam timbal, lumpur PDAM, alginat, agar
ABSTRACT
Lead present in environments can cause severe damage to human and aquatic life. Adsorption is considered to be the
most effective and economical for the removal of lead. In this study, adsorbent is from sludge of Tirta Binangun DWTP
Kulon Progo. It is noteworthy that Sludge from DWTP has abillity to adsorb heavy metals as they contain humic acid
and ferri oxide. However, it is difficult to remove it from treated wastewater due to their fine size. So, it is need to
immobilized by agar and alginate gel for easy separation. The aim of the present work was to study the removal of Pb(II)
ions using Raw Sludge Powder (RSP), Powder Activated Sludge (PAS), entrapped PAS within alginate gel (PAS-AG),
and entrapped PAS within agar (PAS-AR). Adsorption process were conducted in batch method as a function of doses of
adsorbent, pH solution, contact time, and initial concentration. The FTIR revealed that functional groups of RSP and
PAS were not different. The SEM image showed that the surface area of PAS more porous than RSPs. The surface area
of PAS was greater than RSP. From the Langmuir isotherm, the maximum adsorption capacity of RSP, PAS, PAS-AR and
PAS-AG toward Pb(II) respectively were 84,75 mg/g, 181,81 mg/g, 147, 1 mg/g and 192,3 mg/g.
Keywords: lead, adsorption, Sludge of DWTP, alginate, agar
1.
Latar Belakang
Plumbum (Pb) atau Timbal merupakan salah satu logam berat yang dianggap sebagai polutan
berbahaya karena sifatnya yang resisten, dan toksisitasnya yang tinggi terhadap manusia dan
lingkungan. Pb dapat menyebabkan berbagai penyakit kronis dan akut. Di wilayah Jogjakarta sendiri,
terdapat beberapa industri yang menghasilkan limbah yang mengandung Pb baik dalam jumlah besar
maupun kecil seperti industri perak, buangan bengkel, industri fiberglass, kerajinan cor alumunium,
dan sebagainya. Adsorpsi adalah salah satu metode yang sangat efektif dan sederhana untuk
mengolah air baku dan air limbah. Adsorpsi memiliki banyak kelebihan antara lain murah, mudah
diimplementasikan, fleksibel, dan tidak ada produk sampingan yang berbahaya.
Sejauh ini, penanganan lumpur PDAM dalam jangka pendek hanyalah diletakkan di Sludge
Drying Bed, sedangkan dalam jangka panjang dibuang ke TPA. Hal ini disebabkan karena dugaan
bahwa lumpur PDAM tersebut berpotensi memberikan dampak negatif bagi kesehatan manusia dan
lingkungan jika didaur ulang atau digunakan kembali. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Chiang
et al. (2012), lumpur PDAM dapat dijadikan sebagai adsorben dan mampu meremediasi logam Pb,
As, Ni, Cd, Co, dan Zn dengan efesiensi removal sebesar 80% pada dosis 250 mg/g. Tetapi, penelitian
mengenai lumpur PDAM untuk dimanfaatkan sebagai adsorben yang dienkapsulasikan dengan agar
dan gel alginat masih sangat terbatas.
Berbeda dengan penelitian yang dilakukan Siswoyo et al. (2014) yaitu penentuan kapasitas
adsorpsi lumpur PDAM terhadap ion kadmium, pada penelitian ini, modifikasi lumpur PDAM
dilakukan dengan mengaktivasikan dengan asam pospat dan mengenkapsulasikan dengan agar dan
gel alginat. Hal ini dikarenakan adsorben lumpur tentunya berbentuk butiran yang sangat halus
sehingga sangat sulit memisahkan adsorben dari air yang sudah terolah. Enkapsulasi memiliki
beberapa keuntungan dalam aplikasi di lapangan yaitu memudahkan proses pemisahan antara air
1
terolah dengan adsorben, meningkatkan retensi adsorben pada reaktor, meningkatkan densitas
adsorben, dan memudahkan proses desorpsi (Khorramabadi et al., 2012). Berdasarkan penelitian
yang dilakukan Pandey et al. (2009), selain untuk enkapsulasi, agar juga memiliki kapasitas adsorpsi
terhadap ion logam timbal. Menurut Fiol et al. (2006), salah satu metode yang paling menjanjikan
untuk meningkatkan efisiensi sorpsi dari biosorben adalah mengenkapsulasikannya dengan kalsium
gel alginat. Dalam penelitian ini, dilakukan identifikasi terhadap kapasitas adsorpsi dari lumpur
PDAM jika dienkapsulasikan menggunakan agar atau gel alginat dengan pengaruh variasi massa
adsorben, pH larutan, waktu adsorpsi, dan konsentrasi adsorbat terhadap ion logam Pb(II).
2.
Metode Penelitian
2.1. Preparasi adsorben
Preparasi adsorben dilakukan dengan mengadopsi metode yang dilakukan Siswoyo et al.
(2014). Raw Sludge Powder dibuat dengan cara lumpur dikeringkan menggunakan oven dengan suhu
600 C selama 1-2 hari. Setelah kering, lumpur dihaluskan dan diayak dengan sieve shaker
menggunakan saringan No. 140. Lumpur yang lolos dari saringan tersebut selanjutnya akan
digunakan untuk uji adsorpsi dan sebagai bahan PAS. PAS dibuat dengan cara merendamkan RSP
dengan H3PO4 1 M menggunakan perbandingan 1 gram adsorben : 4 mL H3PO4 1 M selama 24 jam.
Setelah 24 jam, PAS dicuci hingga pH mendekati 5. Setelah itu, sampel dikeringkan menggunakan
oven dengan suhu 600C selama 24 jam dan dihaluskan kembali.
Dalam pembuatan PAS-AG, digunakan larutan natrium alginat 3% dengan volume 30 mL.
Larutan tersebut dicampurkan dengan 2 gram PAS dan diaduk selama 10 menit menggunakan
magnetic stirrer. Untuk membentuk gel, larutan diteteskan ke CaCl2 10 % dengan menggunakan pipet
ukur. Bulir-bulir PAS-AG yang terbentuk didiamkan selama 30 menit dan dicuci menggunakan
aquades. Kemudian, PAS-AG dikeringkan dengan suhu 700C selama 3 jam. PAS-AR dibuat dengan
mencampurkan PAS dan agar dengan perbandingan 1 gram agar : 2,5 gram PAS. Kemudian,
2
ditambahkan aquades sebanyak 40 mL dan dipanaskan hingga mendidih. PAS-AR kemudian
diletakkan di wadah. Setelah mengeras, PAS-AR dipotong kecil-kecil kurang lebih 2 mm. Kemudian,
PAS-AR dikeringkan dengan suhu 400C selama 6 jam.
2.2. Karakterisasi adsorben
Scanning Electron Microscopy (JEOL JSM-7610F) untuk mengetahui penampang permukaan,
BET Surface Area Analyzer (SAA) (BELSORP-mini, BEL Japan Inc., Osaka, Jepang) untuk
mengetahui luas permukaan dan volume pori adsorben, FTIR Analyzer (NICOLET AVATAR 360
IR) untuk mengetahui gugus fungsi dalam adsorben dan ICP-AES (ICPE-9000 Shimadzu Plasma
Atomic Emission Spectrofotometer) untuk mengetahui konsentrasi logam dalam adsorben, dan
elemental analyzer untuk menganalisis kadar C, H, N, O dan debu.
2.3. Proses Adsorpsi
Pada proses pengujian pengaruh variasi massa ini, massa adsorben RSP dan PAS yang
digunakan adalah 50 mg, 100 mg, 200 mg, 400 mg, dan 500 mg, dengan menggunakan waktu kontak
120 menit, pH larutan 6, dan 50 mL larutan Pb(II) 10 ppm dan 200 ppm pada suhu ruangan. Dosis
optimum yang didapatkan akan digunakan sebagai acuan untuk pengujian selanjutnya dan proses
enkapsulasi. Pada proses pengujian pH larutan, massa adsorben yang digunakan adalah massa
optimum dari pengujian sebelumnya yaitu 200 mg RSP dan 100 mg PAS dengan waktu kontak 120
menit dan 50 mL larutan Pb(II) 200 ppm pada suhu ruangan. Adapun variasi pH yang digunakan yaitu
2, 3, 4, 5 ,6, 7, dan 8. Pada penelitian ini, digunakan variasi waktu untuk adsorben RSP dan PAS
adalah 15, 30, 60, 90, dan 120 menit. Sedangkan untuk adsorben PAS-AR dan PAS-AG adalah 1, 2,
4, 6. 12 dan 24jam. Massa adsorben yang digunakan adalah 200 mg RSP, 100 mg PAS, 100 mg PASAR, dan 100mg PAS-AG. Digunakan 50 mL larutan Pb(II) 200 ppm dan pH larutan 6. Variabel
konsentrasi larutan Pb(II) yang digunakan pada penelitian ini adalah 10, 200, 500, 750, 1000, 1250,
dan 1500 ppm dengan massa adsorben yang digunakan seperti pada pengujian variasi waktu kontak.
3
Waktu kontak yang digunakan untuk adsorben RSP dan PAS adalah 120 menit dan untuk adsorben
PAS-AR dan PAS-AG adalah 4 jam dengan pH larutan 6.
3.
Hasil dan Pembahasan
3.1. Karakteristik adsorben
SEM digunakan untuk mengidentifikasi bentuk morfologi suatu material (bentuk permukaan
dan bentuk pori-pori secara detail). Semakin berpori suatu permukaan adsorben, maka kapasitas
adsorpsi akan semakin besar.
Dengan perbesaran 15.000
kali (Gambar 3.1),
dapat
disimpulkan bahwa lumpur
yang
Gambar 3.1. Bentuk Permukaan (a) RSP dan (b) PAS dengan
Perbesaran 15000 Kali
diaktivasi
dengan
H3PO4 memiliki pori-pori
yang
lebih
besar
dibandingkan lumpur yang belum diaktivasi. Sebelum diaktivasi, struktur pori-pori dari lumpur tidak
terlalu nampak karena disebabkan beberapa partikel menyumbat pori-pori lumpur tersebut. Luas
permukaan RSP dan PAS berturut-turut adalah 83,16 m2/g dan 87,14 m2/g sedangkan volume pori
RSP dan PAS berturut-turut adalah 1,804 cm3/g dan 1,716 cm3/g.
Analisis kadar unsur C, H, N ,O dan debu pada sampel dilakukan dengan menggunakan
elemental analyzer. Berdasarkan Tabel 3.1, kandungan unsur C, H, N, O pada adsorben PAS
cenderung lebih sedikit dibandingkan dengan RSP. Tetapi, kandungan mineralnya meningkat setelah
diaktivasi yaitu dari 78% menjadi 82%. Dari hasil tersebut, dapat ditarik kesimpulan jika proses
aktivasi dengan H3PO4, tidak meningkatkan kadar oksigen maupun kadar karbon sekalipun.
Analisa gugus fungsi dilakukan dengan menggunakan FTIR. Spektra FTIR dari RSP dan PAS
terdapat pada Gambar 3.2. Dari data FTIR, RSP dan PAS menunjukkan frekuensi serapan berturut4
turut yaitu 3452 cm-1 dan 3442 cm-1 yang menandakan adanya ikatan O-H. Ikatan ini menunjukkan
Tabel 3.1. Hasil Uji Elemental Analyzer
bahwa adanya gugus fenol pada lumpur
Unsur (% w/w)
RSP
PAS
C
0,74%
0,57%
H
0,42%
0,32%
frekuensi vibrasi 912,98 cm-1 dan 913,61 cm-1
N
0,09%
0,06%
serta
O
19,91%
17,07%
mengindikasikan bahwa dalam lumpur ini
Ash
78,846%
81,98%
terdapat gugus silika, gugus alumina, dan gugus
tersebut yang menandakan adanya kehadiran
asam humat pada lumpur. Pada hasil FTIR,
1036,36
cm-1
dan
1038,93
cm-1
phospat. Kemungkinan gugus-gugus fungsional tersebut merupakan gugus fungsi dari senyawa SiO2
dan Al2O3 yang berperan dalam mengikat adsorbat pada proses adsorpsi.
Berdasarkan hasil uji kandungan logam pada RSP, diketahui bahwa kandungan unsur logam
terbesar pada lumpur tersebut
adalah Al dengan konsentrasi
lebih
dari
Kandungan
70.000
unsur
mg/kg.
Al
pada
lumpur ini jauh lebih tinggi
Gambar 3.2. Hasil Uji FTIR Terhadap Adsorben RSP dan
dibandingkan dengan lumpur
PDAM
PAS
Miyamachi
dan
Nishino (Siswoyo et al., 2014) yaitu hanya sebesar 63600 mg/kg dan 53250 mg/kg. Adapun unsurunsur logam yang tidak terdeteksi adalah Pb dan As. Kandungan unsur Fe pada lumpur ini juga lebih
tinggi dibandingkan dengan lumpur PDAM Miyamachi dan Nishino yaitu lebih dari 30.000 mg/kg
(Tabel 3.2).
5
3.2. Pengaruh Dosis Adsorben
Hasil uji kapasitas adsorpsi RSP dan PAS berdasarkan variasi massa adsorben dengan konsentrasi
larutan Pb(II) 10 ppm dan 200 ppm. Pengujian menggunakan larutan Pb(II) 10 ppm menunjukkan
bahwa dengan konsentrasi tersebut ion
logam Pb(II) terserap sempurna bahkan
dengan menggunakan dosis adsorben
terkecil yaitu 50 mg.
Pengujian
menggunakan larutan Pb(II) 200 ppm,
menunjukkan bahwa efisiensi penyisihan
logam
Pb(II)
menggunakan
RSP
Gambar 3.3. Pengaruh Variasi Massa Adsorben RSP
dan PAS Terhadap Kapasitas Adsorpsi Ion Logam
optimum pada 100 mg dan PAS
optimum pada 200 mg. Dalam proses
Pb(II)
adsorpsi, dosis adsorben merupakan salah satu hal yang penting. Dosis adsorben berpengaruh
terhadap ketersediaan situs aktif adsorpsi pada adsorben. Adsorpsi logam Pb(II) meningkat seiring
dengan meningkatnya dosis adsorben dari 50 mg hingga 500 mg (Gambar 3.2). Ketika dosis adsorben
meningkat, kompetisi antar molekul-molekul adsorbat terhadap situs-situs ikatan akan berkurang.
Meningkatnya dosis adsorben akan meningkatkan jumlah ion logam yang akan teradsorpsi ke
permukaan adsorben karena situs-situs aktif tersedia lebih banyak untuk proses adsorpsi (Bhargava
dan Sheldarkar, 1992). Menurut Nair et al. (2014), jumlah dosis adsorben yang besar akan
meningkatkan permukaan adsorben, pori, situs aktif dan jumlah situs tak jenuh.
3.3. Pengaruh variasi pH larutan
Berdasarkan Gambar 3.4, adsorpsi ion logam Pb(II) meningkat tajam pada pH 4-6, dan konstan
pada pH 6-8. pH merupakan parameter yang sangat penting dalam proses adsorpsi larutan logam.
6
Kelarutan logam, konsentrasi counter ion pada gugus fungsional adsorben, dan derajat ionisasi
adsorbat selama proses adsorpsi sangat dipengaruhi oleh pH larutan.. Penelitian baru-baru ini
menunjukan bahwa jika pH larutan
ditingkatkan maka kapasitas adsorpsi
terhadap ion logam timbal juga akan
meningkat, khususnya pada pH diatas 4.
Pb(II) dapat membentuk Pb2+, Pb(OH)+,
Pb(OH)02, Pb(OH)-13 tergantung pada
pH
Gambar 3.4. Pengaruh Variasi pH Terhadap Adsorpsi
Ion Logam Pb(II) dengan Adsorben RSP dan PAS
larutannya
(Weng,
2004).
Berdasarkan diagram timbal Pourbaix, ion
Pb(II) akan mengendap menjadi Pb(OH)2
pada pH lebih dari 6,7 dan 6 (Heidari et al., 2009). Pada pH rendah, H+ yang merupakan counter ion
akan berkompetisi dengan Pb2+ untuk mendapatkan situs negatif adsorpsi dari permukaan adsorben.
Menaikkan pH akan menurunkan muatan positif dari permukaan adsorben sehingga proses adsorpsi
ion logam Pb(II) lebih maksimal (Momčilović et al., 2011).
3.4. Pengaruh Variasi Waktu Kontak
Adsorpsi dari larutan Pb(II) 200 ppm mencapai kesetimbangan pada waktu 15 menit yaitu
dengan kapasitas adsorpsi 99% untuk
RSP dan 100% untuk PAS. Secara
teoritis, jumlah ion logam Pb(II) akan
mengalami kenaikan seiring dengan
meningkatnya
waktu
pengadukan.
Gambar 3.5. Pengaruh Variasi Waktu Adsorben RSP, PAS,
Proses agitasi adsorpsi merupakan hal
PAS-AR, PAS-AG Terhadap Kapasitas Adsorpsi Ion Logam
yang penting pada saat aplikasi di lapangan.
Pb(II)
Semakin cepat waktu yang diperlukan untuk
7
proses adsorpsi, maka semakin kecil biaya yang dikeluarkan untuk pembuatan reaktor dalam
pengelolaan air limbah
Berdasarkan hasil pengujian ini, kapasitas adsorpsi ion logam Pb(II) oleh PAS-AG dan PASAR meningkat seiring dengan peningkatan waktu kontak. Dengan waktu kontak 4 jam, efisiensi
penyisihan logam Pb(II) oleh PAS-AR dan PAS-AG masing-masing adalah 96% dan 98%. Kapasitas
adsorpsi ion logam Pb(II) oleh PAS-AR dan PAS-AG meningkat secara signifikan pada waktu kontak
1 jam hingga 4 jam. Dengan waktu
kontak yang lebih lama, kapasitas
adsorpsi
cenderung
sama.
Jika
dibandingkan dengan PAS, lumpur
yang
terenkapsulasi
dengan
gel
alginat dan agar membutuhkan waktu
Gambar 3.6. Pengaruh Variasi Konsentrasi Ion Logam Pb(II)
Terhadap Kapasitas Adsorpsi RSP, PAS, PAS-AR, dan PAS-AG
kontak yang lebih lama untuk
mencapai kesetimbangan. Hal ini
dikarenakan situs adsorpsi dari adsorben yang terenkapsulasi tertutupi oleh agar dan alginat
(Messaouda et al., 2012). Waktu kontak 4 jam dengan kapasitas adsorpsi 98% untuk PAS-AG dan
96% untuk PAS-AR digunakan untuk pengujian selanjutnya.
3.5. Pengaruh Konsentrasi Adsorbat
Pengujian variasi konsentrasi adsorbat dilakukan dengan kondisi larutan Pb(II) sebanyak 50
mL pada pH 6 menggunakan adsorben RSP sebanyak 100 mg dan PAS sebanyak 200 mg dan
kecepatan pengadukan 150 rpm selama 120 menit pada suhu ruangan. Pada PAS-AR dan PAS-AG,
massa yang digunakan adalah sebesar 100 mg dan waktu pengadukan selama 4 jam. Pada pengujian
ini, digunakan larutan Pb(II) dengan konsentrasi 10-1500 ppm. Larutan teradsorpsi kemudian
disaring dan diuji dengan AAS. Seiring dengan meningkatnya konsentrasi ion logam Pb(II), kapasitas
8
adsorpsi menurun. Meningkatnya konsentrasi larutan Pb(II) akan meningkatkan jumlah molekul per
situs adsorpsi.
3.6. Isoterm Adsorpsi
Kesetimbangan isoterm adsorpsi merupakan data yang dapat menunjukkan mekanisme dari
proses adsorpsi tersebut. Kesetimbangan adsorpsi menggambarkan afinitias atau kapasitas dari suatu
adsorben.
Jenis model isoterm adsorpsi yang paling sering digunakan adalah model isoterm
Langmuir dan Freundlich. Adapun persamaan isoterm Langmuir yaitu
(2)
(1)
Dimana Ce adalah konsentrasi pada keadaan setimbang (mg/L), qe adalah jumlah ion Pb(II) yang
teradsorpsi pada keadaan setimbang (mg/g), qm dan KL adalah konstanta langmuir yang
menunjukkan kapasitas adsorpsi dan energi adsorpsi. Qe adalah jumlah material teradsorpsi (mg/g),
Ce adalah konsentrasi pada saat mencapai kesetimbangan (mg/L), dan Kf dan n adalah konstanta.
Nilai konstanta Langmuir dan konstanta Freundlich merupakan indikator dari kapasitas sorpsi.
Dari hasil perhitungan tersebut, dapat disimpulkan bahwa model adsorpsi RSP, PAS, PASAR, dan PAS-AG mengikuti model isoterm Langmuir yang berarti bahwa adsorpsi yang terjadi
didominasi oleh proses kemisorpsi. Isoterm Langmuir menunjukkan bahwa situs aktif adsorben hanya
dapat menjerap satu molekul dan tidak ada interaksi antar molekul adsorbat sehingga proses adsorpsi
hanya terjadi pada 1 lapisan. Adapun kapasitas adsorpsi maksimum RSP adalah sebesar 84,75mg/g
dan
setelah
diaktivasi
kapasitas
adsorpsinya
meningkat
menjadi
181,8
mg/g.
Kapasitas adsorpsi terbesar adalah kapasitas adsorpsi dari PAS-AG yaitu 192,3 mg/g dan kapasitas
adsorpsi terkecil adalah kapasitas adsorpsi PAS menurun setelah dienkapsulasi dengan agar menjadi
147,06 mg/g. Pada PAS-AR, kehadiran agar justru menghambat proses adsorpsi karena matriks dari
agar cenderung padat sehingga menghambat masuknya ion logam Pb(II) ke dalam lumpur.
9
Tabel 3.3. Konstanta dari model Isoterm Langmuir dan Freundlich dari 4 Adsorben
Adsorben
RSP
PAS
PAS-AR
PAS-AG
Langmuir Model
qm(mg/g) KL(L/mg)
84,75
590
181,82
275
147,06
340
192,31
260
R2
0,9969
0,9974
0,9993
0,9995
Freundlich Model
Kf
n
0,57256 5,12033
0,5995
5,01253
0,51342 4,69263
0,50922 3,65097
R2
0,9831
0,9814
0,8326
0,8927
4. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Kapasitas adsorpsi ion logam Pb(II) dengan bahan dasar lumpur PDAM Tirta
Binangun Kulon Progo cukup tinggi bila dibandingkan dengan material lainnya, yaitu
untuk RSP sebesar 169,5 mg/g, PAS sebesar 181,81 mg/g, PAS-AG sebesar
192,3 mg/g, dan PAS-AR sebesar 147,05 mg/g.
2. Proses adsorpsi terhadap ion logam Pb(II) sangat tergantung pada nilai pH. pH
optimum yang didapatkan dari proses adsorpsi ini adalah 6.
3. Aktivasi yang dilakukan terhadap lumpur PDAM tidak merubah gugus fungsi yang
ada pada lumpur secara signifikan, tetapi mampu meningkatkan kapasitas adsorpsi
terhadap logam Pb(II).
4. Pada penelitian ini, adsorpsi mengikuti model isoterm Langmuir dengan R2 = 0,9994
dan nilai RL diantara 0 dan 1 yang berarti bahwa adsorpsi ion logam Pb(II) terhadap
lumpur PDAM berlangsung dengan baik.
10
DAFTAR PUSTAKA
Akar T, Kaynak Z, Ulusoy S, Yuvaci D, Ozsari G, Akar ST. 2009. Enhanced Biosorption Of
Nickel(II) Ions By Silica-Gel-Immobilized Waste Biomass: Biosorption Characteristics
in Batch And Dynamic Flow Mode. Journal of Hazardous Material;163: 1134–41.
Chen H., Lia T., Zhang L., Wang R., Jiang F., Chen J. 2015. Pb(II) Adsorption On Magnetic GFe2O3/Titanate Nanotubes Composite. Journal of Environmental Chemical Engineering
3. 2022–2030
Chiang, Y.W., R.M. Santos, K. Ghyselbrecht, V. Cappuyns, J.A. Martens, R. Swennen, B.
Meesschaert. 2012. Adsorption of Multi-Heavy Metals Onto Water Treatment
Residuals: Sorption Capacities And Applications. Journal of Chemical Engineering. 200202 page 405-415
Dabrowski, A. D., Hubicki, Z., Podkos´cielny, P. & Robens, E. 2004. Selective Removal of The
Heavy Metal Ions From Waters and Industrial Wastewaters by Ion-Exchange Method.
Chemosphere 56, 91–106.
Erdem, E., Karapinar, N. & Donat, R. 2004. The Removal of Heavy Metal Cations by Natural
Zeolites. Journal of Colloid Interference. Sci. No.280. 309–314.
Escudero C., N. Fiol, I.Villaescusa, J.-C. Bollinger. 2013. Effect of Chromiumspeciation on Its
Sorption Mechanism Onto Grape Stalks Entrapped Intoalginate Beads. Journal of Arab
Chemical.(in press).
Fan L, Luo C, Sun M, Li X, Qiu H. 2013. Highly Selective Adsorption of Lead Ions by WaterDispersible Magnetic Chitosan/Graphene Oxide Composites. Journal of
Colloids
Surface B 103:523–9
Fiol, N., C. Escudero, J. Poch, I. Villaescusa. 2006. Preliminary Studies on Cr (VI) Removal From
Aqueous Solution Using Grape Stalks Wastes Encapsulated in Calcium Alginate Beads
in A Packed Up-Flow Column. React. Funct. Polym. No.66. 795–807.
Gupta VK, Rastogi A. 2008. Biosorption of Lead from Aqueous Solutions by Green Algae
Spirogyra Species: Kinetics And Equilibrium Studies. Journal of Hazardous
Material;152:407–14
Heidari A, Younesi H, Mehraban Z. 2009. Removal of Ni(II), Cd(II), And Pb(II) From A Ternary
Aqueous Solution By Amino Functionalized Mesoporous and Nano Mesoporous Silica.
Journal of Chemical Engineering; 153:709.
11
Hetherington, Dassanayake KB, Jayasinghe GY, Surapaneni A. 2015. A Review on Alum
Sludge Reuse With Special Reference to Agricultural Applications and Future
Challenges. Journal of Waste Management. Volume 38.Pages 321-335.
Khorramabadi GS, Soltani, Rezaee A, Khataee AR, Jonidi Jafari A. 2012. Utilisation of Immobilised
Activated Sludge For The Biosorption Of Chromium (VI). Journal of Chemical
Engineering;90:1539–46.
Li X.,Wang Z., Li Q., Ma J., Zhu M. 2015. Preparation, Characterization, And Application of
Mesoporous Silica-Grafted Graphene Oxide For Highly Selective Lead Adsorption.
Chemical Engineering Journal. Vol 273. 630–637
Mata YN, Bla´zquez M.L, Ballester A, Gonza´ lez F, Mun˜oz JA.2009. Biosorption of Cadmium,
Lead and Copper With Calcium Alginate Xerogels And Immobilized Fucus
Vesiculosus. Journal of Hazardous Material;163:555–62.
Messaouda, S., Larouci, M., Meddah, B. & Velemens, P. 2012. The Sorption of Lead, Cadmium,
Copper And Zinc Ions From Aqueous Solutions On A Raw Diatomite From Algeria.
Water Science and Technology 65 (10), 1729–1737.
Momčilović, M., Milovan P., Aleksandar B., Aleksandra Z., Marjan R.. 2011. Removal of Lead(II)
Ions From Aqueous Solutions By Adsorption Onto Pine Cone Activated Carbon.
Department of Chemistry, Faculty of Sciences and Mathematics, University of Nis,
Visegradska, Serbia. Journal of Desalination 276. 53–59
Nair, V., Panigrahy, A., Vinu, R., 2014. Development of Novel Chitosan-Lignin Composites for
Adsorption of Dyes And Metal Ions From Wastewater. Journal of Chemical Engineering
254. 491–502.
Pandey A., Shukla A., and Ray L. 2009. Uptake and Recovery of Lead by Agarose Gel Polymers
American Journal of Biochemistry and Biotechnology 5 (1): 14-20,ISSN 1553-3468
Rosyidi, C.N., Retno W. D., dan Winarno. 2012. Pemanfaatan Limbah PDAM untuk Lapisan
Atas Paving Block Menggunakan Metode Taguchi dan RSM Berbasis SNI No. 03-06911996. Jurnal Standardisasi. Vol. 14. No. 2. ISSN 1441-0822.
Siswoyo, E., Yoshihiro M., & Shunitz, T. 2014. Determination of Key
Components and
Adsorption Capacity of A Low Cost Adsorbent Based on Sludge of Drinking Water
Treatment Plant To Adsorb Cadmium Ion in Water. Applied Clay Science. Vol 97–
98.Page 146-152.
12
Soltani, A., Darvishi R., Khorramabadi, Khataee C. 2014. Silica Nanopowders/Alginate Composite
For Adsorption of Lead (II) Ions in Aqueous Solutions. Journal of the Taiwan Institute
of Chemical Engineers Vol 45. 973–980
Wang Y, Wang X, Wang X, Liu M, Wu Z, Yang L. 2013. Adsorption of Pb(II) From Aqueous
Solution to Ni-Doped Bamboo Charcoal. Journal of Chemical Engineering;19: 353–9.
Yuwono, S. 2009. Penelitian Pemanfaatan Lumpur Sedimen Limbah (PDAM) Untuk Bahan
Semen Pozolan Kapur.Jurnal Permukiman.vol 12. No 7.
Zeng G., Xu P., Huang D., Hu S., Feng C., Lai C.2013. Synthesis of Iron Oxide Nanoparticles and
Their Application in Phanerochaete Chrysosporium Immobili-Zation
For Pb(II) Removal. Journal of Colloids
Surface. 419:147–55.
13
Pabrik akrilonitril didirikan karena mengingat kebutuhan
akrilonitril di Indonesia yang kemungkinan akan
meningkat. Desain awal pabrik akrilonitril berbahan dasar
etilen sianohidrin direncanakan dibangun di Cilegon,
Provinsi Banten, dengan kapasitas produksi 25.000 ton/
tahun. Pabrik kimia ini berbentuk Perseroan Terbatas yang
akan dioperasikan selama 330 hari atau 24 jam sehari
dengan total 145 karyawan. Bahan baku yang dibutuhkan
adalah etilen sianohidrin sebanyak 34760.17 ton/tahun.
Proses produksi akan dioperasikan pada suhu 450°C dan
tekanan sekitar 2 atm. Reaksi ini digunakan reaktor fixed
bed. Reaksi pada bagian pertama memiliki konversi sebesar
98% sehingga didapat produk akrilonitril dan air. Adapun
produk yang dihasilkan dari menara distilasi memiliki
kemurnian yang cukup tinggi, yaitu 99.85% akrilonitril
sehingga harga produk yang dijual dengan harga yang
mahal. Dari analisis ekonomi didapatkan modal tetap
sebesar US$1.081.548 ; modal kerja sebesar
US$21.132.662 ;dan keuntungan sebelum pajak US$2.391.490
sesudah pajak US$2.080.596 dengan Pay Out Time (POT)
setelah pajak sebesar 2.71 tahun, persentase Return On
Investment (ROI) 26.93%, Discounted Cash Flow (DCF) 19%,
Break Event Point (BEP) 54.09%, sedangkan Shut Down Point
(SDP) 33.32%. Dari analisis di atas menunjukkan hasil
yang memuaskan, sehingga dapat disimpulkan pabrik ini
menarik dan tepat untuk didirikan.
Kata kunci: akrilonitril, etilen sianohidrin, Break Event
Point, Shut Down Point
Download